SURABAYA | duta.co – Rabu (6/11/2024) siang, Surabaya sedang terik-teriknya. Di salah satu ruangan sebuah kampus swasta di Surabaya Timur, Nur Siti Latifah (31) bekerja seperti biasa di bagian keuangan, Direktorat Sistem Informasi di kampus itu. Ruangan ber-AC dingin tidak membuatnya kepanasan walau udara sedang tidak bersahabat.
Akibat cuaca ekstrim itu, Latifah mengaku sedang tidak enak badan, flu dan batuk serta sedikit meriang. Siang itu, sebenarnya waktu Latifah ishoma, istirahat, sholat dan makan siang. Namun dia harus mengerjakan beberapa laporan selain dia malas keluar ruangan karena panas yang seakan menembus kulit.
Latifah, atau biasa dipanggil Teh Ipeh sudah sejak 2016 bekerja di bagian keuangan Direktorat Sistem Informasi itu. Setiap hari, dia menghadap dua layar cekung komputer untuk membantu menyelesaikan semua tugas dan pekerjaannya. Tidak hanya Latifah tapi semua pekerja di ruangan itu menghadap dua layar komputer besar ketika bekerja. Maklum Direktorat Sistem Informasi menangani seluruh sistem informasi lembaga pendidikan yang berada di bawah yayasan mulai SMP, SMA, SMK hingga perguruan tinggi. Tak heran semua layar harus nyala dan terpantau. Karena satu sistem rusak, bisa merusak dan menghambat seluruh pekerjaan di bawah yayasan perguruan itu.
Namun sesibuk apapun, dia bisa menjeda sebentar ketika ada seseorang yang bertanya tentang investasi khususnya logam mulia. “Saya suka kalau ada orang nanya, bagaimana investasi emas dan sejenisnya. Sesibuk apapun akan saya layani, ya berbagi ilmu dan manfaat,” katanya tertawa.
Seperti halnya siang itu dia sedang ‘melayani’ rekan sekantornya, Yogi Raka Siwi yang ingin tahu lebih jauh tentang dinar. Yogi secara usia masih sekitar 25 tahun dan termasuk genzi (Gen Z). Latifah pun melayani setiap pertanyaan Yogi. “Ya siapapun yang bertanya, pasti saya jawab sesuai dengan pengalaman yang saya punya,” tuturnya. Selama ini di sekitar Teh Ipeh sudah mengetahui jika perempuan Sunda ini adalah ‘pecinta’ investasi emas.
Perempuan berkacamata ini termasuk kalangan milenial yang sudah ‘melek’ investasi terutama emas. Itu diakui Teh Ipeh karena sejak kuliah dia sudah mendapatkan edukasi saat mengikuti unit kegiatan mahasiswa (UKM) Kerohanian Islam.
Beberapa kajian di UKM itu membahas tentang investasi zaman Rosullah Muhammad SAW. “Saat itu saya diajari bagaimana menjaga nilai harta ala Rosulullah yaitu dengan dinar. Intinya kalau mau investasi yang nilainya stabil, ya dengan emas, dinar kan masuk emas, logam mulia,” kata Teh Ipeh.
Karenanya, kuat dalam hatinya dia ingin melakukan itu. Lulus dari jurusan Ekonomi Pembangunan dan mulai bekerja Teh Ipeh menyisihkan penghasilannya untuk membeli emas terutama logam mulia.
Teh Ipeh berpikir dia harus hidup sejahtera. Dia tidak ingin anak-anaknya kelak hidup seperti saat dia masih kecil. Dia dari Cianjur merantau ke Surabaya usai lulus sekolah dasar (SD). Dia mengaku ikut tetangganya yang lebih dulu tinggal di Surabaya. Dia diberi tugas menemani anak tetangganya yang saat itu masih kecil.
“Beruntung tetangga itu baik. Saya boleh sekolah di SMP hingga SMA. Waktu itu sekolah saya gratis, Alhamdulillah. Hingga saya bisa kuliah, bisa bayar kuliah sendiri. Dan saya bertekad harus mapan financial, supaya anak saya kelak lebih sejahtera,” tukasnya.
Memulai investasi ala Rosulullah, Teh Ipeh menjatuhkan pilihan pada dinar dari Antam. Memang saat itu Antam sudah tidak lagi mengeluarkan produk dinar sehingga Teh Ipeh merasa kesulitan mendapatkannya. Namun beruntung dia masih bisa membeli dari komunitas.
Sekeping demi sekeping dia kumpulkan tidak hanya Dinar Antam tapi produk dinar lainnya. Salah satunya Dinar KR (Khoirur Rooziqiin). Sampai Teh Ipeh punya puluhan keping Dinar Antam dan Dinar KR.
“Beli Dinar KR per koin itu beratnya 4,25 gram harganya waktu beli sekitar Rp 2,3 juta. Saya sampai punya 23 keping Dinar KR dan puluhan Dinar Antam,” ujarnya.
Untuk pertama kalinya investasi dinar yang dia lakukan, bisa bermanfaat baginya saat dia harus menikah di 2020. Dia menikah di Garut, Jawa Barat, kampung halamannya dengan pria bernama Moh Idrus Sanjani yang dikenalnya melalui ta’aruf. Karena sudah bekerja, dia pun harus membiayai sendiri pernikahannya itu.
Waktu itu Teh Ipeh tidak memiliki uang tunai untuk biaya. Uang tunai yang dia pegang hanya untuk kebutuhan sehari-hari. Karena uangnya sudah berwujud puluhan keping dinar berbagai ukuran.
Dijuallah dinar miliknya. Waktu dijual harganya melonjak menjadi Rp 4 jutaan per keping, hanya beberapa bulan jaraknya. “Saya jual sekitar 15 keping. Maklum calon suami waktu itu juga harus ngeluarin uang banyak karena dia membawa keluarga besarnya dari Palembang ke Garut,” tutur Teh Ipeh.
Selesai menikah, Teh Ipeh kembali menabung untuk beli dinar. Dia dan suami rela tinggal ngekos di dekat tempat kerja di kawasan Semolowaru Surabaya. Keduanya sepakat 40 persen dari penghasilan bersama dibelikan dinar. Itu tidak boleh diganggu gugat. Keduanya hidup dari 60 persen sisa penghasilan.
“Ya menahan diri untuk tidak terpengaruh gaya hidup orang lain. Tidak keluar kota, tidak ini dan itu. Kalau ajak main anak ya ke kebun binatang, ke taman atau play ground. Karena waktu itu kami punya target harus punya rumah sendiri,” tukasnya.
Dari niat dan komitmen itulah, Teh Ipeh akhirnya bisa merealisasikan keinginan memiliki rumah. Pertama Teh Ipeh membeli sebidang tanah ukuran 10 kali 10 meter di kawasan Pebean, Kecamatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo pada pertengahan 2022 lalu atau selang dua tahun setelah menikah.
Dia beli dengan dua kali pembayaran seharga Rp 270 juta. Lunas pada akhir 2022. Tanah itu dibeli dari menjual dinar yang dia punya. “Habis sudah dinar kami. Tapi ada wujud tanah,” katanya.
Lepas beli tanah, dia kembali menabung. Sebesar 40 persen penghasilan tiap bulan dan bonus yang dia terima tidak pernah sekalipun masuk dompet. Dia langsung belikan dinar.
Sekeping demi sekeping dia kumpulkan lagi. Dan benar, pada pertengahan 2023 dia bisa membangun tanah yang dia beli sebelumnya, dengan biaya cash sebesar Rp 435 juta, dua lantai pula dengan empat kamar tidur. “Alhamdulillah bisa terbeli, cash. Karena saya tidak mau ada utang. Alhamdulillah berkat dinar,” ungkapnya.
Rumah sudah terbeli, kini Teh Ipeh dan suami punya target baru lagi. Ingin memiliki kendaraan roda empat, agar memudahkan dia dan suami beraktivitas dan juga pulang ke kampung halaman, apalagi kini sudah ada tol Trans Jawa yang mempersingkat waktu perjalanan mereka bertemu keluarga besar. Selain itu dia juga berniat untuk bisa mendaftar haji.
Sedikit demi sedikit sudah mulai terkumpul lagi kepingan dinar. Teh Ipeh semakin menyadari jika emas itu safe haven. Safe haven merupakan sebutan untuk aset investasi yang tetap stabil di tengah ketidakstabilan dan ketidakpastian ekonomi global karena terjadi dari berbagai faktor, seperti perang, resesi dan inflasi.
Sebagai seorang yang sudah hijrah dan menomorsatukan agama di atas segalanya, Teh Ipeh memang ingin menjalani segala sesuatunya sesuai syariat. “Nyimpen uang itu yang aman mengikuti sunnah Rosul, Insya Alloh tidak akan rugi. Emas itu untuk memuliakan harta kita supaya tidak terkena inflasi,” jelasnya.
Selain itu, Teh Ipeh merasakan keuntungan lain dengan berinvestasi emas. Dia jadi tidak perlu mengecek naik turunnya harga seperti investasi di bidang lain. Cukup emasnya dia masukkan brangkas, dia sudah yakin harga akan bergerak naik setiap harinya.
Dengan begitu dia bisa menjaga kewarasan pikiran, tidak perlu was-was setiap hari, tidak perlu harus mengeluh ketika harga anjlok. Baginya harta tidak boleh mengendalikan dirinya, tapi dia yang harus mengendalikan harta itu. “Kita harus jaga kesehatan mental, karena sekarang ini lagi marak orang stres gara-gara harta,” katanya tertawa.
Ditularkan ke Kalangan Genzi
Di tempatnya bekerja, Teh Ipeh dikelilingi anak-anak genzi. Anak-anak genzi yang biasanya sibuk dengan urusan gaya hidup, coba dia arahkan agar penghasilannya bisa disimpan dengan baik dan aman.
Teh Ipeh biasanya ‘mengedukasi’ mereka tentang pentingnya menyisihkan pendapatan setiap bulan. Artinya, sekian persen harus disisihkan di awal untuk ditabung bukan menunggu ada sisa di akhir bulan.
Salah satu rekan kerja Teh Ipeh yang sudah mulai mengikuti cara ibu dari Moh Faris Al Fatih itu adalah Fahmi Abdillah. Fahmi yang masih berusia 20 tahunan itu baru beberapa bulan ini mengikuti Teh Ipeh. Padahal sudah setahun lebih Teh Ipeh mengajaknya menabung emas. “Saya butuh menyakinkan diri sendiri. Selain itu saya melihat Teh Ipeh sendiri. Dia berhasil beli tanah dan rumah cash. Saya kagum,” kata Fahmi.
Walau di awal diperkenalkan dulu harga satu keping dinar hanya sekitar Rp 4,5 jutaan, Fahmi tidak menyesal dia baru bisa membelinya di harga Rp 6,9 juta. Tapi baru sebulan ikut investasi harga sudah Rp 7,1 juta. “Sebulan naik Rp 200 ribu, lumayan,” tutur Fahmi yang juga menitipkan kepingan dinarnya pada Teh Ipeh karena takut hilang.
Fahmi pun menarget bisa memiliki satu keping 5 Dinar yang saat ini seharga Rp 35 juta. “Semoga akhir tahun bisa terkabul, aamiin,” katanya.
Teh Ipeh mengaku tidak berhenti mengedukasi teman-temannya agar bisa meniru cara dia berinvestasi. “Rosulullah kan pernah berkata beli kambing seharga satu dinar, ya sampai sekarang harga satu kambing tetap satu dinar, bahkan satu dinar bisa dapat dua kambing. Bayangkan saking stabilnya harga emas tidak terpengaruh apapun,” tukasnya.
Kini semakin banyak teman-temannya kalangan genzi yang tertarik untuk ikut cara dia berinvestasi. Teh Ipeh mengaku bersyukur karena mulai ada kesadaran untuk berinvestasi yang aman dan nyaman. “Jangan salah, kalau butuh duit bisa digadaikan, sudah ada beberapa bank syariah yang menerima gadai dinar. Jadi tak perlu khawatir,” tuturnya.
Milenial Dominasi Produk Emas iB BCA Syariah
Aliyah Natasha, seorang Financial Influencer mengatakan saat ini generasi muda mulai milenial hingga genzi sudah mulai sadar akan pentingnya investasi. Terbukti, mereka mendominasi pasar investasi di Indonesia.
Dari data yang dia sebutkan, usia di bawah 30 tahun sebesar 55,31 persen, usia antara 31 hingga 40 tahun sebesar 24,09 persen dan usia 41 hingga 50 tahun sebesar 11,86 persen.
Dari semua investasi yang saat ini ada, dikatakan Aliyah, investasi emas yang memiliki banyak keuntungan. Di antaranya adalah modal kecil dan likuiditas tinggi. “Emas itu tidak terpengaruh kondisi apapun, tetap stabil. Juga lebih cepat dicairkan jika butuh dana tunai mendesak,” kata Aliyah.
Salah satu perbankan syariah yang memiliki produk pembiayaan Emas atau logam mulia adalah BCA Syariah. Dan diakui Direktur BCA Syariah Pranata saat ini nasabah pembiayaan Emas iB BCA Syariah sebanyak 42 persen merupakan kaum milenial dengan plafon pembiayaan sebesar Rp 21 juta dan jangka waktu yang diminati selama satu tahun.
Pembiayaan Emas iB merupakan produk pembiayaan dari BCA Syariah untuk kepemilikan logam mulia atau emas dengan prinsip syariah menggunakan akad murabahah atau jual beli.
Pembiayaan Emas iB ini merupakan salah satu pembiayaan konsumer yang ada BCA Syariah. Di Agustus 2024, BCA Syariah berhasil membukukan pertumbuhan positif untuk pembiayaan konsumer yang mencapai 89,1 persen. Dan pembiayaan Emas iB berhasil memperoleh pertumbuhan yang tertinggi yakni sebesar 210,8 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
“Pencapaian tersebut turut mencerminkan meningkatnya minat masyarakat untuk berinvestasi melalui pembiayaan emas di BCA Syariah,” kata Pranata.
Karena generasi muda yang banyak memanfaatkan pembiayaan Emas iB ini, BCA Syariah harus memberikan layanan yang menyesuaikan dengan kebutuhan mereka. Salah satunya investasi yang mudah, cepat dan menguntungkan.
Karena itu pembiayaan Emas iB dilengkapi kemudahan pengajuan pembiayaan dengan layanan akad di tempat untuk pengajuan pembiayaan di luar cabang. Saat ini BCA Syariah juga tengah mengembangkan pengajuan pembiayaan Emas iB secara online melalui mobile banking yang terbaru yaitu BSya (bi-sya) by BCA Syariah.
“Melalui pembiayaan Emas iB, kami ingin meningkatkan akses masyarakat terhadap produk investasi di bank syariah sekaligus membantu mengamankan masa depan finansial mereka dengan tetap mematuhi prinsip-prinsip syariah,” kata Pranata.
Tidak hanya layanan, BCA Syariah juga memberikan keunggulan lain untuk pembiayaan Emas iB ini. “Di BCA Syariah kami juga berikan kepastian gramasi dan angsuran hingga akhir pembiayaan dengan jangka waktu yang dapat disesuaikan dengan kemampuan nasabah,” tukasnya. *endang lismari