Mahasiswa SI Kesmas memamerkan karya di ajang Public Expose Project-Based Learning dengan tema “Mewujudkan Generasi Santri Sehat dan Mandiri Melalui Pesantren Bersahaja (Bersih, Sehat, Harmonis, dan Sejahtera)”. DUTA/ist

SURABAYA | duta.co – Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Semester 6 Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) menggelar kegiatan Public Expose Project-Based Learning dengan tema “Mewujudkan Generasi Santri Sehat dan Mandiri Melalui Pesantren Bersahaja (Bersih, Sehat, Harmonis, dan Sejahtera)”.

Kegiatan ini merupakan bagian dari hasil intervensi yang dilakukan oleh beberapa kelompok mahasiswa di Pondok Pesantren Mambaul Ulum, Sidoarjo.
Kepala Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Unusa, Dwi Handayani, menjelaskan kegiatan ini merupakan bagian dari proyek mata kuliah Perilaku Kesehatan Santri dan Sanitasi Pesantren.

Dalam prosesnya, para mahasiswa ditugaskan untuk melakukan observasi langsung ke lapangan dan merancang program intervensi yang sesuai dengan kebutuhan dan permasalahan kesehatan di lingkungan pesantren.

“Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya belajar secara teoritis, tetapi juga langsung mengaplikasikan ilmunya di masyarakat, khususnya di lingkungan pesantren. Mereka mengedukasi santri dan pengurus pesantren serta menyusun program intervensi sebagai solusi dari masalah yang ditemukan di lapangan,” ujar Dwi Handayani.

Salah satu mahasiswa, Yulia, menjelaskan bahwa dari hasil observasi dan pemeriksaan kesehatan yang dilakukan, ditemukan beberapa santri mengalami penyakit seperti tuberkulosis (TBC), scabies, anemia, hingga masalah kesehatan mental.

“Dari hasil asesmen dan skrining kesehatan, kami menemukan sejumlah kasus TBC dan scabies yang cukup mengganggu aktivitas santri. Selain itu, gejala anemia dan beberapa indikasi gangguan kesehatan mental juga kami temukan, sehingga kami menyusun intervensi yang komprehensif,” jelasnya.

Dalam pelaksanaan proyek, mahasiswa dibagi dalam beberapa kelompok dengan tugas yang beragam. “Ada kelompok yang fokus melatih kader kesehatan santri, ada yang membuat inovasi edukatif seperti media promosi kesehatan, dan ada juga yang fokus pada pembenahan fasilitas,” terang mahasiswa lain, Novani.

Salah satu inovasi unggulan yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah rencana pembangunan ruang Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) yang lebih memadai dan layak untuk digunakan sebagai pusat layanan kesehatan di lingkungan pesantren.

“UKS ini akan menjadi sentral layanan pertolongan pertama, edukasi, serta pemantauan kesehatan rutin bagi santri. Kami ingin pesantren memiliki fasilitas dasar kesehatan yang representatif dan berkelanjutan,” ujar Wisnu, mahasiswa peserta program lainnya.

Dwi Handayani berharap kegiatan seperti ini dapat terus dikembangkan dan menjadi model pembelajaran kolaboratif yang berdampak nyata bagi masyarakat, khususnya lingkungan pesantren yang menjadi bagian penting dari pendidikan di Indonesia. ril/hms

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry