GERMASIA : Para kader dilantik di depan Bupati Sidoarjo Syaiful Ilah dan sivitas akademika Unusa di Pendopo Kabupaten Sidoarjo beberapa waktu lalu. DUTA/ istimewa

Lansia atau lanjut usia masih menjadi beban keluarga. Penyakit-penyakit kronis dan non kronis banyak dialami mereka, sehingga beban pemerintah untuk membiayai kesehatan para lansia ini juga terus meningkat.

Karena itu memberdayakan para lansia agar sehat, produktif dan mandiri harus dilakukan atas kerjasama masyarakat dan pemerintah setempat. Salah satunya dilakukan Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa) melalui program Gerakan Desa Ramah Lansia (Germasia).

Germasia dibentuk untuk membantu menyukseskan program pemerintah. Di mana pemerintah mengatur masalah lansia khususnya kesejahterannya itu dalam undang-undang.

Itu juga sejalan dengan Nawasatya Bhakti Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yakni memiliki desa ramah lansia dan difabel. Tak hanya itu World Health Organization (WHO) juga memiliki program kota ramah lansia.

“Lansia memang harus diperhatikan. Karena jika tidak,  nantinya bisa menjadi beban keluarganya. Kalau sudah jadi beban, bisa-bisa keluarganya ini juga ikut tidak produktif karena harus ngurusi si lansia,” ujar Lis Noventi SKep,Ners,MKep, dosen Fakultas Keperawatan dan Kebidanan Unusa.

Karena itu Unusa yang saat ini menggelar kuliah kerja nyata (KKN) di Kecamatan Jabon, Kabupaten Sidoarjo membuat terbosan dengan menggelar tiga program unggalan. Yakni Pojok Literasi, Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dan Desa Ramah Lansia.

Dikatakan ditetapkannya tiga program itu, Lis Noventi ditunjuk sebagai ketua tim. Lis mengakui dia langsung bergerak dengan membentuk satuan kerja (satker).

Selain itu dia bersama tim menggelar pelatihan dan sosialisasi tentang Germasia ini ke Puskesmas Jabon.

Foto bersama para kader dengan tim Unusa usai pelatihan dan sosialisasi Germasia. DUTA/istimewa

“Alhamdulillah didukung semuanya, Kepala Puskesmas mendukung, semua mendukung. Bahkan Bupati Sidoarjo juga mendukung,” tukasnya.

Setelah dilakukan sosialisasi dengan melibatkan kader Posyandu di masing-masing desa, maka dosen, mahasiswa Unusa yang sedang KKN bersama dengan kader serta pemerintah setempat mulai membuat taman lansia.

Di taman lansia itu akan ada rumah pintar lansia. Itu dibuat di 15 desa yang ada di Kecamatan Jabon.

Taman lansia ini sekilas hampir sama dengan taman-taman yang ada. Namun bedanya dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas tambahan untuk lansia agar bisa berolahraga atau minimal menggerakkan badannya setiap hari.

Misalnya ada lantai yang hanya berupa batu-batu kerikil. Di mana para lansia jika lewat di kerikil itu bagaikan melakukan pijat refleksi sehingga telapak kaki dan ujung-ujung jari tidak kaku.

Selain itu, kata Lis, taman itu dilengkapi dengan tanaman toga yang bisa dimanfaatkan para lansia sebagai obat alternatif menyembuhkan berbagai macam penyakit yang diderita.

“Di masing-masing desa tidak sama. Karena antara desa yang satu dengan yang lain kasus lansianya berbeda. Misalnya di desa A, banyak penderita diabetes, di desa B banyak darah tinggi, maka tanaman toganya juga berbeda-beda,” jelas Lis.

Dengan disediakannya taman lansia ini diharapkan, para lansia yang ada di desa itu bisa memanfaatkannya sebagai sarana berolahraga dan bersosialisasi.

“Di tempat itu para lansia bisa berolahraga setiap hari. Berbeda kalau di Posyandu Lansia, mereka hanya bisa melakukan olahraga sebulan sekali,” tukasnya.

Agar lansia ini tidak malas untuk berolahraga, maka para kader diharuskan lebih aktif dan jemput bola mengajak lansia untuk berolahraga. “Kita ingin lansia itu sehat, kalau sudah sehat mereka bisa produktif, kalau sudah produktif mereka akan madiri,” tukasnya.

Nantinya setelah semua desa membuat taman lansia, serta program KKN lainnya, maka Unusa berniat untuk melombakannya. Lomba Pojok Literasi, BUMDes serta Desa Ramah Lansia akan dilombakan yang akan diikuti 15 desa di Kecamatan Jabon. end

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry