KH Ma'ruf Amin (ist)

JAKARTA | duta.co – Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang juga Guru Besar Ilmu Ekonomi Muamalat KH Ma’ruf Amin meminta agar masyarakat tidak termakan isu hoax terkait pembelian Bank Muamalat oleh Lippo Group. Bank Syariah ini telah dibeli oleh PT Minna Padi Investama Sekuritas (PADI) yang tidak ada kaitannya dengan Lippo Group. Setiawan Ishlas, pemilik Minna Padi, seorang pengusaha muslim.

Minna Padi milik pengusaha muda asal Palembang, Sumatera Selatan, Setiawan Ichlas. Tidak ada hubungannya dengan Lippo Group. Kiai Ma’ruf Amin meminta agar umat cerdas menanggapi isu-isu tersebut. Ini penting untuk penguatan khususnya masalah keuangan dan perbankan syariah di Indonesia.

“Bank Muamalat sebagai bank pertama syariah tentu harus kita kawal. Proses yang terjadi saat ini sudah tepat, saham yang tadinya terbesar dari luar negeri akan berubah saham dalam negeri, ini yang kita diharapkan semua pihak dan menjadi kebanggaan Indonesia,” ujarnya, Senin (9/10).

Kiai Ma’ruf menjelaskan, Minna Padi menguasai  51% saham Bank Muamalat dan sisanya terbagi. Paling penting ada perubahan cukup signifikan karena sudah saatnya Bank Muamalat kembali ke orang Indonesia.

“Minna Padi tidak ada masalah, dan upaya revitalisasi ini saya kira sangat penting. Apalagi Bank Muamalat sebagai bank pertama syariah di Indonesia harus kita perkuat, karena kita dalam era baru ekonomi syariah, ada keinginan untuk memperkuat keuangan syariah di Indonesia,” tegasnya.

Apalagi menurut dia, sejalan dengan keinginan Presiden Joko Widodo yang ingin memperkuat ekonomi dan keuangan syariah dengan membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah yang diketuai Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Keinginan Presiden juga Jakarta sebagai pusat keuangan syariah dunia, makanya bank-bank ini harus kuat. Umat harus menangkap ini secara positif jangan terprovokasi oleh isu-isu yang bisa melemahkan umat harus cerdas,” terangnya.

Di tempat yang sama, Pengamat Komunikasi Universitas Indonesia Efendy Ghozali menganalisis terkait munculnya hoax pembelian Bank Muamalat oleh Lippo Group. Menurut dia, bank itu adalah tergantung kepada kepercayaan publik, pasti ada yang berusaha bermain-main dengan rumor tersebut.

“Saya kenal dengan pembelinya, dia adalah muslim dan asli warga Indonesia. Di sini ada keinginan kuat untuk memajukan bank berbasis syariah apalagi ada Kai Ma’ruf Amin sebagai ketua Dewan Pengawasnya. Mungkin, ada kelompok-kelompok yang melihat Bank Muamalat ini tumbuh menjadi kekuatan dan kebanggaan umat di Indonesia,” ujarnya.

 

Saham Minna Padi Meroket

PT Bank Muamalat Tbk dan PT Minna Padi Investama Sekuritas Tbk (PADI) telah menandatangani perjanjian bersyarat (Conditional Share Subscription Agreement) bahwa PADI akan menjadi pembeli siaga dalam proses right issue Bank Muamalat.

Rumor rencana PADI menguasai saham BMI (Bank Muamalat Indonesia) sebenarnya sudah tersebar sejak Juli 2017. Meski masih simpang siur, tapi isu itu mampu membuat saham PADI melejit.  Namun sepertinya pelaku pasar sudah tahu kebenaran isu itu sejak awal. Sebab, saham PADI terus membumbung tinggi. Dari Rp 340 pada 20 Juli 2017 meningkat menjadi Rp 985 pada 1 Agustus 2017, atau meroket 198,7% dalam waktu hanya kurang dari 2 minggu.

Melihat ada yang aneh, BEI menjatuhkan suspensi saham PADI. Kemudian 8 Agustus 2017 saham suspensi dicabut. Bukannya meredam, penguatannya makin menjadi-jadi. Bahkan sempat menyentuh level Rp 1.430 per lembar. Saham yang berada di bawah Rp 400 per lembar itu bisa melonjak tinggi hingga nyaris Rp 1.500 hanya dalam waktu kurang dari sebulan.

BEI pun meminta manajemen PADI menggelar public exposes isidentil guna menjelaskan apa yang tengah dilakukan perseroan hingga mampu mengerek sahamnya. Tapi manajemen PADI membantah mentah-mentah terkait isu pembelian saham BMI.

Dengan pernyataan itu, beberapa pihak curiga ada aksi goreng di balik pergerakan saham PADI yang aneh tersebut. Sebab, rumor akuisisi telah dibantah. Kecurigaan semakin menjadi setelah seseroang yang tak dikenal muncul membeli saham PADI dalam jumlah besar di pasar nego. Sosok yang belum diketahui itu bernama Setiawan Ichlas.

Dalam keterbukaan informasi pria tersebut memborong saham pagi sebanyak 1,48 miliar lembar saham di level Rp 350 per saham. Jika dihitung Setiawan mengeluarkan dana untuk memborong saham PADI Rp 517 miliar.

Nah, kini saham PADI sudah bertengger di level Rp 1.600. Jika dihitung harga saat ini nilai investasi Setiawan di saham PADI sebesar Rp 2,37 triliun. Itu artinya Setiawan sudah memiliki keuntungan bersih sebanyak Rp 1,85 triliun.

 

Pengusaha Batu Bara

Ketua Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) Anggawira mengaku kenal dekat dengan Setiawan. Dia mengatakan, sosok misterius itu merupakan pengusaha pertambangan batu bara asal Palembang.

“Beliau sahabat saya, sama-sama di Aspebindo (Asosiasi Pemasok Energi dan Batubara Indonesia). Dia (perusahaannya) di pertambangan dan keuangan juga,” tuturnya dikutip dari detikFinance, Senin (9/10) kemarin.

Angga enggan menyampaikan lebih jauh siapa sosok Setiawan yang diperkirakan berusia 40 tahunan itu. Namun dia mengapresiasi langkahnya karena mau ikut membantu mengakuisisi Bank Muamalat. “Dia agak tertutup soal gini keluar. Kita apresiasi keberanian beliau untuk bantu Muamalat,” imbuhnya.

Sekadar informasi, Bank Muamalat akan menerbitkan saham baru melalui skema Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue senilai Rp 4,5 triliun. Jika pemegang saham eksisting tidak menggunakan haknya, maka PADI akan menyerap seluruhnya dan menjadi pemegang Bank Muamalat saham sebanyak 51%.

Adapun pemegang saham Bank Muamalat saat ini sebagai berikut:

– Islamic Development Bank 32,74%

– Bank Boubyan 22%

– Atwill Holdings Limited 17,91%

– National Bank of Kuwait 8,45%

– IDF Investment Foundation 3,48%

– BMF Holdings Limited 2,84%

– Reza Rhenaldi Syaiful 1,67%

– Dewi Monita 1,67%

– Andre Mirza Hartawan 1,66%

– Koperasi Perkayuan Apkindo-MPI (Kopkapindo) 1,39%

– Pemegang saham lainnya 6,19%. hud, sin, def

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry