BRISBANE | duta.co – Lapangan Oxley Creek Common yang biasanya sunyi di pagi hari, hari itu, Sabtu (2/9), tampak begitu meriah. Puluhan mobil parkir di sekelilingnya sementara sekitar 200-an orang memadati lapangan yang di pagi hari masih diselimuti kabut itu. Mereka bukan warga yang mau berolahraga, bukan pula pendemo. Mereka adalah Muslim dari beragam penjuru Brisbane dan sekitarnya yang datang ke Oxley untuk Sholad Idul Adha.
Waktu pelaksanaan sholat Idul Adha di Australia tahun ini ada perbedaan. Sebagian Muslim melaksanakan sholat Idul Adha pada Jumat (1/9), mengikuti hasil perhitungan Dewan Imam Australia. Sebagian Muslim di Queensland pun ada yang sholat kemarin, namun mayoritas sholat pada Sabtu (2/9) mengikuti seruan dari Dewan Imam Queensland yang menetapkan tanggal 1 Dzulhijjah melalui rukyatul hilal.
Karena pelaksanaan sholat Idul Adha adalah pada 10 Dzulhijjah, maka perbedaan ini sudah diketahui sebelumnya dan diumumkan di banyak saluran, termasuk di sejumlah kampus yang memiliki populasi mahasiswa dan staf Muslim cukup besar seperti The University of Queensland (UQ), Queensland University of Technology (QUT), dan Griffith University.
Selepas sholat Idu Adha, warga Muslim Indonesia menyerbu makanan dan kudapan yang disediakan ibu-ibu. Menu utama adalah gulai kambing dan gulai ayam. Inilah salah satu alasan warga Muslim Indonesia memilih sholat di Oxley.
Joko Purnomo mengatakan ia memilih sholat di Oxley karena banyak teman asal Indonesia yang sholat di sini. “Selain itu ada makanan gratis juga,” kata mahasiswa Queensland University of Technology ini.
Alasan yang sama disampaikan Doddy Yuwono. Adanya masakan khas Indonesia gratis dan banyaknya teman-teman asal Indonesia membuatnya memilih sholat di Oxley.
“Jamaah memang mayoritas warga Muslim Indonesia yang tinggal di Brisbane dan sekitarnya. Meski demikian, tentu jamaah dari negara mana pun boleh ikut serta,” kata Wawan Sugiyarto, ketua panitia, Sabtu (2/9). Selepas sholat dan makan, banyak jamaah yang menyerbu Rocklea Saturday Market yang letaknya berdekatan. Pasar pagi di akhir pekan ini menyajikan aneka sayuran, buah, tanaman, bunga, makanan siap saji dan lain-lain dalam harga yang lebih terjangkau dibanding jaringan pasar swalayan.
Selain di Oxley, sholat Idul Adha juga dilaksanakan di banyak tempat, salah satunya di UQ. Sholat di UQ dilaksanakan di gedung parkir A3. Jamaah sholat Idul Adha yang dikoordinasi Muslim Student Association of UQ ini berasal dari beragam negara. Guyatt Park yang berdekatan dengan UQ menjadi tempat silaturahim banyak warga Muslim, mayoritas dari Malaysia.
Bila di Indonesia sholat Idul Adha selalu diikuti dengan penyembelihan hewan kurban, tidak demikian di Brisbane. Pemerintah Australia hanya membolehkan pemotongan ternak untuk konsumsi dilakukan oleh rumah pemotongan hewan dan peternakan (farm) yang tersertifikasi. Individu atau kelompok masyarakat tanpa sertifikasi ini, termasuk takmir masjid atau pengurus pusat komunitas, tidak diperbolehkan melakukan pemotongan hewan.
“Karena itu Muslim yang ingin berkurban biasanya melakukan kerja sama dengan peternakan. Banyak Muslim yang saat ini memiliki peternakan. Mereka yang melakukan pemotongan dan si pengurban akan mendapatkan daging yang sudah bersih, tinggal dibagikan,” kata Radies Purbo, salah satu aktivis Indonesian Muslim Center of Queensland (IMCQ).
Cara lain, menurut Krishnamurti Suparka, adalah menyalurkan kurban melalui lembaga-lembaga amal, baik yang berbasis di Australia maupun lembaga amal Indonesia yang memiliki cabang di Australia. “Misalnya Dompet Dhuafa cabang Australia, Human Initiatives, National Zakat Foundation, Human Appeal International dan lainnya. Kalau kita menyalurkan ke lembaga Indonesia, biasanya kurban kita dibagikan kepada para penerima di Indonesia,” kata aktivis Indonesian Islamic Society of Brisbane (IISB).
Selain saat Idul Adha, momen yang paling sibuk bagi IISB dan IMCQ adalah Ramadhan. Selama Ramadhan, komunitas Muslim Indonesia di Queensland biasanya melakukan buka puasa bersama dan tarawih keliling (tarling) setidaknya seminggu sekali. “Kami tarawih di rumah-rumah warga yang bersedia ditempati. Ini sebagai sarana silaturahim,” kata Krishnamurti.
Selain tarawih keliling, masyarakat Muslim Indonesia di Queensland juga sering sekali menggelar diskusi dan pengajian. “Biasanya saat Ramadhan banyak naras umber yang datang ke Australia atas undangan NU, Muhammadiyah dan organisasi-organisasi keislaman yang punya cabang di sini. Kami biasanya meminta kesediaan mereka untuk “diculik” sebentar, untuk mengisi diskusi atau pengajian bersama kami,” kata Krishnamurti. (*)
*Penulis adalah dosen di Prodi Ilmu Komunikasi, Universitas Presiden, Cikarang. Saat ini merupakan Ph.D student di The University of Queensland, Brisbane, Australia dengan beasiswa dari LPDP.