Muslimat tidak mendukung Khofifah 'kebacut', PMII tidak memenangkannya 'murtad' organisasi. (FT/IST)

SURABAYA | duta.co – Posisi PMII di Pilgub Jatim, persis dengan Muslimat NU. Memilih Khofifah bagi PMII adalah keharusan, karena Khofifah merupakan kader terbaiknya. Begitu juga bagi Muslimat NU, memenangkan Khofifah menjadi harga mati, karena Khofifah Ketua Umum Muslimat NU yang berhasil menjadikan organisasi ini dinobatkan sebagai Banom terbaik NU.

Hari Ulang Tahun ke 58 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) menjadi refleksi redoktrinasi pergerakan nama Khofifah kembali mencuat. Jika selama ini bertumpu pada doktrinasi perlawanan, maka tanpa menghilangkan semangat tersebut, PMII harus mendoktrin kadernya agar miliki semangat kemenangan.

Hal ini diungkapkan Ketua Umum PKC PMII Jawa Timur 2011-2013, Fairouz Huda, Selasa (17/4). Salah satu syarat mewujudkan kemenangan itu adalah memperkuat totalitas ‘bersahabat’, berkolaborasi. Baik dengan sesama kader, maupun dengan pihak eksternal.

Usia 58 menuju 59 tahun, PMII akan dihadapkan dengan dua momentum politik. Dari Pilkada 2018, hingga Pileg dan Pilpres di 2019 nanti. Karenanya, dukungan itu datang lintas daerah. Majunya Khofifah sebagai Pilgub didukung oleh kader PMII se-Indonesia. “Di momentum ini PMII harus menjadi pemenang,” tegasnya.

Lanjut Fairouz, IKA PMII wajib bersikap tegas untuk wujudkan kemenangan itu. Jika ada alumni PMII yang ikut bertarung, maka, IKA PMII-lah yang harus mendukung. Sama dengan muslimat NU. Kalau ada pengurus muslimat NU tidak mendukung Khofifah, itu sudah kebacut.

“Jika ada alumni PMII yang tidak mendukung sahabatnya sendiri sesama Alumni PMII, maka secara substansi ia sudah ‘murtad’. Meskipun dalam hal administratif ia masih tercatat sebagai alumni. Murtad dalam makna ia sudah tidak lagi mengimani bahwa jebolan PMII pantas memimpin di setiap lini kehidupan berbangsa dan bernegara,” terangnya.

Jika ada alumni yang seperti ini, tambahnya, tidaklah berkewajiban bagi alumni lain mendukungnya, jika suatu saat nanti ia dihadapkan dengan kepentingan yang sama. Ini karena PMII miliki jaringan lintas dimensi, diantaranya politik. Banyak Alumni PMII,  yang menjadi bagian dari tokoh kunci di medan perjuangan politik.

Dimensi keagamaan, PMII miliki banyak alumni yang menjadi pengasuh pesantren/tokoh agama. Dimensi Kemasyarakatan, Ada yang menjadi relawan problem sosial di basis masyarakat. Dimensi akademik, yakni alumni yang berada didunia pendidikan  Dimensi kuantitas kader, PMII adalah organisasi mahasiswa terbesar di negara ini.

“Jika segala potensi tersebut di atas dikelola dengan sempurna, maka sungguh kemenangan sejarah itu akan segera dicapai,” ungkap Firouz.

Mental inlander harus segera dihilangkan dalam setiap diri kader. Tambahnya, Tak ada alasan bagi kader PMII untuk tidak menang. “PMII itu miliki perangkat nilai ideologis yang sangat kuat daya ikatnya untuk selalu diperjuangkan. PMII miliki histori yang sangat membanggakan dalam konteks jejak sejarah perjuangannya, dengan segenap tokoh-tokoh yang ada didalamnya,” papar Ketua Umum PC PMII Kota Malang 2009-2010 ini. (zal)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry