Penghargaan kepada instansi dan perusahaan peduli TBC dalam acara Wawasan Series: Merdeka dari TBC yang digelar Suara Surabaya Media di Surabaya, Kamis (29/8/2024). (dok/duta.co)

SURABAYA | duta.co – Tuberkulosis atau TB adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Bakteri tersebut dapat masuk ke dalam paru-paru dan mengakibatkan pengidapnya mengalami sesak napas disertai batuk kronis. Dan penderita pengidap TBC tidak kelihatan jelas karena sama halnya dengan batuk umumnya yang banyak tidak disadari.

Indonesia dan Provinsi Jatim berupaya keras untuk mengendalikan TBC dengan berbagai cara. Penemuan pengidap Tuberkulosis (TBC) adalah titik awal pengendalian kasus untuk mewujudkan target eliminasi TBC pada tahun 2030.

Seperti dikatakan Prof. Dr. dr. Erwin Astha Triyono, Sp.PD-KPTI., FINASIM. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur, stigma dan diskriminasi yang masih kuat di masyarakat membuat penemuan kasus TBC tidak mudah.

“Penemuan adalah awal dari penemuan masalah. Kalau tidak ketemu, lebih repot lagi,” kata Erwin dalam acara Wawasan Series: Merdeka dari TBC yang digelar Suara Surabaya Media di Surabaya, Kamis (29/8/2024).

Untuk itu, Dinkes Jatim terus berupaya edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat dengan menggandeng berbagai pihak tetang TBC. Eliminasi TBC merupakan kunci tercapainya Indonesia Emas 2045. Masalahnya, TBC tidak bisa diselesaikan hanya dari sisi medis, tapi juga sosial. Semakin cepat ditemukan (TBC), semakin cepat ditekan.

Menurutnya, cara paling sederhana untuk mencegah penularan TBC adalah dengan menggunakan masker untuk menghindari penyebaran lewat droplet.

“Penularannya melalui droplet, dan yang jelas masker sangat membantu mengurangi risiko terpapar,” tambahnya.

Erwin juga menyebut bahwa Jawa Timur patut berbangga karena menduduki peringkat kedua penemuan kasus TBC tertinggi di Indonesia. Hal ini menunjukkan kemampuan dalam menemukan dan mempercepat penanganan.

“Kalau perlu ranking satu, karena kita harus menemukan (kasusnya). Tapi jangan lupa, segera obati setelah itu dan semoga trennya turun dengan sendirinya,” lanjutnya.

Erwin menekankan bahwa target Indonesia Emas 2045 baru bisa tercapai jika salah satunya adalah dengan menyelesaikan kasus TBC.

“Caranya dengan memaksimalkan skrining. Tantangan di Jatim adalah populasi tertentu, seperti di pondok pesantren dan lainnya, yang membutuhkan penanganan khusus,” jelasnya.

Jatim telah berhasil mengeliminasi lebih dari 90 persen kasus TBC, meningkat pesat dibandingkan sebelumnya yang hanya 40 hingga 50 persen.

“Tantangan kita adalah jangan hanya berhenti pada penemuan kasus. Program memang memudahkan akses pasien, tapi sekarang harus bersama-sama, masyarakat juga harus rajin melakukan asesmen diri,” tandasnya.

Erwin menjelaskan, penemuan kasus saat pasien masih stadium awal, memperbesar peluang kesembuhan. “Angka kematian TBC tinggi karena saat pasien ditemukan, sudah stadium lanjut dan resisten obat,” ujarnya.

Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) tahun 2023, terdapat 10,6 juta orang di dunia jatuh sakit dan sebanyak 1,3 juta orang meninggal karena TBC. Indonesia masih menjadi negara dengan kasus TBC tertinggi kedua di dunia. Sebagai respons terhadap kondisi ini, pemerintah telah menargetkan mengeliminasi TBC dari Indonesia pada tahun 2030. Hal ini menjadi landasan bagi semua pihak untuk bergerak bersama menjadi lebih peka, peduli, dan ikut serta memerangi TBC di Indonesia.

Dr Tutik Kusmiati, dr SpP Konsultan Ketua Tim TB DOTS RSUD Dr Sutomo Surabaya mengatakan, bakteri TBC juga dapat menginfeksi bagian tubuh lain seperti usus, otak, tulang, bahkan kelenjar manusia.

“Bakteri ini bisa bertahan di tempat gelap dan lembap. Kalau imunitas kita bisa mengendalikan, ini yang disebut TBC laten. ‘Kumannya’ tidur,” kata Tutik yang juga Ketua KOPI TB Surabaya.

“Suatu waktu, saat imunitas tubuh lemah, bisa menyebar dan menginfeksi,” tambahnya.

Pengidap TBC laten, kata Tutik, tidak mengalami keluhan. Di negara endemik tinggi seperti Indonesia, kondisi ini bisa saja terjadi. Untuk mengetahui apakah mengidap TBC laten, perlu dilakukan foto rontgen, tes mantoux, juga bisa dengan tes IGRA.

“Kalau hasilnya positif, bisa dicegah supaya bakterinya tidak bangun dengan terapi pencegahan,” tutur Tutik.

Bagi pasien TBC yang sudah sakit, penularan terjadi melalui droplet. Sehingga orang lain yang menjadi kontak erat sangat berisiko. Imm

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry