MENGENASKAN: Almarhum Syait Asyam (20) yang tewas diplonco seniornya di Mapala UII Yogyakarta. (IST)
MENGENASKAN: Almarhum Syait Asyam (20) yang tewas diplonco seniornya di Mapala UII Yogyakarta. (IST)

Orang Tuntut Polisi-Kampus Usus Tuntas

YOGYAKARTA | Duta.co – Sri Handayani (46) tersenyum ramah kepada setiap pelayat yang masih silih berganti datang pada hari ketiga meninggalnya anak semata wayangnya, Syaits Asyam (20). Sesekali terdengar suaranya sesenggukan saat menceritakan saat terakhir pertemuannya dengan Asyam di RS Bethesda Yogyakarta, Sabtu 21 Januari 2017 lalu.

“Asyam (panggilannya) minta dibalikkan badannya ke kanan menghadap saya. Lalu mencium tangan saya dan meminta maaf,” tutur Sri mengenang detik-detik sakaratul maut anaknya di rumah duka di Jetis RT 13 RW 13 Catur Harjo, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Senin (23/1/2017).

MENGENANG: Sri Handayani, ibunda Syaits menunjukkan piagam-piagam penghargaan putranya yang jadi korban perploncoan Mapala UII. (IST)

Mahasiswa Teknik Industri Angkatan 2015 Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta itu tiba di RS Bethesda pukul 05.30 WIB pada, Sabtu, 21 Januari 2017. Sri baru mendapat kabar melalui telepon dari teman kuliah Asyam pada pukul 10.30 WIB dan tiba sekitar pukul 11.30 WIB.

Asyam mengembuskan nafas terakhir pada hari itu pukul 14.45 WIB usai mengikuti Pendidikan Dasar The Great Camping XXXVII Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) di lereng selatan Gunung Lawu, Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Tepatnya di Hutan Tlogodringo, Desa Gondosuli, Kecamatan Tawangmangu.

Saat pertama kali melihat anaknya, Sri nyaris tak percaya. Asyam terlihat kotor dan penuh luka pada punggung kedua tangannya. Pemuda berambut gondrong dan ikal itu terbaring dengan alat bantu pernafasan. “Kata dokter, saat tiba di rumah sakit, Asyam sudah sesak nafas. Jangankan ngomong, untuk bernafas saja sulit,” kata Sri.

Melihat kondisi Asyam yang kepayahan itu, dokter menyarankan Sri untuk menyiapkan kertas dan pena. Setiap perkataan yang diucapkan Asyam diminta untuk dicatat yang dimungkinkan bisa bermanfaat nantinya. Dan ada sejumlah keterangan yang disampaikan Asyam kepada ibunya dengan nafas tersengal-sengal.

Asyam sempat disabet punggungnya dengan rotan sebanyak 10 kali, disuruh membawa air dengan menggunakan leher, serta diinjak kakinya. “Asyam juga menyebut nama pelaku yang juga seniornya di Mapala itu,” kata Sri sembari menyebut nama berinisial Y.

Sore harinya di Bethesda, Sri sempat bertemu pengurus Mapala yang mengantar Asyam ke rumah sakit. Pengurus yang mengaku bukan bagian dari panitia diksar itu menceritakan Asyam sempat diare. Kemudian dibawa ke Bethesda. Saat bertemu ibunya, Asyam pun sempat diare kembali.

“Saat saya akan membersihkan, Asyam melarang. Biar suster saja bu, katanya. Dia tak mau merepotkan saya,” kata Sri dengan suara sesenggukan.

Paman Asyam, Seno Aji (50), sempat waswas saat Asyam meminta izin mengikuti Diksar. Tak hanya aktivitas fisik yang harus dijalani, Asyam juga belum mempunyai pengalaman mendaki gunung sebelumnya. Kepada tetangganya, Asyam sempat berpamitan dan meminta tolong menjaga ibunya.

“Dia bilang kalau akan menjual mobilnya. Karena sopirnya (Asyam) akan pergi jauh. Rupanya itu firasat,” kata Seno yang berulang-ulang menghapus air mata yang menggenang di pelupuknya.

 

Pemuda yang Berprestasi

Sri Handayani mengenang Syaits Asyam sebagai pemuda yang beprestasi. Ia terkenang kisah-kisah indah saat sang anak masih berada di sampingnya sebelum saat kejadian nahas tersebut terjadi akhir pekan lalu.

Di mata sang ibu, Asyam adalah pribadi yang sangat menyenangkan. Segudang kesibukan dijalani dari pagi hingga larut malam untuk menuntaskan cita-cita membahagiakan sang ibu.

“Saya bahkan panggil dia Pak Mentri karena kesibukannya itu, dia sangat aktif dan senang ikut kegiatan organisasi yang positif. Itu dilakukannya sejak SMA dan berlanjut hingga kuliah,” ungkapnya kepada wartawan.

Kenangan indah lain kemudian muncul dalam pembicaraan tersebut ketika beberapa tahun lalu Asyam mewakili Indonesia dan mendapat penghargaan di tingkat internasional atas penelitian di bidang lingkungan hidup. Presiden Joko Widodo bahkan sempat mengundangnya ke istana untuk diberikan penghargaan pada 2014 lalu.

“Dia wakil Indonesia di lomba penelitian International Scinece Project Olympiad yang waktu itu diselenggarakan di Belanda dan menang. Dia diundang presiden ke Istana Negara dan mendapat penghargaan juga,” kenang Sri sembari menyeka air mata.

Kini kenangan indah bersama sang anak hanya menjadi pengisi hati Sri lantaran Asyam terlebih dahulu meninggalkan dunia usai mengikuti acara Great Camping Mapala Unisi. Ia pun terpaksa menyimpan dalam-dalam keinginan melihat putera semata wayangnya sukses menjadi menteri dan mengabdikan kemampuannya untuk negara.

 

Minta Polisi usut Tuntas

Pihak keluarga pun meminta pihak kepolisian dan kampus untuk mengusut tuntas penyebab kematian Asyam yang dari hasil otopsi mengalami luka di dada sebelah kanan. “Saya berharap tidak ada lagi kejadian seperti ini,” pungkasnya.

Sebelumnya, orang tua Syaits Asyam memang sudah melaporkan kematian anaknya ke Polres Karanganyar, Jawa Tengah, Sabtu (21/1/2017).  Kapolsek Tawangmangu AKP Riyanto membenarkan bahwa orang tua Syaits Asyam melaporkan kematian anaknya ke Polres Karanganyar.

Laporan kematian mahasiswa tersebut saat ini ditangani pihak Reskrim Polres Karanganyar. “Polres Karanganyar sedang malakukan penyelidikan dan penyidikan penyebab kematian korban,” kata Kapolres Karanganyar AKBP Ade Safri Simanjuntak.

Polres Karanganyar, katanya, juga telah melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi dan mengoptimalkan penyelidikan di lapangan.  ags, net

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry