SURABAYA | duta.co – Semangat para guru di pendidikan NU, untuk menanamkan sedini mungkin Islam Ahlussunnah wa Jamaah (ASWAJA) an nahdliyah, begitu tinggi. Sabtu (8/11/25), sebanyak 59 santri dari TKQ-TPQ Roudhatul Jannah dan TPQ Remaja, Kutisari, Surabaya menggelar ‘Kirab Santri’, berkunjung ke Museum NU di bilangan Menanggal, Gayungan, Surabaya.

“Mereka didampingi 5 guru dan 4 wali santri, menyisir sejumlah benda peninggalan kiai-kiai NU. Antusiasme mereka luar biasa, ini momen emas bagi orang tua, atau pengasuh pendidikan untuk menanamkan Aswaja An Nahdliyah lebih awal,” demikian disampaikan Muhammad Azharuddin, yang notanebe penjaga Museum NU.

Menurut Azhar, menanamkan Aswaja lebih dini, hasilnya akan lebih baik. Apalagi kalau diimbangi dengan metode yang pas untuk mereka. “Museum NU bisa berkomunikasi dengan Ma’arif NU yang sangat paham di bidang itu. InsyaAllah hasilnya bisa maksimal,” tegas lelaki alumni PP Gontor yang kini sibuk menuntaskan pendidikan S2 di Universitas Negeri Surabaya (UNESA) tersebut.

Kunjungan ‘Kirab Santri’ juga memanfaatkan film dokumenter NU, sampai pentingnya memahami sejarah jamiyah yang disampaikan almaghfurlah KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Cak Anam (Drs H Choirul Anam red).

“Museum NU itu idenya Gus Dur. Dibangun oleh almaghfurlah Cak Anam, diresmikan oleh almaghfurlah Mbah Sahal. Saat peresmian Museum NU ditunggui sampai selesai oleh KH Yusuf Hasyim, putra pendiri NU Hadratusysyaikh KH Hasyim Asy’ari,” tambah M Faris Habiburrahman, juga petugas Museum NU, dan alumni Al Azhar, Kairo yang tengah menyelesaikan studi S2 di UIN Sunan Ampel, Surabaya.

Rombongan santri dikawal pengasuhnya, Ustad Aisyah. Mereka juga diajak melihat bagaimana NU bisa begitu toleran dalam beragama. Baju Banser Arianto yang terpajang di lantai 2 menjadi saksi, bahwa, warga NU bisa bersanding dengan non-muslim. Begitu juga soal ibadah, NU bisa bersanding dengan madzhab-madzhab lain sebagaimana isi surat Raja Saud dalam peristiwa Komite Hijaz.  “Karena santri pemula, dibutuhkan cara pandang dalam penyampaian yang cocok untuk mereka,” tegas Haris.

Setuju Undang Ma’arif NU

Wakil Ketua PWNU Jawa Timur, Dr Ahmad Hakim Jayli, kepada duta.co sangat setuju ada perubahan cara pandang dalam menunjang pendidikan pembentukan karakter, penanaman ajaran Islam yang moderat serta pengenalan sejarah dan perkembangan NU. “Museum NU dan Ma’arif NU bisa duduk bersama untuk membuat metode yang cocok bagi anak-anak sekarang,” tegas CEO Tv9 Nusantara ini.

Menurut Gus Hakim, panggilan akrabnya, anak sekarang berbeda dengan zaman lampau. “Maka perlu memahami karakteristik peserta didik melalui penyesuaian media pembelajaran dan infrastruktur laboratorium Aswaja di setiap sekolah yang terkoneksi dengan pusat literasi sejarah sebagaimana Museum NU. Kita agendakan, agar kita bisa segera bertemu dengan Ma’arif NU Jawa Timur,” tegasnya. (mky)

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry