KH Mutawakkil Alallah

Surabaya |duta.co- Memasuki tahun 2018 KetuaPWNU Jatim KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH, MM meminta warga Jatim untuk tetap menjaga kondusifitas Jatim. Sebab, pilkada adala ritual politik biasa.
“ Tahun 2018 adalah tahun politik, yakinlah pilkada dan pemilu adalah ritual politik biasa, “ tegas Kiai Mutawakkil ketika dihubungi DUTA, Selasa (2/2).
Tahun 2018 ini, selain Pilgub Jatim, sedikitnya 18 daerah di Jatim akan menggelar pilkada. Seluruh rakyat di 38 kabupaten dan kota akan mengikuti pemilihan gubernur dan wakil gubernur. 18 daerah lainnya gelaran pemilihan kepala daerah (pilkada).
Sedangkan kabupaten dan kota yang menggelar pilkada yakni: Kabupaten Lumajang, Kabupaten Bondowoso, Kabupaten Probolinggo, Kota Probolinggo, Kabupaten Pasuruan, Kota Malang.
Berikutnya Kabupaten Nganjuk, Kabupaten Jombang, Kota Kediri, Kota Madiun, Kabupaten Madiun, Kabupaten Magetan, Kabupaten Tulungagung, Kota Mojokerto, Kabupaten Bojonegoro, Kabupaten Bangkalan, Kabupaten Sampang, Kabupaten Pamekasan
Pengasuh Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo ini meminta warga Jatim tidak merespon tahun politik terlalu berlebihan.
“ Jangan merespon ritual politik berlebihan hinga kita kehilangan bahwa itu adalah urusan duniawi, tegas pria kelahiran 15 April 1959 ini.
Khusus bagi warga NU Jatim, ia mengakui sampai saat ini ada dua kader NU yang maju dalam Pilkada Jatim. Sementara di daerah juga tidak sedikit, sesama kader NU juga ‘bersaing’ untuk kontestasi pilkda tingakat dua.
“ Perbedaan aspirasi politik jangan sampai merobek akhlak dan tradisi kultur nahdliyin. Hindari kampanye hitam fitnah dan ada domba,” pintanya.
Kiai Mutawakkil menambahkan, kampanye hitam atau membuka aib sesama, selain dosa besar juga akan berdampak luas . “ Karena dosa besar yang merusak hak hak ketuhanan (uluhuyah) dan hak-hak sesama manusia (adamiyah),” pungkasnya. (mha)