PAPARAN: Salah seorang pembicara sedang memberikan pemaparan dalam seminar “Pemuda Bertani, Indonesia Berdikari” di UMG. Duta/Humas UMG

GRESIK | dutta.co – Universitas Muhammadityah Gresik (UMG) terus mendorong masyarakat pelaku pertanian dan generasi muda untuk bisa melihat peluang pasar yang luas dan terbuka di bidang pertanian. Salah satu upayanya dengan menggelar seminar nasional ‘Pemuda bertani, Indonesia Berdikari’, minggu lalu di Hall Sang Pencerah UMG.

“Tujuan dari seminar ini memberikan informasi kepada masyarakat sementara masih banyak sumberdaya yang kita punya belum belum termanfaatkan menjadi peluang usaha,” ungkap Ketua Program Studi (Kaprodi) Agroteknologi UMG, Rohmatin Agustina SP, MP.

Rohmatin lantas mendorong masyarakat, juga pemuda, terutama mahasiswa jurusan Agroteknologi melihat peluang untuk berentrepreneur menjadi petani yang mandiri.  “Kita berharap ke depan akan ada lebih banyak lagi pemuda yang mau menekuni pertanian sehingga Indonesia bisa berdikari secara pangan,” harapnya.

Sementara seminar diikuti 250 peserta dari seluruh Jawa Timur, terdiri dari Dinas Pertanian dan Perkebunan, Badan Penyuluh Pertanian, Petani, Kelompok Tani, Gabungan Kelompok Tani, Siswa SMA, Dosen, dan mahasiswa PTS, industri pertanian swasta maupun BUMN  yang bergerak di bidang pertanian.

Dalam paparanya Sigit Kusuma Wijaya, Founder Indonesia Berkebun memberikan materi tentang Gerakan Indonesia Berkebun. Gerakan ini menurutnya muncul dilatarbelakangi naiknya harga pangan yang setiap tahun semakin mahal.

“Gerakan ini memiliki 3 konsep yaitu,  Ekologi dimana gerakan ini berusaha mengolah lahan ngangur untuk mengembalikan kesuburan tanahnya dan untuk menyelamatkan lingkungan hidup. Kedua Ekonomi, yang bertujuan meningkatkan keberlangsungan suplai makanan di daerah perkotaan dan untuk ketahanan pangan. Dan konsep ketiga adalah Edukasi, yaitu menciptakan kesadaran masyarakat untuk mencintai lingkungan hidup demi generasi berikut,” ungkapnya.

Sedangkam Dr Ir Damat, MP, Ketua Persatuan Ahli Teknologi Pangan Indonesia lebih menekankan pada peluang dan tantangan pengembangan produk pangan di Indonesia. Dia lantas membuka fakta tentang problem pangan yang disebabkan meningkatnya populasi penduduk dunia menjadi 8 miliar di tahun 2025.

“Hal ini akan meningkatkan permintaan kebutuan pangan, namun disisi lain fakta menunjukkan produktivitas yang rendah terutama para petani di negara miskin yang dikarenakan ketidakmampuan membeli pupuk, benih dan irigasi. Disamping faktor perubahan iklim juga menyumbang kondisi tersebut,” urainya.

Karena itulah, menurutnya Indonesaia yang merupakan negara kedua yang memiliki keragaman hayati di duniaberpelung menjadi supplier pangan dunia. “Namun untuk bisa bersaing, Indonesia harus mengikuti mega tren pangan dunia,” ujarnya.

Arief Budiono ST, MT, Eksportir Produk Pertanian lantas memotivasi pemuda agar mau bertani, agar Indonesia berdikari, dengan memberikan gambaran peluang petani Indonesia untuk bisa menyumbang komoditi ekspor dari pertanian yang meliputi tanaman obat, sayuran konsumsi, bibit dan cangkok, tanaman hias, jamur, dan tanaman bonsai

Dan itu langsung ditimpali Baidhowi. Pendiri Desa Wisata Lombok Kulon Wonosari Bondowoso ini lantas menguraikan untuk bisa mewujudkannya memerlukan langkah kongkrit mengubah pola pikir masyarakat ke arah organic.

Dia lantas member contoh, kenapa desa wisata Lombok Kulon muncul, hal itu  karena desa tersebut memilki potensi yang layak ‘dijual’ kepada wisatawan lokal maupun mancanegara. Aneka ragam budaya dan adat istiadat serta nuansa alam pedesaan merupakan daya tarik tersendiri dalam kepariwisataan. “Dan perlu diketahui, desa wisata mampu menumbuhkan nilai ekonomi kepada masyarakat dan mampu menciptakan lapangan kerja di pedesaan,” tegasnya. rum

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry