KEDIRI | duta.co-Mungkin bagi warga di Kabupaten Kediri masih banyak belum tahu atas keberadaan kesenian tradisional yaitu Wayang Mbah Gandrung. Kesenian wayang tersebut asli berasal dari Desa Pagung Kecamatan Semen. Konon katanya kesenian wayang ditampilkan hanya saat bulan Suro atau ada kepentingan lain, misalnya bagi mereka yang punya nadzar atau pun keinginan.
Untuk menguri – uri budaya, Wayang Mbah Gandrung ditampilkan, untuk menghibur warga Desa Pojok Wates dan para peserta upacara di situs Bung Karno Ndalem Pojok. Wayang Mbah Gandrung memiliki keunikan tersendiri. Kemanapun ketika masih bisa dijangkau, mulai wayang, kenong, gong, rebab, kendang, gambang, dipikul dengan jalan kaki, pada Sabtu kemarin.
Menjelang tampil, peralatan wayang dipikul sejumlah anak muda mulai dari Desa Pagung Kecamatan Semen hingga Ndalem Pojok Kecamatan Wates. Rombongan ini berangkat sekitar pukul 03:00wib, kemudian sampai di Desa Pojok sekira pukul 10.00wib. Setiba di lokasi, peralatan ini kemudian ditata untuk persiapan pementasan.
Personil dari Wayang Mbah Gandrung terdiri dari pengrawit 5 orang yaitu ada yang memainkan gong, kenong, kendang, rebab dan sang dalang sendiri yang bernama Mbah Giyar yang merupakan dalang keturunan ke – 8.
Kali ini pementasan wayang memainkan lakon Kerajaan Majapahit. Tentu saja, sejumlah peserta upacara merasa penasaran. Beberapa peserta kemudian berinisiatif mengabadikan momen saat pementasan berlangsung. Salah satu peserta upacara dan terlihat serius mengikuti saat proses pementasan, Ari Bowo warga Jakarta yang mengikuti program pendidikan di Kampung Inggris Pare
Dia mengaku, sangat heran dengan Wayang Mbah Gandrung yang datangnya saja jalan kaki dengan sangat jauh, penampilannya cuma sebentar hanya kurang dari 1 jam.
“Inilah yang merupakan keunikan dari seni dan budaya yang ada di Kabupaten Kediri. Kita sebagai generasi muda harus dan wajib ikut melestarikannya agar tidak termakan oleh jaman yang semakin modern,” jelasnya. (nng)
