KONSEP dalam ilmu khususnya IPA memiliki kedudukan strategis, sebagai bangun dasar tubuh ilmu (The body of knowledge).
Konsep membangun prediksi dan atau penjelasan yang disebut teori, kemudian teori yang teruji benar secara konsisten akan menghasilkan hukum atau prinsip. Oleh karena itu untuk mendapatkan teori dan hukum yang benar mutlak harus dimulai dari kebenaran konsep yang membangun teori dan hukum tersebut.
Konsep dapat didefinisikan sebagai abstraksi atau generalisasi kumpulan stimulus (benda, data, makhluk hidup, peristiwa, dsb.) yang memiliki ciri sama. Ciri adalah karakteristik unik yang membedakan contoh konsep dengan yang bukan contoh. Tidak semua karakteristik dapat menjadi ciri (atribut) sebuah konsep.
Burung adalah contoh konsep. Burung memiliki karakteristik bersayap, tetapi karakteristik “bersayap” bukanlah ciri burung, karena ada hewan lain yang bukan burung ternyata memiliki sayap. Dengan pernyataan lain sayap bukanlah keunikan burung. Kupu-kupu, belalang, kelawar semuanya memiliki sayap.
Begitu pula dengan karakteristik “dapat terbang” bukanlah ciri burung, karena banyak hewan lain dapat terbang sementara burung onta tidak pernah bisa terbang. Sayap, terbang bukanlah keunikan atau kekhasan burung, oleh karena itu bukanlah ciri/atribut konsep burung.
Sayang sekali sayap dan kemampuan terbang yang dimiliki oleh burung sangat menonjol dan mudah diamati, sehingga jika tidak berhati-hati di dalam membuat generalisasi/abstraksi akan menyebabkan terjadi miskonsepsi. Miskonsepsi adalah konsepsi yang dimiliki oleh seseorang yang bertentangan dengan fakta dan tidak bersesuaian dengan kesepakatan para ahli.
Seseorang belajar konsep dari contoh-contoh yang diamati, mereka mengindetifikasi persamaan yang ada di antara contoh-contoh tersebut, akhirnya merumuskan simpulan tentang atribut sebuah konsep, menyusun definisi (pengertian) konsep yang sedang dipelajari dan mengidentifikasi contohnya. Selanjutnya menemukan nilai (peran) dari contoh konsep yang sedang dibangun.
Seorang guru yang mengajarkan suatu konsep, minimal harus mencangkup elemen yang disebutkan tersebut, yaitu nama (label) konsep, pengertian (definisi), ciri (atribut), Contoh (wakil representatif), dan nilai dari konsep yang sedang dipelajari.
Dari proses “bermain” sekelompok anak menemukan dan mengamati sejumlah hewan, misalnya belang, semut, kecoak, jangkrik. Dari pengamatan yang mereka lakukan Ali memeroleh informasi bahwa hewan-hewan tersebut memiliki persamaan yaitu kakinya enam, Badu membuat simpulan berbeda, bahwa hewan tersebut memiliki persamaan yaitu kaki beruas-ruas, sementara Cory menemukan hewan tersebut memiliki persamaan pada bagian tubuh, karena semuanya memiliki kepala, dada dan perut.
Dari peristiwa tersebut Ali, Badu, dan Cory memiliki konsepsi awal yang disebut prakonsepsi. Konsepsi awal mereka berbeda, Ali menemukan bahwa serangga berkaki enam, sedang Badu menemukan bahwa serangga kakinya beruas-ruas, sementara Cory memiliki pendapat berbeda lagi, yaitu bahwa serangga memiliki bagian tubuh terdiri atas kepala, dada, dan perut.
Temuan mereka bertiga sesuai fakta pada hewan2 tersebut. Tetapi kalau kita menambah hewasn-hewan lain, ternyata simpulan Badu yang menyatakan kaki berus menjadi SALAH, karena ada hewan lain di luar serangga yang kakinya berus, yaitu kepiting, udang, labah-labah.
Ali dan Cory memilki kesimpulan yang benar, karena menang semua serangga kakinya berjumlah enam dan tubuhnya ternya tersusun atas tiga bagian. Tidak ada hewan lain di luar serangga yang memiliki ciri seperti itu. Dari sini kita dapat melihat bahwa di dalam belajar seseorang memeroleh prakonsepsi yang dapat benar tetapi juga mungkin salah. Prakonsepsi salah yang bersifat resisten, artinya sulit diubah dinamakan miskonsepsi.
Miskonsepsi dapat muncul dari pengamatan yang tidak cermat atau contoh yang tidak representatif dan kurang banyak. Penyebab lain adalah karena pengaruh bahasa. Terdapat kesamaan istilah dalam IPA dengan bahasa sehari-hari tetapi memiliki pengertian yang berbeda. Sebagai contoh: otot, bulu, otot dalam Bahasa jawa bermakna pembuluh darah sementara dalam IPA berarti daging.
Tidak heran ketika sekelompok guru sekolah dasar ditanya bagaimana warna otot, mereka serempak menjawab biru. Pada bahasa sehari-hari tidak membedakan bulu dengan rambut, sementara dalam IPA kedua istilah itu berbeda. Bulu merupakan ciri burung, sedang rambut merupakan ciri hewan menyusui. Kebiasaan tidak teliti dan tidak kritis dalam melakukan pengamatan juga dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi. Kecenderungan menggunakan sifat yang mudah diamati sebagai ciri sebuah konsep seringkali mengecoh.
Seseorang yang mengalami miskonsepsi, akan memiliki konsepsi yang salah tentang suatu konsep dan mereka selalu mempertahankan konsepsi tersebut meskipun telah diberitahu bahwa konsepnya salah. Itulah sebabnya mengubah konsepsi seseorang yang mengalami miskonsepsi tidak selalu mudah, perlu ditunjukkan banyak bukti yang berlawanan dengan konsepsinya. *