
SURABAYA | duta.co – Jagat kriminal geger. Penculikan dan pembunuhan yang menimpa Kepala Kantor Cabang (Kacab) Bank Rakyat Indonesia (BRI) Cempaka Putih, Muhammad Ilham Pradipta itu, berlangsung sadis. Lelaki berusia 36 tahun — dikenal sebagai muslim taat — diculik, lalu dibunuh. Ini menyisakan tanda tanya besar: Siapa dalang dan apa motif di balik kejahatan itu?
Apalagi, konon, Ilham tidak punya musuh. Ia hanya terkenal sebagai pribadi profesional yang memiliki dedikasi tinggi dalam memimpin operasional BRI Cabang Cempaka Putih. Tiba-tiba Kamis, 21 Agustus 2025, sosok Ilham ditemukan tewas di kawasan Bekasi dengan tubuh babak belur.
Informasi yang dihimpun, sehari sebelum kejadian, tepatnya pada Rabu, 20 Agustus 2025, Ilham menghadiri pertemuan dengan pihak Lotte Grosir di kawasan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Polisi pun bekerja keras untuk menyingkap tabir kematian Ilham.
Kasubdit Jatanras Polda Metro Jaya, AKBP Abdul Rahim menyebut, pihaknya telah menangkap delapan tersangka yang tersebar di sejumlah wilayah, mulai dari Johar Baru (Jakarta Pusat), Solo (Jawa Tengah), Pantai Indah Kapuk atau PIK (Jakarta Utara), hingga Nusa Tenggara Timur (NTT).
Tiga tersangka, yakni DH, YJ, dan AA, ditangkap di Solo. Kemudian tersangka berinisial C ditangkap di kawasan PIK. Lalu AT, RS, dan RAH diamankan di Johar Baru, sementara RW ditangkap saat baru tiba di Bandara Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Seluruh tersangka inilah yang menculik korban dari area parkir sebuah supermarket di Pasar Rebo, Jakarta Timur, Rabu, 20 Agustus 2025. Dari hasil otopsi RS Polri Kramat Jati menunjukkan korban meninggal akibat hantaman benda tumpul di dada dan leher.
“Kemungkinan ada tekanan pada tulang leher dan dada (akibat hantaman benda tumpul) yang menyebabkan dia kesulitan bernapas,” kata Kepala RS Polri Kramat Jati, Brigjen Pol Prima Heru, dikutip ANTARA, Senin, 25 Agustus 2025.
Ini Tantangan Seorang Kepala Cabang
Di balik misteri kematian Ilham, muncul pertanyaan soal peran dan tantangan yang dihadapi seorang kepala KCP bank. Apakah benar profesi ini berisiko tinggi hingga bisa memicu tindak kejahatan keji? Benarkah di Cabang sering jadi ajang kejahatan perbankan?
Entah. Yang jelas, spekulasi di media sosial menyebut korban sedang mengusut dugaan fraud miliaran rupiah oleh pegawainya. Ada juga yang menyinggung kemungkinan keterlibatan debt collector (DC) dalam eksekusi. Jika benar terkait profesi, penting untuk memahami tugas utama dan kewenangan seorang kepala KCP bank.
Penangkapan para pelaku ini kian mengerucut hingga sosok aktor intelektual penculikan dan pembunuhan berhasil ditangkap. Yang mengejutkan, penculikan dan pembunuhan Ilham ini ternyata diotaki seorang pengusaha bernama Dwi Hartono. “Ya! DH merupakan salah satu dari aktor intelektual penculikan,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary, Selasa (26/8/2025).
Namun, apa motif di balik penculikan dan pembunuhan ini, hingga kini belum terungkap. Polda Metro Jaya saat ini tengah mendalami kasus tersebut, termasuk menyelidiki apa motifnya. Fakta-fakta dirangkum detikcom, Rabu (27/8/2025). Misalnya, bagaimana kisahnya bisa mengerucut ke sosok Dwi Hartono atau DH ? Siapa dia?
Masih menurut detik.com, Dwi Hartono adalah Pengusaha Bimbel Online. Seperti dilangsir detikSumbagsel, Dwi Hartono merupakan seorang pengusaha asal Rimbo Bujang, Kscamatan Tebo, Jambi. Di kampung halamannya tersebut, Dwi Hartono dikenal sebagai orang yang dermawan sekaligus seorang motivator.
Salah satu warga setempat bernama Jay Saragih menyebut bahwa Dwi sudah lama merantau meninggalkan kampung halamannya. Jay terkejut dan tidak menyangka bahwa Dwi Hartono terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan.
Bagaimana sosok Dwi Hartono? Meski sudah lama merantau, namun Dwi sering menggelar reuni dengan teman-teman seangkatannya. Menurut Jay, setiap kali acara reunian itu, Dwi kerap mengundang artis-artis ibu kota dan pernah mengundang pengajian akbar yang dihadiri ustaz terkenal.
“Yang kami kenal orangnya humble, dia motivator juga, ya kalau gak salah. Dia suka menolong, kalau ada acara di Rimbo Bujang ini dia siap membantu sebagai (pemberi) sumbangan,” ujar Jay.
Dwi Hartono juga mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM). UGM pun kini resmi menonaktifkan Dwi Hartono dari seluruh kegiatan akademik. Sebagaimana diunggah detikJogja, Rabu (27/8), juru bicara UGM Dr I Made Andi Arsana mengatakan, DH telah resmi dinonaktifkan berdasarkan hasil koordinasi intensif internal. Penonaktifan itu, kata Made Andi, sebagai bentuk dukungan UGM terhadap proses hukum yang berjalan.
“Yang bersangkutan telah dinonaktifkan dari seluruh kegiatan akademik pada Semester Gasal 2025/2026 sebagai bentuk dukungan UGM terhadap proses hukum dan penyelidikan yang tengah berlangsung. Penonaktifan tersebut ditetapkan melalui surat resmi dari Dekan FEB UGM, Prof Dr Didi Achjari,” kata Made Andi dalam keterangan tertulisnya.
UGM telah berkoordinasi intensif dengan Dekan Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) UGM. UGM mengonfirmasi bahwa DH adalah mahasiswa baru Semester 1 Program Studi Magister Manajemen (Kampus Jakarta) FEB UGM.
“UGM menghormati sepenuhnya proses hukum yang berjalan, menjunjung asas praduga tak bersalah, dan berkomitmen menjaga integritas serta profesionalisme,” ucapnya.
UGM, lanjut dia, juga mendukung seluruh pemangku kepentingan untuk bekerja sesuai ketentuan agar kasus ini segera terungkap dan keadilan dapat terwujud bagi semua pihak. Selain itu, UGM juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya Muhammad Ilham Pradipta.
Yang ironi, polisi menyebut Dwi Hartono juga sempat terjerat kasus pemalsuan ijazah. Kasat Reskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Darma Sena, membenarkan Dwi Hartono sempat tersandung kasus pemalsuan ijazah. Dwi Hartono memalsukan ijazah tingkat SMA dalam sekolah paket C.
“Iya benar di tahun 2012 terkait pemalsuan ijazah SMA, paket C kalau nggak salah,” kata Andika saat dihubungi wartawan, Rabu (27/8/2025).
Andika Dwi Hartono sudah diproses oleh pengadilan. Dia menyebut Dwi dijatuhi vonis selama 2 tahun penjara dalam kasus itu. “Informasinya sudah divonis kurang lebih 2 tahun penjara, bisa dipastikan ke PN ya. Data yang ada di kita hanya terkait kasus pemalsuan ijazah. Sebagai pelaku yang mengkondisikan pemalsuan ijazah tersebut,” kata Andika. Astaghfirullah! (berbagai sumber)