
JOMBANG | duta.co – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, suasana kebangsaan mulai terasa di berbagai pelosok negeri. Di tengah hiruk pikuk semangat Agustus, Ketua Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Jombang, KH Fahmi Amrullah Hadziq akrab disapa Gus Fahmi, menyampaikan imbauan tegas kepada warga Nahdliyyin.
Gus Fahmi mengajak agar warga NU tetap fokus mengibarkan bendera Merah Putih sebagai lambang negara, dan bendera Nahdlatul Ulama sebagai simbol perjuangan ulama dalam membela kemerdekaan. Ia mengingatkan agar tidak terjebak pada tren sesaat yang justru bisa memecah perhatian.
“Saya melihat, akhir-akhir ini ada bendera aneh yang marak dikibarkan, disebut ‘Ono Piece’. Saya tegaskan, tidak jelas apa maknanya, tidak punya sejarah perjuangan, dan tidak membawa nilai kebangsaan,” ungkap Gus Fahmi kepada duta.co, Senin (4/8).
Bendera “Ono Piece” yang belakangan ini ramai di media sosial dan beberapa wilayah, menurut Gus Fahmi, berpotensi menimbulkan tafsir liar, bahkan konflik simbolik yang tidak perlu.
“Bulan Agustus ini adalah bulan kemerdekaan. Bendera yang seharusnya dikibarkan adalah Merah Putih. Kalau ingin mendampingi, ya bendera NU. Karena NU punya sejarah jelas dalam berdirinya NKRI dan mempertahankan kemerdekaan ini,” tegas cucu dari Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, tokoh sentral dalam sejarah bangsa Indonesia.
Menurutnya, bendera NU bukan sekadar simbol organisasi, melainkan juga simbol warisan perjuangan para ulama yang rela mengorbankan jiwa dan raga demi tegaknya NKRI.
“Pendiri-pendiri NU punya sejarah dalam pendiri bangsa. Mereka bukan hanya mengaji dan berdakwah, tapi juga ikut merumuskan dasar negara dan menggerakkan perlawanan terhadap penjajahan,” lanjutnya.
Ia juga mengingatkan bahwa kecintaan terhadap tanah air tidak cukup hanya dengan kata-kata atau tren media sosial. Melainkan harus ditunjukkan lewat sikap dan simbol-simbol yang tepat.
“Kibarkanlah Merah Putih dengan penuh hormat. Dampingi dengan panji NU sebagai wujud cinta kepada para ulama dan perjuangan mereka. Jangan dikaburkan dengan simbol-simbol yang tidak jelas asal-usul dan nilainya,” tandasnya.
Gus Fahmi pun berharap, warga NU dapat menjadi garda terdepan dalam menjaga semangat kebangsaan. Apalagi di bulan kemerdekaan seperti ini, di mana spirit persatuan dan cinta tanah air harus diperkuat, bukan dirusak dengan konflik simbolik yang tidak penting.
“Jangan sampai kita yang punya sejarah perjuangan panjang justru ikut-ikutan hal yang tidak berdasar. Mari tunjukkan bahwa warga NU adalah teladan dalam mencintai Indonesia,” pungkasnya.(din)