GRESIK | duta.co – Menjadi orang “pinter” itu tidak susah. Tapi menjadi “pinter” dan “bener” tidak semua orang bisa melakukannya. Karena itu orang tua wajib menjaga dan mengawal putra-putrinya untuk mendapatkan guru yang benar.
Nasihat tersebut disampaikan Ketua Umum PP Muslimat NU, Dra Nyai Hj Khofifah Indar Parawansa MSi saat memberikan taushiyah pada pengajian umum memperingati Haul ke-550 Nyai Ageng Pinatih di Kecamatan Gresik, Kabupaten Gresik, Jawa Timur, Minggu (9/7).
Khofifah mencontohkan Nyai Gede Pinatih, ibu asuh Sunan Giri. Selain mahir dalam bidang ekonomi dan keuangan — terbukti ditugasi Kerajaan Majapahit untuk memungut bea cukai — juga nyantri kepada Syeikh Maulana Malik Ibrahim dan Sunan Ampel.
“Artinya nyantri pada ulama yang bener. Lalu punya putra angkat, Sunan Giri, juga dikirim ke pesantren dan guru yang bener,” katanya.
Bagi Khofifah, hari-hari ini mencari guru dan mengirim anak ke pesantren yang benar menjadi sangat penting. “Kalau belajar ke guru yang tidak benar bisa-bisa nanti alirannya seperti Imam Samudera (teroris yang dihukum mati),” ucapnya.
Kasus terbaru, 30 Juni lalu, dua nggota Polri menjadi korban penyerangan teroris usai shalat isya’ di Masjid Masjid Falatehan, Jakarta Selatan.
Saat berdzikir, dengan dua tangan masih menengadah berdoa kepada Allah Swt, tiba-tiba datang dua orang membawa sangkur sambil berteriak: Kamu Thogut, kamu kafir kenapa shalat di masjid.
“Sebelumnya juga ada bom panci di Bandung. Itu akibat kalau gurunya nggak benar. Orang yang shalat di masjid katanya kafir, kalau yang nggak shalat terus bagaimana? Ini akan sangat mengganggu ukhuwah islamiyah kita,” paparnya.
Khofifah juga menuturkan, baru-baru ini dia dicurhati seorang ibu yang menyampaikan keprihatinan dan kesedihannya. Dua anaknya yang disekolahkan di perguruan tinggi favorit kini berubah mengkafirkan ibunya lantaran biasa tahlil.
“Jadi anak ini dapat ilmu, nggak tahu di bagian mana yang dia pahami, lalu berubah mengkafirkan ibunya karena tetap ikut tahlil. Coba, apa nggak nangis itu ibu kandungnya,” katanya.
Ini bukti lain, bahwa mencari kepintaran, asal dia sekolah dan lulus maka dapat gelar sampai profesor. Tetapi sekolah hanya bisa melahirkan orang pintar, sementara yang bisa mengantarkan orang menjadi benar yakni agama.
“Maka di sinilah pentingnya NU, majelis-majelis seperti ini yang bisa membangun keseimbangan antara yang pinter dan menjadi bener,” tandasnya.
“Sekolah tinggi pinter di ilmunya, belum tentu bener penerapannya, kelakuannya. Maka di instansi dimanapun kita berada, mereka yang pinter itu dituntut agar berperilaku bener.”
Menjadi orang yang benar, lanjut Khofifah, selain untuk sang anak juga semua orang tua berharap suatu saat jika dipanggil ke haribaan Allah Swt, maka doa dari putra-putrinya akan terus mengalir.
“Mudah-mudahan Allah Swt anugerahkan putra-putri kita, keturunan kita yang saleh-salihah,” doa Khofifah yang diamini seluruh jamaah.• mnu