Jokowi hanya berstrategi. Sama halnya Megawati dan Hasto Kristiyanto. Hanya saja, hingga kini Jokowi pemenangnya
Oleh Sean Choir
Politik itu bukan benar salah. Politik itu who gets what, when and how?
Jadi siapapun sah untuk mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan, termasuk Megawati, Hasto Kristiyanto, Jokowi atau siapapun. Asal tidak ada role of the games yang dilanggar.
Mulai Pilpres hingga Pilkada serentak, hanya political framming yang ditembakkan ke Jokowi, dari para pecundang.
Saat ditanya, aturan mana yang dilanggar Jokowi? Tak ada satupun yang bisa jawab dan bisa mengajukan bukti apapun.
Karena tiadanya bukti hukum itu, downgrade pada Jokowi dialihkan pada isu pelanggaran moral dan etik. Padahal hukum positif dalam Undang-Undang yang telah disepakati bersama oleh DPR adalah moral dan etik tertinggi di dalam menyelesaikan sengketa apapun, termasuk sengketa politik. Bukan etik dan moralitas yang sifatnya personal-subyektif.
Jadi Jokowi sadar betul soal itu. Dalam berpolitik, Jokowi berselancar di atas semua role of the games. Termasuk saat ikut dukung dan kampanye dalam pilkada serentak ini.
Kalau ada yang menggugat, dapat dipastikan itu lebih bersifat personal-subyektif dan bukan menyangkut (hajat) hidup orang banyak.
Bagi Jokowi, mensukseskan Program Indonesia Emas 2045 bersama Prabowo dan Partai penopangnya adalah panggilan sejarah kebangsaan.
Maka memenangkan pilpres, memenangkan jagoan di Pilkada serentak, khususnya Jakarta, Jateng, Jatim, Jabar dan Sumut adalah keharusan politik untuk sebuah investasi politik jangka panjang.
Sehingga 2029-2034, periode kedua Prabowo Gibran tinggal mengikuti ritus politik-demokratisnya saja.
Sementara 2034, saat Gibran maju pilpres, dikalkulasi tidak ada lawan yang sepadan kecuali AHY. Itu pun spekulatif sifatnya. Karena keduannya bisa berkolaborasi. Politisi potensial sebagai lawan seimbang seperti Andika Perkasa dan Anies Baswedan diprediksi sudah habis momentumnya.
Apakah ini politik dinasti? Tentu saja tidak. Karena semua dilakukan dalam aras politik demokrasi langsung di mana rakyatlah yang menentukan.
Jadi, sekali lagi, Jokowi hanya berstrategi. Sama halnya Megawati dan Hasto Kristiyanto. Hanya saja, hingga kini Jokowi-lah pemenangnya. Sementara Megawati masih sebatas sebagai pecundang sejati.(*)
*Sean Choir adalah Khadam Kultural NU
Tinggal di Jombang.
Keterangan foto: Jokowi dan Sean Choir (kanan).