SURABAYA | duta.co – Warganet sedang menyaksikan perang opini antara KH Ahmad Mustain Syafii dengan Khofifah Indar Paranwansa (KIP). Pemicunya, komentar KIP yang mencoba mengambil personifikasi (pasangan Prabowo-Gibran) pada masa Rasulullah Muhammad SAW.
Menurut Khofifah, dengan diawali ‘mohon maaf’, saat (Rasulullah) itu, ada sahabat yang kemudian menjadi sahabat Rasulullah. Itu yang senior, Sayyidina Abu Bakar RA. “Tapi ada yang milenial, itu Sayyidina Ali RA. Jadi komposisi antara yang senior dan yunior,” kata KIP dalam video pendek yang beredar di medsos.
Kalau zaman Rasulullah, jelasnya, (masih) ditambah lagi yang memiliki keberanian untuk mengambil keputusan-keputusan yang benar dalam membela masyarakat, (seperti) ada Sayyidina Umar misalnya. “Kira-kira seperti itu komposisi senior yunior, ada Sayyidina Abu Bakar ada Sayyidina Ali,” tegasnya.
Personifikasi ini sebenarnya sah-sah saja. Tetapi, kemudian dinilai kelewatan, bahkan, bodoh. Itulah tanggapan salah satu pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang KH Ahmad Mustain Syafii terhadap video pendek KIP.
“Kayak Khofifah itu, (pasangan Prabowo-Gibran), aku baca itu berdalil ‘ini personifikasi ya, paduan antara Abu Bakar. Bodoh,” tegas Kiai Ahmad Mustain di medsos nahdliyin.
Warganet kemudian mengaitkan KH Mustain yang sibuk mendukung pasangan calon (Paslon) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar. Kiai Mustain pernah mengatakan, ada perbedaan mencolok dari para pendukung itu.
Pendukung AMIN (yang dipuji), dipastikannya mendukung karena melihat pribadi dari Anies dan Cak Imin sendiri, bukan karena embel-embel apapun, apalagi yang berbau kepentingan. “Yang merasa Islam, yang merasa jadi santri, merasa dekat kyai, kok milih pasangan nomor 1, itu pasti lahir karena cahaya keislamannya,” kata Kiai Mustain saat acara rapat Kordinasi dan Launching Jubir Desa di Jombang, Kamis 14 Desember 2023 seperti dikutip jatimviral.com.
Berbeda dengan pendukung pasangan lain. Menurut Kiai Mustain, banyak yang merapat ke paslon lain hanya gara-gara uang, kepentingan untuk melanggengkan kekuasaan. Ia berpendapat demikian karena, posisi AMIN saat ini, berada di seberang kekuasaan dengan logistik yang terbatas. “Tapi kalau pemilih sampai memilih paslon lain itu pasti karena kepentingannya,” ujarnya.
Kiai Mustain mengatakan, bagi kelompok islam, pasangan AMIN adalah yang paling ideal. Sebab, baik Anies dan Cak Imin ini memiliki kemampuan yang komplit. Tidak hanya mampu di bidang kepemerintahan, namun ditataran masyarakat bawah keduanya dapat diterima, karena keilmuan agamanya yang mumpuni.
“Lihatlah calon presiden 3 itu yang banyak sujud Nya kepada Allah itu siapa? Lihatlah calon presiden dan wakil presiden ketiga itu, yang fasih membaca Al Quran siapa? Lihatlah calon pemimpin tiga itu, yang kira-kira fasih memimpin yasinan siapa?” tanya pria asli Lamongan tersebut.
Ketua Umum HISNU (Himpunan Santri Nusantara), Yusuf Hidayat justru melihat dalil-dalil politik itu kelewat apologis, untuk membela diri sendiri. “Merasa paling benar. Tidak bisa memilih presiden dan wakil presiden disamakan dengan memilih ketua jamiyah Yasin-Tahlil. Lalu diukur siapa yang paling fasih. Ini urusan negara. Kalau diberikan yang bukan ahlinya, bisa rusak. Itu hadits Kanjeng Nabi Muhammad SAW, apa mau kita lawan?” tegas Gus Yusuf panggilan akrabnya.
Menurut alumni PP Tebuireng, Jombang ini, pesantrennya (Tebuireng) memberi kebebasan kepada santri untuk menentukan pilihan. Kalau di pasangan AMIN dan Prabowo-Gibran ada kiai, di pasangan Ganjar-Mahfud juga banyak sekali kiai alim. Tetapi, mereka tidak perlu membawa-bawa dalil.
“Ada KH Afifuddin Muhajir (Wakil Rais Aam PBNU), tidak diragukan keilmuannya. Ada para mursyid tarekat yang tidak perlu kira ragukan keikhlasannya. Mereka bertekad memenangkan Ganjar-Mahfud. Tidak perlu perang dalil, tidak perlu menyebut Rasulullah, juga tidak perlu menjadikan kefasihan seseorang membaca Yasien sebagai presiden,” tegasnya.
Karenanya, menurut Gus Yusuf, umat lebih paham siapa yang layak memimpin negeri ini. “Para mursyid sudah berkeyakinan, bahwa, negeri ini perlu presiden yang mau mendengar aspirasi rakyat. Itulah Pak Ganjar. Negeri ini perlu penegakan hukum. Itulah peran penting Prof Mahfud MD ke depan. Jadi HISNU yakin pasangan paling tepat itu Ganjar-Mahfud, nomor urut 3,” pungkasnya. (mky)