
Catatan Pinggir ROMADLON SUKARDI

ADA Sebuah momen yang sering luput dari sorotan publik: saat seorang pemimpin daerah melangkah keluar dari batas administratifnya, dan masuk ke gelanggang global dengan penuh percaya diri. Di titik itulah kualitas kepemimpinan diuji—bukan hanya oleh rakyatnya, tetapi oleh para pemimpin dunia yang menyaksikan bagaimana ia membawa nama daerahnya di panggung internasional.
Dalam konteks ini, Gubernur Khofifah Indar Parawansa kembali membuktikan kelasnya sebagai pemimpin regional berkaliber global. Keikutsertaannya dalam RISING Fellowship—program prestisius yang digagas oleh Perdana Menteri Singapura HE. Lee Hsien Loong bersama Presiden RI Joko Widodo—adalah penanda bahwa Jawa Timur bukan lagi sekadar pemain domestik, tetapi telah menjadi salah satu pusat gravitasi pembangunan terbaik di Asia Tenggara.
Program ini bukan sekadar fellowship. Ia adalah arena tempat ide-ide besar diuji, tempat para pemimpin masa depan Asia dibentuk. Dan di sana, Khofifah hadir bukan sebagai tamu, tetapi sebagai partner strategis.
Diplomasi Cerdas dan Produktif
Dalam pertemuan dengan Senior Minister Lee Hsien Loong, Khofifah membawa satu hal yang jarang dibawa politisi: substansi.
Diskusinya bukan soal protokol atau seremonial, tetapi tentang pendidikan, kesehatan, ekosistem investasi, dan percepatan transformasi digital—empat mesin utama yang akan menentukan siapa yang unggul dalam kompetisi global mendatang.
Dengan dukungan Dubes Singapura HE. Kwok Fook Seng dan Dubes RI untuk Singapura, beliau menghadirkan model baru diplomasi pembangunan: terarah, terukur, dan berbasis manfaat nyata.
Kerja sama manajemen sekolah, rumah sakit, hingga investasi yang dibangun melalui pelatihan di Singapura bukan hanya transfer pengetahuan, tetapi transfer peradaban administrasi modern.
Ini langkah pemimpin yang mengerti bahwa masa depan tak menunggu mereka yang ragu.
Kepemimpinan Outward yang Mendunia
Di era dunia yang bergerak cepat, stagnasi bukan lagi pilihan. Di sinilah kecerdasan kepemimpinan Khofifah terasa: ia tidak menunggu perubahan datang, tetapi menjemputnya ke pusat-pusat inovasi dunia.
Pendekatan ini mencerminkan kepemimpinan yang: progressive — terbuka pada inovasi global. Outward-looking — berani keluar dari zona domestic. Future-oriented — membangun ekosistem yang tahan masa depan serta impact-driven — setiap kerja sama harus menghasilkan manfaat nyata
Jawa Timur tidak hanya “naik kelas”. Jawa Timur sedang memasuki orbit baru perkembangan, bergerak dari provinsi besar menjadi regional powerhouse Asia Tenggara.
Menuju Standar Global
Di tangan seorang pemimpin yang visioner, kerja sama internasional bukanlah seremoni diplomatik, melainkan akselerator pembangunan.
RISING Fellowship menjadi bukti bahwa global networking bukan sekadar simbol prestise, tetapi alat lompatan peradaban.
Atas inisiatif ini, Prof Mas’ud Said, seorang Direktur Pasca Sarjana UNISMA menyebutnya sebagai: “Usaha dan kerja sama yang strategis, istimewa, extraordinary—dengan hasil yang luar biasa.”
Dan memang demikian adanya. Jejak langkah ini bukan hanya untuk hari ini, tetapi untuk generasi Jawa Timur berikutnya yang akan hidup di dunia global yang serba kompetitif.
Jawa Timur Menuju Horizon Baru
Catatan kecil ini ingin menegaskan satu hal: Ketika kepemimpinan mampu membangun jembatan ke dunia, maka rakyat akan menikmati jalan-jalan baru menuju kemajuan.
Gubernur Khofifah telah menunjukkan bahwa global mindset bukan pilihan, melainkan kebutuhan. Dan lewat komitmen serta jejaring kelas dunia, beliau sedang menulis satu babak baru tentang bagaimana sebuah provinsi bisa berdiri tegak, percaya diri, dan berperan besar di kancah internasional.
Jawa Timur tidak sedang mengikuti arus global—tapi Jawa Timur sedang ikut membentuknya. Wallahu A’lamu Bisshawab. (*)





































