KH Abdullah Muchith, Mursyid Tarekat Tijani (Malang) (FT/Faizal)

SURABAYA | duta.co – Jangan ada lagi darah rakyat tumpah, sebagaimana aksi protes terhadap kecurangan Pilpres 2019 yang berlangsung di Gedung Bawaslu, Jl MH. Thamrin No. 14 Jakarta Pusat, pada 21-22 Mei 2019.

Ada 737 korban. Korban non-trauma sebanyak 93 orang, luka berat 79 orang, luka ringan 462 orang, 8 orang meninggal dunia, 96 orang belum ada keterangan.

“Kalau aksinya damai, berjalan dengan baik, tapi, ada pihak-pihak yang melakukan kerusuhan, ini yang harus kita pantau,” demikian pesan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan kepada wartawan sebagaimana dikutip www.ayobandung.com.

Kini, suasananya, menjadi lebih berat. Karena konsentrasi massa lebih dekat lagi dengan Istana Negara. Gugatan kecurangan Pilpres sudah masuk Mahkamah Konstitusi (MK), di Jl Medan Merdeka Barat, Gambir, Jakarta Pusat. Bukan tidak mungkin ketegangan semakin mengeras.

“Selamatkan rakyat Indonesia Ya Allah! Jangan pernah berhenti meminta keselamatan kepadaNya. Jangan lagi ada bentrok antara aparat dengan rakyat, jangan lagi ada darah tumpah,” demikian disampaikan KH Abdullah Muchith, Mursyid Tarekat Tijani (Malang) yang tak pernah capek ‘mengetuk pintu langit’ demi keutuhan bangsa kepada duta.co, Senin (27/5/2019).

Selama ini, sosok Kiai Abdullah Muchith, memang, jarang dikenal publik. Sudah 35 tahun, kiai sepuh ini berhasil menjauh dari hiruk pikuk politik. Hidupnya hanya diisi dengan tirakat, puasa. Ia mengaku sangat prihatin ketika menyaksikan anak bangsa ini terlibat perseteruan, terlebih adanya letusan senjata sampai berdarah-darah.

Ketika pecah (bentrokan) antara aparat dan rakyat di Jakarta dalam aksi 21-22 Mei, Kiai Abdullah Muchith tengah bersimpuh di Masjid Agung Ampel, Surabaya. Ia mengaku miris menyaksikan darah rakyat kembali tumpah.

“Cukup, ya Allah! Berilah kesejukan bangsa ini. Kepada mereka yang tengah berjuang menyuarakan aspirasi, tunjukkanlah mereka jalan damai. Bagi aparat, berilah kemampuan untuk menjaga mereka sesuai dengan isi konstitusi dan UUD 1945,” katanya lirih.

Ia berharap ada ruang kebebasan di negeri Indonesia. Di samping itu, tak kalah penting semoga putusan Mahkamah Konstitusi  (MK) benar benar adil, sesuai firman Allah swt: Wa idza hakamtum bainannas an tahkumu bi al-adl. (Apabila kamu menetapkan hukum di antara sesama, maka hukumlah dengan adil). “Hanya keadilan yang bisa menuntaskan masalah,” jelasnya.

Jika hukum tegak, tegasnya, rakyat akan memperoleh keadilan. “Lalu bangsa ini bisa hidup dalam kesejahteraan, menjadi aman, damai, adil makmur sesuai tuntunan Alquran dan Amanat UUD 1945. Ini yang harus diperjuangkan,” tegas kiai yang nyaris tidak pernah tidur malam untuk mendoakan Indonesia menjadi baldatun toyyibatun warobbun ghofur ini. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry