MENURUN : Kelud pasca erupsi semakin menarik minat masyarakat. DUT/dok

Obyek Wisata di Musim Hujan

Pasir Putih Situbondo juga mengalami penurunan pengunjung karena ombak yang sangat besar. DUTA/dok

Cuaca ekstrim membuat kunjungan wisata di beberapa obyek mengalami penurunan. Hal itu karena pengunjung takut terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama berada di tempat tersebut. Diantara yang mengalami penurunan pengunjung adalah Gunung Kelud Kediri dan Pasir Putih Situbondo.

Perubahan cuaca yang cukup ekstrem memengaruhi kunjungan kalangan wisatawan yang datang ke Gunung Kelud, di Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. “Perubahan cuaca tentunya berpengaruh. Biasanya ditutup lebih  awal,” kata koordinator petugas di kawasan wisata Gunung Kelud Gunawan  di Kediri.

Ia mengatakan biasanya di Gunung Kelud buka hingga pukul 17.00 WIB. Namun, jika kondisi cuaca tidak memungkinkan bisa lebih awal, misalnya  pukul 14.00 WIB. Pihaknya pun mengatakan, tingkat kunjungan saat ini masih ramai.  Terlebih lagi saat libur, baik saat akhir pekan maupun libur nasional.

Dalam sehari, jumlah kunjungan bisa sampai ratusan orang, bahkan  hingga lebih dari 1.000 orang. Mereka juga berasal dari berbagai daerah  yang sengaja berkunjung ke wisata Gunung Kelud. “Ini Alhamdulillah ramai. Setiap hari selalu dipadati pengunjung. Biasanya, yang paling ramai saat akhir pekan atau saat libur seperti ini,” katanya.

Ia mengatakan tingginya jumlah kunjungan ini menunjukkan bahwa Gunung Kelud masih menjadi tujuan wisata yang diminati pengunjung. Erupsi yang terjadi pada Februari 2014 tidak membuat masyarakat takut untuk datang ke Kelud.

Sementara itu, saat ini proses pembersihan di areal puncak Gunung Kelud masih terus dilakukan oleh petugas. Mereka berupaya membersihkan material yang memadati, salah satunya di bagian terowongan ke Kelud.

Wisatawan juga tidak diizinkan untuk memasuki kawasan puncak. Pengunjung dibatasi sekitar 2 kilometer tidak diperbolehkan masuk, namun mereka bebas untuk berkunjung ke jalur menuju gunung tersebut.

Walaupun Gunung Kelud erupsi pada Februari 2014, saat ini perubahan sudah mulai terjadi. Tanaman yang sempat rusak karena terkena awan  panas saat ini sudah mulai tumbuh, sehingga suasana serta jalur menuju  ke gunung tersebut sudah mulai nampak berwarna hijau.

Selain itu, di jalur menuju ke gunung itu juga dipadati dengan  penjual. Warga banyak mendirikan warung yang menjual aneka makanan serta minuman. Selain itu, mereka juga menjual aneka oleh-oleh, misalnya buah nanas, duren, maupun apukat. Buah-buahan itu banyak yang tumbuh di kaki Gunung Kelud.

Di “Rest area” atas, pengunjung juga banyak berfoto “Selfie`.  Pemandangan di gunung yang masih dipadati dengan sisa erupsi material  Gunung Kelud menarik bagi pengunjung menjadi tempat berfoto.

“Ini saya datang ke Kelud ingin wisata. Saya juga ingin melihat  langsung kondisi gunung itu yang terbaru, sejak erupsi tiga tahun lalu,” kata Ana, salah seorang pengunjung.

Hal yang sama terjadi di Pasir Putih Situbondo. Direktur Wisata Bahari Pasir Putih, Kabupaten Situbondo, Danial Maulana, mengatakan cuaca ekstrem yang terjadi sejak hampir tiga bulan terakhir berdampak pada menurunnya kunjungan wisata.

“Memang dampak cuaca ekstrem tidak hanya menyebabkan bencana banjir dan merugikan lahan pertanian milik petani, akan tetapi cuaca ini juga berdampak pada kunjungan wisata, khususnya Pasir Putih yang menurun hingga 15 persen,” katanya.

Ia mengemukakan penurunan kunjungan wisata 15 persen atau sekitar  300 orang pengunjung selama Januari 2017, diakibatkan cuaca ekstrem dan juga banjir yang terjadi beberapa waktu lalu di objek wisata pantai yang terletak di Desa Pasir Putih, Kecamatan Bungatan, itu.

Menurunnya kunjungan wisata 15 persen, katanya, adalah perbandingan dari jumlah pengunjung wisata Perusahaan Daerah (Perusda) Situbondo tersebut pada tahun sebelumnya (Januari 2016). “Tidak hanya cuaca ekstrem dan banjir di wisata ini yang menyebabkan menurunnya jumlah pengunjung, akan tetapi kami juga menduga akibat pemberitaan media yang kurang jelas atau informasi yang disampaikan juga kurang sempurna sehingga banyak masyarakat yang enggan untuk berkunjung atau menunda kunjungan karena khawatir,” ucapnya.

Menurut Danial, permasalahan banjir yang hampir setiap tahun terjadi di Jalur Pantura Kawasan Wisata Bahari Pasir Putih Situbondo juga diakibatkan gundulnya hutan yang berdampingan dengan objek wisata dan hal ini seharusnya menjadi permasalahan bersama untuk dicari solusinya.

“Permasalahan banjir yang sering terjadi di Pasir Putih adalah dari hulu sampai hilir. Di hulu hutannya gundul dan di tengah ada saluran irigasi (drainase) tidak berfungsi sebagaimana mestinya dan perlu ada normalisasi, serta di hilir kurangnya kesadaran masyarakat dalam menjaga kebersihan,” tuturnya.

Ia berharap permasalahan banjir di kawasan objek wisata itu segera dapat terselesaikan dan ada solusinya dari hulu hingga hilir, supaya banjir tidak terus-menerus berdampak pada menurunnya angka kunjungan wisata. (ara)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry