
KEDIRI|duta.co – Apakah wabah pandemi ini berpotensi menjangkit semua orang? atau hanya berbadan sehat serta fisik biasa terlatih tidak akan tertular? Sejumlah warga membenarkan bahwa atas diterapkan protokol kesehatan harus menerapkan pola hidup baru dan segala bentuk aktifitas dibatasi. Menjadikan ironis, sejumlah orang harus terdampak PHK, kehilangan mata pencaharian karena tempatya bekerja mencari sesuap nasi untuk sementara ditutup.
Keberadaan kolam renang masih menjadi bahan perbincangan di masyarakat, bila melihat sisi olahraga tentunya demi menjaga daya tahan tubuh. Namun di sisi lain, juga berpotensi media penularan Covid-19. Ditemui di ruang kerjanya, Dian Kristian selaku Manager Tirtayasa Park menyampaikan bahwa pihaknya menunggu keputusan dari Pemerintah Kota Kediri. Imbasnya sejak Agustus tahun lalu terpaksa sejumlah karyawan diberhentikan.
“Kita dasarnya tetap menunggu keputusan dari pemkot, memang ada saran suruh mengajukan izin. Contoh di Pagora, mengajukan izin Sabtu Minggu buka, cuma kita tidak jadi. Kita lebih mengikuti aturan saja seperti apa Perwali akan dicabut otomatis buka. Itu tergantung dari tim gugus juga, seperti apa jadi semua tetap di evaluasi dari mereka,” terangnya.
Pihak Manajemen Tirtayasa, dijelaskan Dian, fokus pada perawatan taman, cleaning area dan maintenance area dsb jd biar tetap dikondisikan bersih rapi. ‘Selama pandemi kita bertahan sampai Agustus 2020 untuk mempertahankan karyawan. Setelah kita evaluasi tidak ada perubahan dalam arti kebijaksanaan dari Pemkot belum ada wacana untuk pembukaan, keputusan berat kita hentikan sementara,” jelasnya.
dr. Fauzan : Masih Zona Oranye

Terkait hal ini, Juru Bicara Gugus Tugas yang juga Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri, dr. Fauzan Adima saat dikonfirmasi di ruang kerjanya, kemarin, menyampaikan bahwa pihaknya masih melakukan kajian. “Untuk wisata masih dikaji dipertimbangkan, memang kebijakan gugus tugas nanti dibuka secara bertahap. Gedung bioskop mulai diijinkan dibuka dengan catatan tetap prokes. Kemudian beberapa Minggu ke depan baru tempat wisata. Tergantung jumlah kasus atau zona yang ada di Kota Kediri. Kalau terus membaik akan dibuka tapi kalau tiba – tiba peningkatan mungkin belum dibuka,” jelasnya.
Alasan disampaikan, jika tempat wisata dibuka, tidak mungkin dibatasi seperti satu jam harus pulang apalagi bila berada di alam bebas. “Kalau kolam renang kan bukan wisata seperti di hotel. Seperti Pagora itu kan tempat wisata, kalau kolam renang kemungkinan dalam waktu dekat akan diperbolehkan namun pengelola harus memberi desinfektan yang cukup di sejumlah tempat. Seperti air diber kaporit kemudian rutin dicuci beberapa hari sekali. itu mungkin akan diijinkan tapi kalau pengelola tidak taat kesehatan ya tidak akan diijinkan,” jelas dr. Fauzan.
Kemudian pesan lainnya disampaikan Kadinkes, hanya 50% dari kapasitas dan tidak sampai berkerumun, kantin sementara ditutup, kamar mandi harus rutin dibersihkan. “Dari awal harus tidak diperbolehkan tapi kalau ternyata ada yang buka bisa dilaporkan ke Satpol PP untuk tindakan. Tapi yang jelas dari awal Pemkot tidak mengijinkan karena resiko penularan yang masih tinggi. Masih zona oranye, semua pembukaan melalui tahapan. Jadi ini kan ekonomi dengan kesehatan memang dua hal yg kontroversial. Ketika kesehatan diperketat maka ekonomi akan terganggu tapi kalau ekonomi dilonggarkan pasti kesehatan terganggu dan banyak kasus,” jelasnya.
Terkait beroperasinya kolam renang berada di kawasan Brigif 16 Wira Yudha di masa pandemi, Dandim 0809 Kediri Letkol Kav. Dwi Agung Sutrisno yang juga selaku wakil ketua gugus tugas menjelaskan. “Setahu saya kolam itu penggunaannya untuk internal anggota. Kemudian ada club tertentu dengan jumlah terbatas untuk melatih atlit, setahu kami itu yang dilakukan dan menggunakan prokes yang ketat. Artinya kapasitas diatur dan pemeriksaan sebelum masuk dan jumlah terbatas. Namun tentunya akan kita cek lagi dengan adanya informasi tambahan lainnya,” jelas Dandim. (kin/nng)