Tampak KHR Mochamad Cholil As’ad Syamsul Arifin sedang menyimak pidato Prabowo. (FT/IST)

SITUBONDO | duta.co – KHR Mochamad Cholil As’ad Syamsul Arifin, Sabtu (24/12/2018) mengundang Prabowo Subianto untuk hadir di acara Maulid Nabi Muhammad saw, di Ponpes Walisongo, Mimbaan Panji, Situbondo.

Kiai kharismatik ini, sebelumnya sudah membuat maklumat (ajakan) kepada seluruh santrinya untuk memenangkan Prabowo-Sandi dalam Pilpres 2019. Kali ini, di depan ribuan kiai dan santri kembali ‘mengingatkan’ betapa pentingnya memenangkan Prabowo-Sandi.

Kedekatan Lora Cholil, demikian akrab dipanggil  dengan Pak Prabowo, adalah untuk meneruskan persahabatan sang ayah, KHR As’ad Syamsul Arifin dengan Pak Soemitro Djojohadikusumo (ayah Prabowo). Hadir juga dalam acara ini, KH Fadhol Zaini Banyuwangi, pimpinan Thoriqoh.

“Kepada beliau (KHR Mochamad Cholil As’ad  red.) Prabowo bertekad untuk bersinergi dengan NU dalam menata masa depan Indonesia,” demikian sumber duta.co yang hadir dalam acara tersebut.

Tujuh Alasan Penting

KHR Mochamad Cholil As’ad sebelumnya sudah membuat surat edaran ajakan pada masyarakat untuk mendukung Capres dan Cawapres nomor urut 02 pada Pemilu 2019 mendatang. Himbauan dan ajakan tersebut tertulis dalam bahasa madura dalam bentuk bahasa arab (pego). Dalam lembaran kertas imbauan ada tanda tangan kiai Kharismatik di Kota Santri Bumi Shalawat Nariyah ini.

Sebelumnya, Ketua BKSN (Barisan Kiai dan Santri Nahdliyin), H Agus Solachul A’am Wahib, bersyukur membaca ajakan Lora Cholil untuk mendukung Prabowo-Sandi. Setidaknya, itu mengingatkan kiai dan santri tentang pentingnya memahami peta politik pilpres 2018.

Menurut Gus A’am Wahib, sedikitnya tujuh alasan kiai dan santri tidak mendukung Jokowi. “Pertama, bangsa ini butuh presiden yang berani. Bukan petugas partai, yang hanya takut dengan ketua umum. Kedua, masih ingat kita dengan ideologi tertutup, tidak percaya dengan akhirat? Ketiga, masih ingat siapa yang bilang Kemenag itu Bangsat?,” jelasnya.

Keempat, tambah Gus A’am, umat Islam tentu ingat dengan puisi yang mengatakan ‘kidung itu lebih merdu dari suara adzan’. Kelima, di sana (Jokowi red.) ada partai yang merusak khitthah NU.

Keenam, lima tahun sudah kepemimpinan Jokowi, buktinya ekonomi tidak tambah bagus, warga NU yang berada di bawah semakin tertekan dengan harga pangan, tarif listrik, BBM dll.

“Ketujuh, kita berdoa, untuk mengembalikan Kiai Ma’ruf ke maqom yang lebih tinggi, ulama dan kiai. Biarlah yang muda bekerja, yang sepuh berdoa,” jelasnya sambil tersenyum. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry