Tampak pelajar Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Rejoso, Peterongan, Jombang di depan Kantor Duta Masyarakat. (FT.DUTA.CO/HAKIM)

SURABAYA | duta.co – Puluhan siswi Madrasah Aliyah Negeri (MAN), Rejoso, Peterongan, Jombang, Jumat (18/8/2017) bertandang ke kantor Harian Umum Duta Masyarakat, di Jl Gayungsari Timur 33, Surabaya. Di samping menimba ilmu jurnalistik mereka — yang sedang menggeluti ilmu bahasa ini — juga menjajaki kemungkinan menjadi penulis atau seorang wartawan.

“Masalahnya adalah bagaimana masa depan seorang penulis? Prospeknya seperti apa? Ini yang belum jelas bagi kami,” tanya salah seorang siswi saat temu redaksi bersama Mohammad Hakim, Redaktur Pelaksana koran ini.

Pertanyaan kritis, yang selama ini juga sering menjadi bahan diskusi insan pers. Apalagi belakangan, nasib koran kian terdesak oleh media sosial (medsos). Lalu bagaimana caranya koran tetap bisa hidup, bangkit di tengah persaingan global? Bagaimana dengan gaji wartawan, apakah bisa menyukupi kebutuhan hidup?

Pertanyaan ini kemudian dijawab oleh Mokhammad Kaiyis, Pemimpin Redaksi Duta Masyarakat. Menurut Kaiyis, wartawan adalah profesi, suatu pekerjaan yang menuntut keahlian tersendiri. Termasuk mengerti tentang bahasa yang benar. Jadi, tidak semua orang bisa menjalankan profesi ini walau jenjang pendidikan tinggi.

“Beruntunglah Anda menekuni ilmu bahasa. Paling tidak, dengan menguasai bahasa yang benar, Anda telah memiliki modal utama menjadi penulis atau wartawan. Sekedar tahu, banyak orang bergelar tinggi, ternyata tidak bisa menulis dengan benar. Misal, menulis kata ‘mengubah’ ditulis ‘merubah’, padahal keduanya memiliki arti yang jauh berbeda,” jelasnya.

Lalu bagaimana dengan ‘nasib’ dunianya? Berapa gajinya? Ini sangat relatif. Yang jelas, kata Kaiyis, profesi menulis tidak membuat pelakunya miskin-miskin amat. Selama dunia masih banyak orang membaca, belajar, maka, menulis tetap tinggi nilainya. “Jangan takut, karena karya tulis yang bermutu, itu mahal nilainya,” tegasnya.

Dari kunjungan singkat ini, terlihat betapa pelajar MAN Rejoso, Peterongan tampak  lebih cepat menguasai seluk beluk jurnalistik. Mereka juga sudah diajari bagaimana membuat berita, mengenali 5W 1H (who, what, where, when, why, how). Walhasil, pertemuan yang berlangsung 1,5 jam ini, diakhiri dengan tugas kepada masing-masing siswa.

“Ya, saya setuju anak-anak diberi tugas ringan, membuat berita kunjungan sesuai dengan kemampuan masing-masing. Nanti, lewat guru kelas, tugas itu dikumpulan dan disampaikan ke redaksi Duta,” demikian disampaikan Mohammad Kunsarwani, guru bahasa Inggris yang akrab dipanggil Pak Wawan ini.

Selain Wawan, sejumlah guru turut serta dalam kunjungan tersebut. Mereka adalah Subhan Umar Qosim, Sumailik dan Yuliana Wahyu W. “Sambil reuni. Ternyata, guru-gurunya juga alumni UNESA. Sampai ketemu, lain kali giliran kami yang ke MAN Rejoso, Peterongan,” jelas Eko Pamuji, General Maganer Duta yang juga Sekretaris Ikatan Alumni (IKA) UNESA ini. (sov)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry