Kepala Desa Jatiarjo, Sareh Rudianto saat memberikan sambutan pada acara Cangkru'an bersama awak media di Kampung Kopi, Sabtu (1/12/2018), siang. (DUTA.CO/Abdul Aziz)

PASURUAN | duta.co – Kopi Kabupaten Pasuruan (Kapiten) yang sudah dikenal ini masyarakat luas ini, terus dipasarkan. Bahkan kopi asal Desa Jatiarjo tembus hingga pasar Internasional. Tak tanggung-tanggung biji kopi yang ditanam di dataran tinggi di Desa Jatiarjo, Kecamatan Prigen, Kabupaten Pasuruan ini, banyak digemari oleh negara tetangga, Australia.

Kepala Desa Jatiarjo, Sareh Rudianto  mengatakan, jenis kopi robusta dan arabica, tumbuh subur di lahan sebesar 363 hektar di desanya. Lahan tersebut membuahkan berbagai macam merek kopi, diantaranya Kopi Kreweng, Kopi Sumadi, Kopi Ringgit dan Kopi Jaran, yang menjadi produk yang cukup terkenal di pasaran hingga di Jakarta.

Nama terakhir, Kopi Tjap Djaran bahkan mampu menembus pasar Internasional. Cita rasa yang kuat dalam kopi ini membuat Kopi Tjap Djaran mampu memikat hati para penikmat kopi baik dari dalam dan luar negeri. “Kita bersama elemen kelompok tani lainnya terus lakukan terobosan untuk meningkatkan tanaman kopi Jatiarjo ini,” ujar Sareh, saat beri sambutan acara cangkru’an bersama awak media, di Kampung Kopi, Sabtu (1/12/2018).

Menurut Sareh, bahwa mengubah pola hidup yang awalnya perambah hutan menjadi petani dan peladang membutuhkan proses waktu lama. “Kami dulu bersama Perhutani dan Aqua bagikan bibit secara gratis tapi ditolak warga. Setelah petani menanam ada manfaatnya, bibit tanaman harus membeli,” paparnya.

Dari Dusun Cowek, Dusun Tegalkidul, dan Dusun Tonggowa ini, sebanyak 100 petani telah mengembangkan 30.000 tanaman kopi Robusta, Arabica, dengan total 100 hektar luasan lahan tertanam. Ladang kopi tersebut juga memenuhi fungsi konservasi untuk Lereng Arjuno, sebagai daerah resapan air meliputi Purwosari, Gempol dan Pandaan.

External Relation Regional lll Danone-Aqua, Budi Hartono menegaskan bahwa inisiatif masyarakat Jatiarjo patut diapresiasi. “Kemauan untuk berubah dari pemanfaatan hutan menjadi peladang kopi membutuhkan dukungan dari banyak pihak, Aqua membantu mendorong sejak 2008 lalu untuk bisa terwujud hingga saat ini untuk warga,” ujar Budi.

Dikatakannya, yang menjadi tantangan saat ini adalah hasil kopi yang langsung dijual kepada pembeli luar.”Padahal kalau dikelola dan dibranding dengan merk Jatiarjo akan bisa memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat Jatiarjo sendiri, yang sudah mengakui akan manfaat mengelola kopi dengan baik,” tambahnya.

Tercatat, tahun 2018 ini ladang kopi di Jatiarjo mampu menghasilkan 150 ton kopi dan terus berkembang. Selain telah mendorong terbentuknya kelembagaan dalam 2 kelompok tani penerima manfaat dari Program Konservasi Pabrik Aqua Pandaan di Jatiarjo ini, telah menjangkau 300 jiwa, baik itu secara langsung maupun tak langsung. (dul)