Devyana Dyah Wulandari – Dosen Fakultas Kesehatan

PERKEMBANGAN obat herbal di Indonesia dinilai cukup pesat dan banyak dikonsumsi oleh masyarakat. Didukung dengan iklim yang bersifat tropis, Indonesia memiliki banyak kekayaan alam yang dapat kita manfaatkan.

Dengan adanya tren “Back to Nature” pada perkembangan obat herbal, masyarakat banyak memilih kembali ke pengobatan alami yang dinilai cenderung lebih aman daripada obat sintetik. Penggunaan obat herbal dari bahan alam merupakan suatu manifestasi dari peran aktif masyarakat dalam meningkatkan derajat kesehatan. Namun adakalanya penggunaan obat herbal terkendala oleh bahan baku yang sulit didapat.

Sejak 2012, sudah mulai banyak penelitian yang membuktikan khasiat dari kulit buah Manggis. Kulit buah manggis yang selama ini dianggap sebagai “sampah” ternyata banyak memiliki khasiat yang sangat luar biasa.

Buah yang dikenal sebagai “The Queen of Fruit” ini terbukti memiliki banyak senyawa bioaktif yang mampu mengobati berbagai macam penyakit. Untuk mendapat senyawa bioaktif ini, perlu dilakukan proses isolasi dari ekstrak suatu bahan alam.

Banyak sekali penelitian yang menunjukkan khasiat ekstrak kulit buah manggis, namun beberapa masih dalam bentuk ekstrak pelarut tertentu yang mengandung banyak sekali senyawa bioaktif. Kandungan senyawa bioaktif dalam suatu ekstrak dapat memberikan efek antagonis (saling meniadakan) atau bahkan memiliki efek yang sinergis (saling menguatkan).

Inilah kelemahan bahan dasar obat yang terbuat dari ekstrak. Berbeda dengan isolat senyawa bioaktif, isolat merupakan senyawa tunggal yang memiliki bioaktivitas tertentu yang diperoleh dari hasil pemisahan dari ekstrak bahan alam. Keunggulan isolat adalah efeknya bersifat tunggal, tidak ada zat lain yang memberikan efek meniadakan maupun menguatkan.

Senyawa tunggal bioaktif dapat diperoleh melalui proses pemisahan menggunakan metode kromatografi dari ekstrak bahan alam menggunakan pelarut kimia tertentu. Seperti pada penelitian yang telah dilakukan oleh penulis pada tahun 2012, penulis telah berhasil mengisolasi 1 senyawa bioaktif (isolat) dari ekstrak etanol kulit buah manggis (Garcinia mangostana L.) yang diketahui bernama senyawa alfa mangostin.

Senyawa ini berupa serbuk berwarna kuning muda. Kemudian penelitian ini dilanjutkan dengan pengujian bioaktivitas sebagai antidiabetes pada tikus yang terinduksi diabetes mellitus. Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa alfa mangostin ini mampu menurunkan kadar glukosa darah yang kemampuannya hampir sama dengan glibenklamid, suatu obat diabetes sintetik.

Kemudian penelitian ini dilanjutkan secara lebih molekular, yaitu untuk melihat efek senyawa ini terhadap kadar malondialdehid dan profil histologi pankreas tikus. Malondialdehid (MDA) merupakan suatu biomarker peroksidasi lipid yang menandakan bahwa telah terjadi peningkatan stres oksidatif pada pasien diabetes.

Hasil menunjukkan bahwa senyawa alfa mangostin mampu menurunkan kadar MDA secara signifikan dan menunjukkan ada efek perbaikan terhadap sel beta pankreas. Hal ini membuktikan bahwa senyawa isolat ini memiliki potensi yang kuat dalam menurunkan kadar glukosa darah.

Namun masih butuh waktu yang panjang untuk dapat dikonsumsi secara luas oleh masyarakat karena tahapan uji yang dilalui baru uji secara pra klinis, masih ada beberapa tahapan uji lagi untuk mencapai kategori obat fitofarmaka.

Selain senyawa isolat alfa mangostin ini, ada beberapa kandidat lain yang dapat digunakan sebagai alternatif obat antidiabetes antara lain daun jambu biji, daun kelor, daun sirih merah, sambiloto, dan daun salam yang terbukti memiliki efek hipoglikemik, tentu saja dibuktikan melalui suatu penelitian.

Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan obat herbal, antara lain dosis penggunaan, kebersihan, dan aturan penggunaan bersamaan dengan obat kimiawi. *

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry