Rais Am PBNU, KH Ma'ruf Amin. (FT/suratkabar)

PONTIANAK | duta.co — Rais Am PBNU, KH Ma’ruf Amin, kembali menegaskan pentingnya penguatan ekonomi umat. Hal itu disampaikan Kiai Ma’ruf dalam Seminar Nasional Ekonomi Syariah dan Pembangunan Ekonomi Bangsa, di IAIN Pontianak, Senin (1/5/2017).

Konsep ekonomi keumatan itu, kata Rais Aam, mendapat dukungan dari Presiden RI. “Presiden sudah mendukung. Bahkan sudah menginstruksikan para konglomerat di Indonesia, untuk membangun kemitraan dengan umat, sebagai pelaku usaha menengah. Presiden mengatakan, ini bukan himbauan tetapi perintah,” paparnya.

Presiden Joko Widodo, kata Kiai Ma’ruf, juga mengatakan, konglomerat harus membantu umat, tanpa memikirkan untung. “Bila perlu, jangan ambil untung, serahkan sepenuhnya untuk umat. Karena konglomerat sudah banyak mengambil untung. Begitu kata Presiden. Jadi mari kita membangun ekonomi bangsa. Inilah arus baru ekonomi Indonesia,” tandasnya.

Menurut Kiai Ma’ruf, kebijakan ekonomi negara saat ini, tidak lagi top down, tetapi bottom up. Konsep tersebut sudah direalisasikan di antaranya dengan menetapkan Jakarta sebagai pusat perekonomian syariah atau Islamic Financial Centre.

“Sekarang juga, kita sedang membuat gerakan ekonomi umat. Sinergi, penguatan, koordinasi dan akselerasi gerakan ekonomi umat. Dengan Presiden, kita juga sedang mengupayakan redistribusi aset. Mengambil aset-aset konglomerat untuk didistribusikan kepada umat. Kata Presiden, sekarang sudah ada 12,7 juta hektar tanah yang akan dibagikan kepada kepada umat dan dikelola oleh pesantren dan koperasi-koperasi umat,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Kiai Ma’ruf juga menjelaskan, Ekonomi Syariah yang dimaksud bukanlah ekonomi islam radikal. Tetapi ekonomi islam moderat yang selaras dengan kondisi kekinian. “Pendekatan yang digunakan pendekatan moderat. Tawassutiyah. Misalnya tentang pasarmodal. Boleh bermuamalah dengan orang yang banyak harta haram,” paparnya.

Ekonomi syariah ini, imbuh kiai, sering dikaji di pesantren-pesantren. Yang memadukan antara mabadi rabbaniyah dan hilah insaniyah. Prinsip keislaman yang dipadu dengan profesionalisme. Nabi menyatakan antum alamu dunyakum, tetapi juga memberi rambu-rambu, jalan yang lurus.

“Ini adalah penerapan praksis dari kajian-kajian fiqh. Dulu fiqh hanya dibahas di pesantren. Kini mulai disistematisasi. diinstutisionalisasi. melalui UU Perbankan Syariah, UU Surat Berharga Syariah Negara yang biasa disebut Sukuk. Sekarang sukuk Indonesia terbesar dibanding negara-negara lain. Jadi ini adalah era kebangkitan kiai,” pungkasnya. (mlk)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry