JOMBANG | duta.co – Di sebuah rumah kecil berukuran 5×10 meter di Dusun Kepatihan, Desa Kepatihan, Kecamatan Jombang, seorang gadis remaja bernama Alfita Surya Dwi menjalani hidup yang jauh dari kata mudah. Di usianya yang baru menginjak 17 tahun, Alfita telah merasakan pahitnya kehilangan dan kerasnya kehidupan.

Sejak lahir, Alfita sudah tidak merasakan kasih sayang seorang ibu. Ibunya meninggal dunia saat melahirkan dirinya dan saudara kembarnya. Ayahnya kini tinggal di Surabaya bersama keluarga barunya, dan saudara kembarnya pun ikut bersamanya. Sementara itu, Alfita tumbuh dalam asuhan sang nenek yang sudah renta, berusia 80 tahun, dan kini tengah terbaring sakit karena mengidap penyakit Osteoporosis.

Setiap hari, Alfita menjalani rutinitas yang mungkin terasa berat bagi anak seusianya. Di sela-sela waktu belajar dan tugas sekolah, ia harus merawat neneknya seorang diri. Tapi gadis ini tak pernah mengeluh. Ia tetap tersenyum, meski hatinya mungkin penuh luka dan lelah yang tak terlihat.

“Aku ingin sekolah, ingin terus belajar, walaupun kadang bingung besok makan apa,” ucapnya lirih, sambil menunduk di sudut rumah yang hanya berdinding tembok kusam.

Alfita kini duduk di kelas 2 SMP Negeri 1 Jombang dan akan segera naik ke kelas 3. Meski hidup dalam keterbatasan, semangatnya untuk belajar tidak pernah padam. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, ia bergantung pada uluran tangan tetangga dan bantuan dari para dermawan. Ia juga menjadi salah satu penerima bantuan dari program dana desa yang disalurkan oleh Pemerintah Desa Kepatihan.

Kepala Desa Kepatihan, Erwin Pribadi, menjelaskan bahwa Alfita termasuk dalam daftar 285 anak yatim, miskin, berprestasi, dan disabilitas yang mendapat bantuan dari dana desa senilai Rp46 juta.

“Kami tidak hanya memberi bantuan, tapi juga berdialog langsung dengan mereka untuk tahu apa yang benar-benar mereka butuhkan,” kata Erwin. “Tahun ini, anak-anak meminta sepatu dan perlengkapan sekolah, dan itu yang kami berikan.”

Tak hanya itu, perhatian juga diberikan kepada para janda miskin di desa. Erwin dan istrinya secara pribadi menyisihkan sebagian rezeki mereka untuk membantu para ibu yang hidup sendiri tanpa penghasilan tetap.

Kisah Alfita adalah kisah tentang kekuatan hati seorang anak. Tentang perjuangan dalam diam, keteguhan dalam keterbatasan, dan harapan yang tetap menyala meski hidup tampak gelap. Ia adalah satu dari banyak anak Indonesia yang butuh dukungan nyata, bukan hanya simpati.

Lewat kisah ini, kita semua bisa belajar arti syukur—dan mengulurkan tangan untuk mereka yang terus bertahan dalam senyap. (din)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry