Mahfud M Nor, Ketua Umum PPKN ketika berada di Masjid Nabawi, Madinah. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Ketua Umum Pergerakan Penganut khitthah Nahdliyah (PPKN), Mahfud M Nor, mengatakan, bahwa, penegakan Khitthah NU sebuah keniscayaan, bukan saja untuk menyelamatkan NU, tetapi juga untuk menyelamatkan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).

“Almaghfurlah KH Ahmad Shiddiq Jember, tahun 1984 pasca Muktamar ke-27 di Ponpes Sukorejo 1984, sudah mewanti-wanti agar pengurus NU mampu menjaga jarak dengan partai politik mana pun. Dengan begitu, NU ada di mana-mana, tetapi tidak kemana mana. Itulah pesan singkat khitthah NU yang sebenarnya,” kata Mahfud M Nor kepada duta.co, Selasa (05/12/2017).

Balam bahasa sederhana,lanjutnya, khitthah itu netral atau tawassuth (di tengah). Baik dalam paham keagamaaan (tidak ekstrem kanan maupun ekstrem kiri). Apalagi urusan  politik praktis. Jangan coba-coba mempermainkan khitthah. “Pengurus NU jangan permainkan khitthah, dampaknya bagi warga NU dahsyat, luar biasa. Tidak bisa dipungkiri, akan terjadi perpecahan ukhuwah nahdliyah, dampaknya ukhuwah wahtoniyah (persatuan bangsa),” tegasnya.

Karena itu, tambahnya, jangan ada pikiran dari warga NU, apalagi pengurus NU untuk menyatukan nahdliyin dalam satu partai. Itu sudah usang, alias ketinggalan jaman. Dan itu berarti pembelokan khitthah NU itu sendiri. Realitas politik warga NU aspirasinya di berbagai partai. Inilah yang harus mendapat pengayoman PBNU secara adil.

“Saya yakin, andai saja Ketua Umum PBNU mampu menjaga khitthah dengan baik, maka, orang seperti KH Said Aqil Siroj bisa menjadi Presiden RI. Tetapi, kalau suka main mata dengan Parpol, apalagi sampai diplesetkan menjadi banom politik, maka, jangan harap menjadi pemimpin, justru menjadi pemimpi  di republik ini,” tegas mantan Ketua Korcab PMII Jatim ini. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry