Achmad Yani Albanis, Sekretaris PPKN. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Sekretaris Pergerakan Penganut Khitthah Nahdliyah (PPKN) Achmad Yani Albanis, mengaku geli menyaksikan sejumlah orang yang menyebut dirinya kiai melaporkan Kiai Asep Saifuddin Chalim dengan tuduhan menyebarkan ujaran kebencian ke Polda Jatim. Lebih lucu lagi, pangkal masalahnya adalah fatwa fardlu ain untuk memenangkan Khofifah-Emil.

“Kalau yang grudak-gruduk itu anak-anak, mungkin masih wajar. Karena bisa jadi, ada iming-iming yang lebih besar sehingga membuat mereka silau, tanpa tabayyun langsung lapor Polda. Biasa anak-anak kejar tayang. Tetapi kalau sudah kakek-kakek, masih grudak-gruduk mengedepankan emosi, ambisi, apalagi membawa-bawa nama kiai, kok rasanya merendahkan martabat kiai itu sendiri,” jelas Yani Albanis kepada duta.co, Selasa (19/5/2018).

Menurut Yani, fatwa Kiai Asep itu penting untuk pedoman memilih, terutama bagi internal tim pemenangan Khofifah-Emil. Dasarnya juga jelas, sebagaimana pernah dikutip oleh Prof Dr Quraish Shihab, Direktur Pusat Studi Al-Qur’an (PSQ). Bahwa, barang siapa memilih pemimpin, dan dia tahu kalau ada calon pemimpin yang lebih baik, tetapi dia tidak pilih, maka, sungguh dia berkhianat kepada Allah swt dan Rasul-Nya.

“Ini dasarnya, ada hadits riwayat Imam Baihaqy dan Imam Hakim yang bisa dibaca dalam kitab Albujairimi Alal Khotib jilid 4 hal 318. Atau sering kita dengar fatwa ulama, nashbul imamah wajibun (memili pemimpin yang baik dan benar, itu wajib red.). Untuk urusan Pilgub Jatim, Khofifah-Emil jauh lebih baik. Kalau sudah tahu begitu, terus tidak dipilih berarti berkhianat kepada Allah swt dan Rasul-Nya. Jelas, di mana ujaran kebenciannya?” tanya mantan pengurus GP Ansor Jatim ini.

Masih menurut Yani, laporan ke Polda Jatim itu sesungguhnya tidak pada tempatnya. Hanya cari sensasi ke publik. Tetapi, politik model seperti ini jelas muspro alias mubadzir, karena rakyatnya jauh lebih pintar. “Ditertawai umat, mulai kapan polisi meneliti isi hadits kanjeng nabi,” jelasnya sambil tersenyum.

Yani menduga laporan ke Polda itu hanya dampak dari kebingungan semata. Artinya, semakin dekat coblosan, mereka semakin stres karena melihat dengan nyata dukungan riil Khofifah-Emi. Apalagi lembaga survey sudah menerbitkan hasil penelitiannya, dan seluruh lembaga survey menenangkan Khofifah-Emil, bahkan ada yang menyebut selisih di atas 15 persen. “Saya kira ini yang memang membuat mereka kecut dan pening,” ujarnya.

Karena itu, saran Yani, para pedukung Khofifah-Emil tidak perlu ikut-ikutan stres. Gusti Allah tidak sare (tidur red.). “Saya lebih memilih lapor Gusti Allah ketimbang ke Polda Jatim! Ya Allah,… kok masih ada umat seperti ini. Kasihani dia… Ya Allah! Tunjukkan jalan yang lurus, jalan orang-orang yang Engkau beri petunjuk,” katanya serius. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry