
SURABAYA | duta.co – Anwar Hudijono, anggota Majelis Pustaka dan Informasi Digital (MPID) PW Muhammadiyah Jatim mengatakan, bahwa, upaya penganugerahan gelar pahlawan nasional kepada Pak Ud (KH Yusuf hasyim) berada pada momentum yang tepat. Yaitu saat belantika politik mengalami krisis nilai-nilai moral dan etik.
“Kita diajak untuk menginspirasi figur Pak Ud, seorang kiai-politik yang berpegang teguh pada nilai-nilai moral dan etika. Meskipun terkena risiko terdepak dari gedung DPR/MPR karena melawan rezim Orde Baru yang abai terhadap nilai-nilai moral dan etika politik,” tegasnya kepada duta.co, Selasa (4/2/25).
Pada dekade 70-80-an, lanjut Ano, panggilan akrabnya, Pak Ud dikenal sebagai singa Senayan. Termasuk dalam menentang UU Perkawinan. “Saya pernah menulis di majalah Basis berjudul, KH Yusuf Hasyim, Kepak Sayap Politik NU. Intinya Pak Ud adalah pusat obah mosiking perpolitikan NU pada dekade 70-90-an,” tambahnya.
Bukan hanya di orde lama, orde baru dan orde reformasi. Nama Pak Ud sudah menghiasi medan juang melawan penjajah. Mukani, seorang guru yang rajin menulis buku dan memperoleh Anugerah Penulis Ikatan Guru Indonesia (IGI), menilai Pak Ud sangat layak memperoleh gelara Pahlawan Nasional.
Pengusulan nama KH M Yusuf Hasyim (Pak Ud) ini, katanya, sudah sejak pertengahan 2023 lalu. Peran perjuangan dan pengabdian beliau begitu panjang, sejak pra-kemerdekaan sampai orde reformasi. Sulit mencari sosok seperti Pak Ud.
“Beliau sangat layak menjadi Pahlawan Nasional. Apalagi banyak data yang sudah disiapkan, terutama data primer,” jelas Mukani yang didapuk sebagai moderator Seminar dan bedah buku Biografi KH M Yusuf Hasyim, Kiai Militer Pengawal ldeologi NKRl Berbasis Pesantren, awal pekan ini.
Masih menurut Mukani, baik saat beliau bergabung menjadi Laskar Hizbullah di usia 16 tahun, menyadang pangkat Letnan Satu di TNI, bergabung ke PPP, menjadi anggota DPR-GR, DPR-Rl sampai anggota DPA.
“Termasuk di dalamnya berbagai inovasi di dunia pendidikan, terutama Pesantren Tebuireng. Meski saat itu masih tabu di pesantren mendirikan sekolah (SMP dan SMA) serta universitas, Pak Ud sudah mendirikannya di Tebuireng. lni gebrakan yang luar biasa dilihat saat itu, dan sekarang langkah ini diikuti semua pesantren di nusantara dalam mengembangkan pesantrennya,” tegasnya. (mky)