HAFLAH : Suasana muluk bareng para pengasuh, ribuan santri dan wali santri di Aula Al Muktamar Lirboyo (duta.co/Nanang Priyo)

KEDIRI | duta.co -Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. Dr. KH. Said Aqil Siradj mengajak santri untuk berdakwah secara santun dan lemah lembut. Hal itu disampaikan saat memberi wejangan dalam Haflah Akhirussanah dan Haul Masyayih Pondok Pesantren MHM Lirboyo Kota Kediri, Selasa (25/4) malam.

Acara dimulai pukul 20.00 wib ini, dihadapan ribuan santri dan wali santri berada di Aula Al Muktamar Ponpes Lirboyo, mendapat pesan khusus dari Kiai Said, sapaan akrab Ketua Umum PBNU, untuk berdakwah dengan menghindari unsur pemaksaan dan keras. Dicontohkannya, bagaimana para Wali Songo dalam menyebarkan Agama Islam dengan cara yang sangat santun. Bahkan penyebarannya melalui budaya dan peradaban.

“Bukan dakwah dengan teror, mengkafirkan, teriak takbir dan cacian. Namun para wali berdakwah dengan cara lemah lembut dan tidak menyinggung perasaan orang,” pesannya kepada seluruh santri.

Agama Islam menurutnya tidak bisa disebarkan dengan cara kasar. Jika dakwah dilakukan dengan cara kasar justru akan menciptakan perpecahan dan tidak bisa diterima masyarakat. Kiai Said pun mejelaskan secara luas pembahasan tentang jihad dalam Kitab Fathul Mu’in yang maklum diajarkan di pesantren. Yang dimaksud jihad dalam kitab tersebut bukanlah perang seperti dipahami oleh orang-orang saat ini.

“Dengan dakwah seperti ini dengan pendekatan budaya, peradaban, dan akhlaqul karimah orang nusantara bondong-bondong masuk islam. Bukan dengan cara paksaan, bukan karena perang, dan bukan dengan cara kasar,” tegas Kiai Said.

“Di Jawa dulu yang boleh mengucapkan ingsung hanyalah orang kelas Brahma. Sementara orang kelas sudra seperti kita semua ini dilarang. Oleh karena itu para wali yang beragama Islam memperbolehkan semua orang mengucap kata ingsun. Karenanya orang-orang sudra berbondong-bindong masuk agama Islam hanya untuk bisa ngomong ingsun,” tuturnya duduk diantara para Pengasuh Ponpes terbesar di Indonesia ini.

Hal yang perlu dipegang oleh para santri ketika kembali ke masyarakat ada tiga. Bahkan ketika para santri telah menjadi tokoh di masyarakat, mereka harus memegang tiga prinsip dasar yang dijelaskan dalam ajaran Islam.

“Mau jadi apapun, baik jadi DPR, jadi MPR, jadi Presiden, harus berpegang pada tiga hal. Satu menghilangkan kemiskinan, kedua membangun pendidikan dan kesehatan, ketiga yang paling sulit adalah mendamaikan seluruh masyarakat,” pesan Kyai Said.

Acara pun ditutup doa, oleh KH. Anwar Mansur dilanjutkan muluk bareng yaitu makan bersama ala pondok pesantren. (ian/nng)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry