‘SUARA’ LA NYALLA: La Nyalla Mattalitti jumpa pers di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (11/1). Dia mengaku dimintai uang saksi Rp48 miliar oleh Prabowo, serta menyiapkan Rp200 miliar. (ist)

JAKARTA | duta.co – Mantan Ketua Umum PSSI La Nyalla Mattalitti mengaku dimintai uang saksi Rp48 miliar oleh Ketua Umum Gerindra Prabowo Subianto. Uang itu harus diserahkan sebelum tanggal 20 Desember 2017. Bila tidak, dirinya tidak mendapat rekomendasi sebagai Cagub di Pilkada Jawa Timur 2017.
La Nyalla menceritakan, dirinya diberi surat tugas Prabowo pada tanggal 9 Desember 2017 untuk mengumpulkan dukungan partai dalam pencalonan dirinya. Dalam surat nomor 12-0036/B/DPP-GERINDRA/Pilkada/2017 itu dijelaskan bahwa nama La Nyalla sebagai Cagub Jatim sedang diproses oleh DPP Partai Gerindra.
Karena itu, selain diminta mencari mitra koalisi, La Nyalla juga diminta untuk menyiapkan kelengkapan pemenangan. Salah satu kelengkapan pemenangan, ucap La Nyalla, ia sempat diminta uang sebesar Rp 48 miliar oleh Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto. Uang itu, untuk saksi dalam Pilkada Jatim.
Permintaan itu, saat La Nyalla melangsungkan pertemuan dengan Prabowo di Hambalang, Bogor, Sabtu (10/12/2017), bertepatan dengan Gerindra mengumumkan Mayjen (Purn) Sudrajat sebagai calon gubernur Jawa Barat.
“Saya dimintai uang Rp 48 miliar. Uang saksi disuruh serahkan di tanggal 20 Desember 2017, kalau tidak bisa, saya tidak akan direkomendasi,” ujar La Nyalla dalam jumpa pers di Tebet, Jakarta Selatan, Kamis (11/1). “Yang minta Bapak Prabowo,” katanya.
La Nyalla mengaku kecewa disyaratkan duit oleh partainya sendiri. Padahal, dia mengaku telah berkorban banyak untuk partai besutan Prabowo Subianto itu. Bahkan, permintaan duit untuk mengeluarkan rekomendasi disebut La Nyalla datang langsung dari Prabowo.
Tak tanggung-tanggung, angkanya mencapai ratusan miliar rupiah. “Prabowo sempat ngomong, ‘siapkan kamu sanggup Rp200 miliar?’ Rp500 saya siapkan, kata saya karena di belakang saya banyak didukung pengusaha-pengusaha muslim,’ tutur La Nyalla.
Bagi La Nyalla, ucapan Prabowo kala itu hanyalah bercanda saja. Dia kaget ternyata syarat tersebut benar-benar diterapkan. “Saya pikir main-main, ternyata ditagih betul Rp 40 miliar, saya bilang nanti. Saat itu juga saya sampaikan saya mau pasang fotonya Bapak, Gerindra, cuma jangan tulis calon gubernur, tulisnya bakal calon. Saya pasang di Pacitan sampai desa foto Prabowo. Semua sudah tahu Prabowo mendukung La Nyalla,” beber La Nyalla.
 

“Soepriyatno Minta Rp170M”

Bukan hanya Rp48 miliar, mantan Ketum PSSI itu juga menyebut Ketua DPD Gerindra Jatim Soepriyatno meminta Rp 170 miliar kepada Tubagus Daniel Hidayat sebagai bendaharanya. “Dia minta uang Rp 170 miliar. Langsung saya sampaikan kepada Daniel (pengusaha Tubagus Daniel Hidayat, bendahara La Nyalla saat mencoba mendapatkan rekomendasi Cagub) saya lebih baik bangun masjid saya bilang. Biar yang mengganjal ini tanggung jawab,” ujarnya.
La Nyalla mengaku sanggup memenuhi permintaan uang saksi oleh Prabowo. Namun, dia ingin agar uang saksi itu diberikan setelah pencalonannya di Pilkada Jawa Timur telah terdaftar di KPU. Tetapi, Prabowo tetap meminta uang harus diserahkan sebelum 20 Desember 2017.
“Tanggal 20 Desember saya kembalikan surat tugas. Padahal, saya sudah siapkan Rp300 miliar, tapi apabila sudah selesai pencalonan saya sebagai Cagub, baru saya taruh duit di situ. Ini belum apa-apa sudah minta duit, ya kabur kita,” ujarnya.
Menurut La Nyalla, untuk membayar saksi di 68 ribu tempat pemungutan suara di Jatim, tak sampai Rp 48 miliar. “Saya sudah hitung, dari 68 ribu TPS dikalikan Rp 200 ribu, dikalikan dua orang saksi. Berarti Rp 400 ribu per TPS dikalika 68 ribu. Itu sekitar Rp 28 miliar,” ujarnya.
La Nyalla mengaku dimarahi oleh Prabowo, karena persoalan itu tak menyediakan uang Rp48 miliar pada tanggal 20 Desember 2017. “Saya dipanggil ‘kosong delapan’ (kode Prabowo di lingkungan Gerindra, red) kok dimaki-maki. Prabowo itu siapa? Saya bukan pegawai dia, kok dia maki-maki saya,” ujar La Nyalla.
 
Tak Lagi Dukung Prabowo
La Nyalla mengatakan, tak menyangka akan dimarahi Prabowo karena permasalahan itu. La Nyalla merasa disia-siakan Prabowo. Padahal, ia telah mendukung Prabowo dari 2009, saat masih menjadi calon wakil presiden.
“Saya ini, orang bego kalau masih mau mendukung Pak Prabowo Subianto, karena saya sudah berjuang habis-habisan di 2009, 2014. Sampai kemarin pun saya masih kibarkan bendera Prabowo Subianto dan bendera Gerindra di Jawa Timur,” ujar La Nyalla.
Kini, La Nyalla memutuskan untuk keluar dari Partai Gerindra. “Ada yang tanya, ‘apa saya masih mau di Gerindra?’ Tidak, saya tidak akan mau lagi di Gerindra,” ujar La Nyalla.
La Nyalla merasa geram tak diberi rekomendasi oleh Ketua Umum DPP Gerindra Prabowo Subianto untuk maju di Pilkada Jatim.
 

Lapor Ulama Jatim dan Jakarta

La Nyalla juga membawa-bawa ulama dan Presidium Alumni 212 dalam serangannya ke Prabowo.  La Nyalla awalnya bicara soal dirinya yang didukung oleh ulama untuk maju di Pilgub Jatim 2018. Namun, dia tetap saja gagal mendapat rekomendasi dan malah mendapat syarat uang miliaran rupiah.
“Akhirnya saya lapor para ulama di Jatim dan Jakarta, termasuk Pak Amien Rais (Ketua Dewan Kehormatan PAN Amien Rais) dan Ibu Rachma (Waketum Gerindra Rachmawati Soekarnoputri). Saya sampaikan keluhan saya,” ujar La Nyalla.
La Nyalla mengatakan kepada Amien dan Rachmawati bahwa dirinya bukannya tak sanggup mengemban tugas dari Gerindra soal syarat uang. Namun, La Nyalla ingin rekomendasi Pilgub Jatim keluar terlebih dahulu sebelum membayarkan syarat itu.
“Saya tidak mau di depan, saya maunya di belakang. Saya mau urusan saya semuanya selesai dulu, baru saya dikatakan kalau disuruh bayar saya bayar. Kalau dikatakan uang saksi, ya kan itu 2018, waktu itu masih lama dari 2018. Karena saya tidak bisa menyiapkan di tanggal 20 Desember 2017, saya kembalikan,” sebut La Nyalla.
Dikatakan La Nyalla, Amien Rais hingga Rachmawati mengupayakan pencalonannya. Namun, lagi-lagi katanya, usaha itu nihil hasil. Di sinilah La Nyalla mengungkit dan membawa-bawa nama Presidium Alumni 212 yang terbentuk lewat aksi bela Islam berjilid-jilid terkait Pilgub DKI 2017.
“Tapi nyatanya yang dilakukan Bu Rachma, Pak Amien, Ustaz Aminuddin semua sia-sia. Sampai Ustaz Abdul Rasyid bikin surat resmi dari Presidium Alumni 212, diserahkan sendiri oleh Ustaz Al Khaththath ketemu sendiri degan ketua-ketua partai, tapi nggak ada yang ditanggapi,” beber dia.
“Di satu sisi saya selalu sampaikan, selalu 08 (Prabowo -red) ngomong saya tidak didukung oleh ulama, yang menyampaikan itu adalah Soepriyatno, Ketua DPD Gerindra Jatim,” imbuh La Nyalla.
 

Gerindra Tidak Percaya

Sementara itu, DPD Gerindra Jatim menolak menanggapi tudingan La Nyalla Mattalitti yang menyebut Prabowo meminta duit miliaran rupiah untuk pencalonan di Pilgub Jatim 2018. Gerindra Jatim tak percaya tudingan itu.
“Nggak tahu. Saya merasa tidak berkompeten berbicara terkait DPP. Kecuali kalau terkait DPD, saya nggak bisa bicara soal itu karena itu di Jakarta kan, kepengurusan di DPP. Tapi teman-teman di DPD dan kader di Jatim tidak ada yang mempercayainya,” kata Sekretaris DPD Gerindra Jatim Anwar Saddad saat dihubungi, Kamis (11/1).
Terpisah, Wakil Sekjen DPP Gerindra Andre Rosiade membantah tudingan La Nyalla. Andre mengatakan, selama ini Prabowo selalu total dalam membantu pasangan calon yang diusung ke Pilkada.
“Sepengalaman saya di Gerindra. Pak Prabowo tak seperti itu. Dia justru yang selalu bantu, beri urunan biaya,” kata Andre saat dihubungi, Kamis (11/1).
Ia mencontohkan seperti Pilgub DKI 2012 saat Gerindra mendukung pasangan Joko Widodo-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Menurut dia, Prabowo saat itu menghabiskan banyak biaya untuk mendukung penuh Jokowi-Ahok. Begitupun saat Pilgub DKI 2017 ketika mengusung Anies Baswedan-Sandiaga Uno.
“Pak Prabowo itu turun langsung, bantu ke calon. Kayak dukung Jokowi-Ahok. Itu kan terang jelas. Begitu juga pas dukung Anies-Sandi,” ujar Andre.
Kemudian, ia mencontohkan hal lain seperti Pilgub Jabar saat Gerindra mendukung Mayjen (Purn) Sudrajat. Menurut dia, Gerindra tak mematok ‘mahar’ kepada Sudrajat. “Coba tanya saja ke Pak Sudrajat, enggak ada mahar itu. Saya tahu track record Pak Prabowo.” hud, tri, dit

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry