JAKARTA | duta.co – Calon wakil presiden KH Ma’ruf Amin seakan tidak bisa lepas dari sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Maklum, keduanya pernah berkonflik hebat menjelang Pilkada DKI Jakarta. Bahkan Ahok sampai harus mendekam di penjara gara-gara menista agama.
Menjelang Pilpres, Kiai Ma’ruf juga dikabarkan akan diganti oleh Ahok sebagai cawapres dari Jokowi. Isu ini pernah diungkap oleh Kiai Ma’ruf sendiri kemudian direkam oleh seseorang lalu videonya beredar di masyarakat.
Kini isu keduanya mencuat lagi dalam sebuah rekaman video. Rekaman pernyataan KH Ma’ruf Amin berdurasi 28 detik itu pun sempat menghebohkan jagat politik di negeri ini.
Mengapa?
Ya, sebab, dalam video itu, pendamping calon presiden petahana Joko Widodo di Pilpres 2019 ini menyebut mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok harus dihabisi. Hal itu karena bagi Kiai Ma’ruf, Ahok sumber konflik.
“Menurut saya, Ahok itu sumber konflik. Bangsa ini akan konflik, tidak akan berhenti, kalau Ahok tidak (tidak dilanjutkan). Maka itu (tidak dilanjutkan, tangan dikepalkan),” kata Kiai Ma’ruf dalam rekaman itu.
Kuat dugaan isi pembicaraan Kiai Ma’rud diambil saat Ahok sedang dalam kasus penistaan agama terkait pernyataan yang menyinggung Surat Al Maidah 51.
Terlepas dari itu, Ketua Umum Perkumpulan Swing Voters (PSV) Indonesia Adhie M Massardi menilai pernyataan Kiai Ma’ruf tersebut tidak salah. Terlebih, Ahok sudah dipenjara atas kasus tersebut.
“Pendapat KHMA (Kiai Haji Maruf Amin) dalam konteks ini sudah benar,” kata jurubicara Presiden keempat RI Abdurrahman Wahid itu dalam akun Twitter pribadinya, Rabu (3/4/2019).
Namun demikian, Adhie menjelaskan bahwa sumber konflik yang sebenarnya ada dua. Sehingga, sekalipun Ahok sudah dipenjara atas kasus tersebut, polarisasi di negeri ini masih terjadi. Bahkan kian meruncing saat Pilpres 2019.
“Tapi karena sumber konflik itu ada dua, maka meskipun Ahok sudah ‘dihabisi KHMA’ tapi polarisasi malah kian menajam,” terangnya.
Adhie pun mengingatkan kepada KH Ma’ruf Amin bahwa untuk menghentikan polarisasi, satu sumber konflik selain Ahok juga harus dihabisi.
“Kiai, masih ada satu lagi sumber konflik di negeri ini,” tegasnya tanpa menguraikan siapa sumber konflik yang dimaksud.