
SURABAYA | duta.co – Vaksin meningitis kembali diwajibkan bagi seluruh orang yang akan memasuki Arab Saudi. Kebijakan ini diberlakukan sejak pertengahan 2024 untuk mengantisipasi risiko kesehatan saat jutaan umat muslim berkumpul menjalankan ibadah haji dan umrah. Penyakit meningitis, yang sangat menular melalui droplet dan kontak erat, menjadi perhatian utama. Untuk mencegah penyebaran penyakit ini, pemerintah Arab Saudi memastikan seluruh pelaku perjalanan menerima vaksin meningitis.
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes), merespons kebijakan tersebut dengan menerbitkan surat edaran. Vaksinasi meningitis kini dilaksanakan oleh Balai Kekarantinaan Kesehatan (BBKK) di seluruh Indonesia, termasuk penerbitan International Certificate of Vaccination (ICV) atau buku kuning sebagai bukti vaksinasi.
Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar, mencatat angka jemaah umrah yang signifikan. Pada 2023, dari 13,55 juta jemaah umrah di seluruh dunia, sebanyak 1,2 juta berasal dari Indonesia. Besarnya angka ini meningkatkan risiko penyebaran meningitis, baik kepada sesama jemaah maupun keluarga di tanah air.
Laporan pada 2024 menunjukkan 12 kasus meningitis yang menjangkiti pelaku perjalanan ke Arab Saudi. Sebanyak 10 kasus melibatkan orang dewasa yang langsung bepergian ke Arab Saudi, sedangkan 2 kasus lainnya menular kepada anak-anak melalui anggota keluarga yang baru pulang.
Menyikapi risiko ini, RSPI Prof. Dr. Sulianti Saroso bekerja sama dengan PT Bio Farma serta dua BBKK, yakni BBKK Surabaya dan BBKK Soekarno-Hatta, dalam penelitian carrier meningokokus. Penelitian ini bertujuan mendeteksi dini risiko meningitis, baik pada pembawa (carrier) maupun jemaah yang menunjukkan gejala.
Kepala BBKK Surabaya, Dr. Rosidi Roslan, menekankan pentingnya penelitian berbasis data untuk mendukung kebijakan kesehatan.
“Pengambilan keputusan harus berbasis data. Tanpa data, semuanya hanya akan dianggap hoaks. Penelitian seperti ini sangat penting untuk mendukung kebijakan program kesehatan di masa depan,” ujarnya, Senin,(2/12/2024) saat monitoring dan evaluasi penelitian.
Dalam penelitian ini, BBKK Surabaya ditargetkan mengumpulkan 450 sampel. Namun, dalam waktu 1,5 bulan, mereka berhasil mengumpulkan 675 sampel usap dan 87 sampel darah dari jemaah yang menunjukkan gejala. Jumlah ini melampaui target awal, berkat keterlibatan 14 tenaga kesehatan dan kerja sama dengan agen perjalanan umrah.
Proses pengumpulan sampel dilakukan di Bandara Internasional Juanda, di mana jemaah diarahkan ke ruang penelitian setelah mendarat. Mereka diminta mengisi formulir persetujuan, menjalani wawancara tentang riwayat kesehatan dan perjalanan, serta pemeriksaan fisik. Selanjutnya, sampel lendir diambil melalui metode usap orofaring, dan pengambilan darah dilakukan pada jemaah yang bergejala.
Langkah selanjutnya, sampel yang telah terkumpul dikirim ke Laboratorium RSPI Sulianti Saroso untuk pemeriksaan RT-PCR. Hasil pemeriksaan akan diinformasikan kepada responden, dan pemantauan dilakukan bagi yang dinyatakan positif. Diseminasi hasil penelitian dijadwalkan pada akhir Desember 2024.
Langkah ini diharapkan menjadi fondasi kebijakan kesehatan nasional untuk mengantisipasi penyebaran meningitis, baik di dalam maupun luar negeri. (gal)