
Mohammad Anam Al Arif
Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga
PEMERINTAH Indonesia berencana mengimpor tiga juta ekor sapi hidup untuk memenuhi kebutuhan daging sapi serta menunjang program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang membutuhkan daging dan susu.
Impor sapi hidup tentunya membutuhkan rencana yang matang, misalnya dalam hal penyediaan pakan, terutama hijauan karena merupakan pakan utama bagi sapi.
Sebab, sapi tidak bisa hidup tanpa hijauan (sumber serat). Untuk itu, dibutuhkan lahan rumput yang sangat luas untuk mencukupi kebutuhan hijauan yang rata-rata mencapai 10 persen berat badan sapi.
Jika diasumsikan 1 ha lahan rumput bisa mencukupi kebutuhan pakan untuk 10 ekor sapi, maka 3 juta ekor sapi membutuhkan sekitar 300.000 ha.
Karena itu, penempatan sapi jangan tersentral di suatu daerah tertentu saja, melainkan harus menyebar di seluruh wilayah Indonesia agar lebih mudah dalam penyediaan lahannya.
Permasalahannya, membuka lahan rumput tidak bisa dilakukan secara instan, perlu pembersihan dan pengolahan lahan sampai siap untuk ditanami. Selain itu, perlu pemupukan, penanaman, dan memerlukan waktu beberapa bulan sampai siap panen.
Untuk mengurangi ketergantungan pada lahan rumput, ketersediaan hijauan perlu ditunjang dari sumber lain misalnya limbah pertanian, atau limbah dari rumah potong hewan. Hewan ruminansia membutuhkan serat sebagai sumber energi, di samping karbohidrat yang mudah dicerna. Di samping itu, hewan ini juga membutuhkan protein untuk menggantikan sel-sel yang sudah tua, serta untuk produksi.
Limbah Rumah Potong Hewan
Rumah Potong Hewan (RPH) dalam aktivitasnya menghasilkan limbah berupa isi rumen. Ini menjadi persoalan besar bagi pengelola RPH karena volumenya mencapai 70-100 kg. Baunya juga sangat busuk, sehingga akan mengganggu lingkungan jika tidak dikelola dengan baik.
Pada 2023, di Jawa Timur saja telah dipotong sebanyak 278.556 ekor sapi, atau rata-rata 763 ekor/hari. Jika rata-rata setiap ekor sapi menghasilkan 70 kg isi rumen, maka dihasilkan 53.420 kg isi rumen setiap hari. Belum lagi kalau ditambah dengan isi rumen kerbau, kambing dan domba, tentu jumlahnya jauh lebih besar lagi.
Isi rumen sebenarnya bisa menjadi salah satu sumber hijauan. Isi rumen mengandung nutrisi yang sangat bagus melebihi nutrisi dalam pakan yang belum dikonsumsi, dan belum sempat dinikmati oleh sapi, masih tersimpan dalam rumen.
Ketika sapi mengkonsumsi pakan, sapi akan mengunyah dengan sekedarnya saja asalkan pakan tersebut bisa ditelan. Setelah rumennya penuh, selanjutnya sambil tiduran melanjutkan pengunyahan pakan. Pakan dalam rumen akan dikeluarkan sedikit-sedikit dalam bentuk bolus, kemudian dikunyah secara intensif.
Pakan yang sudah halus kemudian difermentasi oleh mikroba rumen, hasilnya sebagian digunakan oleh sapi serta sebagian juga dinikmati oleh mikroba.
Dalam rumen terdapat lebih dari 2500 spesies mikroba. Setiap gram isi rumen mengandung bakteri sebesar 10 miliar sel, mengandung protozoa 4-6 juta sel, jamur sebanyak 1 juta sel dan sedikit archea, dan semuanya tidak berbahaya.
Ketika mikroba mendapatkan makanan, selanjutnya berkembangbiak dengan luar biasa cepat, mengikuti deret ukur. Dari 10 M menjadi 20 M; 40 M; 80 M dan seterusnya. Jumlah ini hanya untuk 1 gram isi rumen, sehingga bisa dihitung berapa jumlahnya kalau isi rumen seberat 70 kg. Akan lebih baik lagi jika mikroba-mikroba tersebut mengandung protein murni 60-70 persen, yang isinya adalah asam-asam amino.
Dengan demikian, dapat dibayangkan perubahan kualitas pakan sebelum dimakan sapi dan setelah diproses menjadi isi rumen. Isi rumen sapi mengandung protein kasar 8,49-18,53 persen (Agolisi et al., 2020), bahkan mengandung protein kasar 13,5-46,15 persen, tergantung jenis pakan yang dikonsumsi.
Pengunyahan yang dilakukan oleh sapi membutuhkan waktu yang lama, dan sebelum habis, sapi sudah makan hijauan lagi. Itulah sebabnya isi rumen masih mengandung serat kasar yang tinggi. Untuk mengurangi kandungan serat kasar, perlu dilakukan proses fermentasi. Fermentasi isi rumen tidaklah sulit, karena isi rumen sudah mengandung bermacam-macam mikroba.
Oleh sebab itu, pada sapi yang baru saja disembelih, secepatnya isi rumen dimasukkan dalam wadah, ditambahkan feed additive, dicampur merata, kemudian ditutup rapat dalam kondisi anaerob. Setelah 5 hari, bisa dibuka, dikeringkan dan siap untuk digunakan sebagai bahan pakan.
Penelitian sebelumnya didapatkan hasil, bahwa isi rumen fermentasi dapat digunakan untuk campuran pakan puyuh sebesar 15 persen, campuran pakan broiler sebesar 20 persen serta sebagai campuran pakan kelinci sebesar 40 persen dengan menghasilkan performan produksi yang tinggi. Bisa jadi jika digunakan untuk pakan ruminansia, persentasenya bisa lebih tinggi lagi. *