SADIS: Foto satelit kerusakan massif di Rakhine, kawasan di Myanmar yang dihuni etnis Rohingya, pada Oktober 2016. (IST)

 

PEMUSNAHAN ETNIS: Foto satelit kerusakan massif di Rakhine, kawasan di Myanmar yang dihuni etnis Rohingya, pada Oktober 2016. (IST)

RAKHINE | duta.co – Tentara Myanmar melakukan pembunuhan massal dan pemerkosaan beramai-ramai terhadap umat muslim Rohingya. Mereka juga membakar desa-desa warga Rohingya sejak Oktober lalu.

Menurut PBB, tentara Myanmar melakukan pemusnahan etnik Rohingya. Ini merupakan kejahatan terhadap kemanusiaan. “Area operasi pemusnahan etnik menyebabkan kematian suku Rohingya dalam jumlah ratusan kematian,” kata pejabat HAM PBB seperti dilansir Aljazirah, Sabtu (4/2).

Komisaris Tinggi PBB untuk HAM Zeid Raad al-Hussein mengatakan, pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi berjanji akan melakukan investigasi terhadap tudingan tersebut. “Ia memberitahu saya bahwa investigasi akan dilakukan, ia membutuhkan informasi yang lebih lanjut.”

Laporan PBB yang dibuat berdasarkan wawancara dengan 204 orang suku Rohingya yang melarikan diri ke Bangladesh menunjukkan pelanggaran mengerikan yang diduga dilakukan pasukan keamanan Myanmar atau pejuang sipil yang bekerja sama tentara dan polisi.

Dari 101 wanita Rohingya yang diwawancara lebih dari setengahnya mengaku diperkosa atau dilecehkan secara seksual. Sejumlah wanita Rohingya memberitahu investigator PBB bahwa anak-anak termasuk bayi  Rohingya diinjak-injak atau digorok sampai mati.

Suku Rohingya tinggal di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha. Mereka tinggal di Rakhine di wilayah utara. Mereka hidup dalam kondisi yang menyedihkan seperti kondisi era politik apartheid zaman dahulu di Afrika Selatan.

Seperti dilansi Aljazirah, Sabtu, (4/2) hingga saat ini Yangon tak mengakui Rohingya sebagai etnik minoritas mereka. Yangon menyebut suku Rohingya sebagai migran ilegal yang berasal dari Bangladesh. Padahal banyak suku Rohingya yang hidup di Myanmar dari generasi ke generasi.

Investigasi yang dilakukan oleh Pemerintah Myanmar sendiri tak menunjukkan bahwa pasukan keamanan Myanmar melakukan operasi pemusnahan suku Rohingya. Meskipun faktanya mereka melakukan pemusnahan terhadap suku Rohingya dan buktinya sudah tersebar ke seluruh dunia lewat berbagai media.

Saat ini terdapat 66 ribu orang suku Rohingya melarikan diri dari Rakhine menuju Bangladesh sejak pasukan keamanan melakukan operasi balas dendam karena pos polisi di perbataaan diserang pada 9 Oktober 2016 lalu.

Menurut data lembaga kemanusiaan PBB baru-baru ini, jumlah pengungsi Rohingya ke Bangladesh mencapai 69 ribu orang. Ini menunjukkan adanya gelombang pengungsian yang dilakukan terus-menerus ke Bangladesh.

Seperti dilansir Independent, bayi dan anak-anak digorok dengan pisau selama kampanye militer pasukan keamanan Myanmar. Ini merupakan laporan PBB yang isinya mengerikan. Bayi berusia delapan bulan, lima tahun, dan enam tahun dilaporkan dibunuh dengan cara ditusuk sampai mati di rumah mereka selama operasi pemusnahan suku Rohingya.

Laporan PBB mengenai kondisi mengerikan suku Rohingya diterbitkan di Jenewa, setelah para investigator mengumpulkan testimoni dari para korban dan saksi suku Rohingya yang melarikan diri dari Rakhine ke Bangladesh. alj, rol

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry