Keterangan foto https://baznas.go.id
“Namun pendapat yang paling kuat — dan diikuti mayoritas masyarakat Indonesia — adalah pendapat Imam Syafi’i, yaitu setiap malam atau maksimal sebelum subuh harus sudah berniat.”
Oleh Achmad Markaz Ichsani*

Kita sudah bertemu bulan mulia yaitu bulan ramadhan. Dimana setiap amal baik akan dilipat gandakan. Diwajibkan bagi semua umat islam yang berakal dan baligh untuk menunaikan puasa tersebut . Akan tetapi, puasa ramadhan harus diawali dengan niat karena semua amal tidak berguna apabila tidak diawali dengan niat. Jika kita perhatikan, betapa pentingnya peran niat dalam beribadah, sampai-sampai niat dijadikan rukun pertama dalam setiap ibadah.

Dalam kitab arba’in nawawi karangan Abu Zakariya Muhyiddin An-Nawawi pada hadits pertama disebutkan :

إنما الأعمال بالنية وإنما لكل إمرئ مانوى

 “Setiap amal perbuatan itu tergantung pada niatnya dan setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang dia niatkan.”

Membahas tentang niat berpuasa, ada beberapa perbedaan pendapat diantara ulama kita. Yang pertama menurut Imam Syafi’i, yaitu setiap malam bulan ramadhan kita harus berniat, selambat- lambatnya sebelum masuknya waktu subuh. Pendapat ini diperkuat dalam kitab Fathul mu’in karya syekh Zainuddin Al Malibari :

فلو نوى أول ليلة رمضان صوم جميعه لم يكف لغير اليوم الأول

“ Apabila seseorang berniat di malam pertama bulan ramadhan untuk 30 hari penuh, maka niatnya tidak sah untuk hari lain.”

Maksudnya tidak sah untuk hari lain ialah setiap akan berpuasa kita harus berniat setiap harinya, apabila kita berniat pada malam pertama bulan Ramadhan untuk 30 hari penuh itu tidak sah menurut pendapat Imam Syafi’i.

Lafal niat puasa Ramadhan menurut Imam Syafi’i :

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هذِهِ السَّنَةِ لِلهِ تَعَالَى

Yang kedua ialah pendapat Imam Malik, Beliau memperbolehkan berniat puasa untuk 1 bulan penuh. Akan tetapi niat tersebut harus dilaksanakan pada malam pertama bulan ramadhan, artinya seseorang cukup niat sekali saja untuk untuk tujuan niat satu bulan ramadhan. Begitu moderatnya Imam Malik memberikan keringanan niat puasa bagi umat muslim. Namun, apabila puasa tersebut terhenti sebab udzur seperti sakit atau sebab musafir, maka wajib berniat setiap malam. Jika dia sembuh dari sakit,atau perjalanannya selesai maka cukup satu niat untuk sisa  (hari – hari) puasanya.

Di Indonesia, pendapat Imam Malik ini banyak digunakan, meskipun mayoritas penganut mazhab Syafi’i. Hal ini pernah dikatakan oleh KH. A. Idris Marzuqi Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri dalam sebuah kitab. Tentu hal ini di bawah bimbingan para kiai sepuh dan masyayikh. Dalam kitab karangan beliau yaitu Sabil Al-Huda halaman 51 yang berisikan himpunan wadhifah dan amaliah.

”Untuk berjaga-jaga agar puasa tetap sah ketika suatu saat lupa niat,sebaiknya pada hari pertama bulan Ramdhan berniat taqlid (mengikuti) pada Imam Malik yang memperbolehkan niat puasa Ramadhan hanya pada permulaan saja, dan adanya cara tersebut bukan berarti membuat kita tidak perlu lagi niat di setiap harinya, tetapi cukup hanya sebagai jalan keluar ketika benar-benar lupa.”

Pendapat Imam Malik juga sempat disinggung oleh Syaikh Imam Al-Qulyubi dalam kitabnya Hasyiyah Al-Qulyubi jilid 2 halaman 66 :

وَيُنْدَبُ أَنْ يَنْوِيَ أَوَّلَ لَيْلَةٍ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ أَوْ صَوْمَ رَمَضَانَ كُلَّهُ لِيَنْفَعَهُ تَقْلِيدُ الْإِمَامِ مَالِكٍ فِي يَوْمٍ نَسِيَ النِّيَّةَ فِيهِ مَثَلًا لِأَنَّهَا عِنْدَهُ تَكْفِي لِجَمِيعِ الشَّهْرِ

“ Disunahkan pada malam pertama bulan Ramadhan untuk niat berpuasa sebulan penuh untuk mengambil manfaat pendapat Imam Malik pada suatu hari  yang lupa untuk berniat di dalamnya. Karena beliau menganggap niat tersebut mencukupi bila lupa niat pada malam-malam berikutnya di semua malam Ramadhan.”

Lafal niat puasa ramadhan yang mengikuti Imam Malik yaitu:

نَوَيْتُ صَوْمَ جَمِيْعِ شَهْرِ رَمَضَانِ هَذِهِ السَّنَةِ تَقْلِيْدًا لِلْإِمَامِ مَالِكٍ فَرْضًا لِلهِ تَعَالَى

Adapun yang ketiga yaitu menurut Imam Abu Hanifah, Beliau berpendapat bahwa seseorang boleh berniat puasa ramadhan seperti niat puasa sunnah, yaitu batas waktunya sampai sebelum masuknya waktu dzuhur. Dinuqil dari kitab I’anatut Tholibin karya Sayyid Abu Bakar Utsman bin Muhammad Syatho:

قال الإمام أبا حنيفة أول النهار إن نسيها ليلا

“Imam Abu Hanifah berkata permulaan (niat puasa ramadhan) bisa dilakukan diawal siang ketika lupa berniat dimalam hari.”

Pendapat Imam Abu Hanifah juga diperkuat oleh salah satu ulama mazhab Hanafiyah yaitu Syekh Hasan bin Ali Al-Mishri dalam kitab beliau Muroqil Falah Syarh Matni Nuril Idah halaman 242 :

أَمَّا القِسْمُ الَّذِي لَا يُشْتَرَطُ فِيهِ تَعْيِينُ النِّيَّةِ وَلَا تَبْيِيتُهَا فَهُوَ أَدَاءُ رَمَضَانَ وَالنَّذْرُ المُعَيَّنُ زَمَانُهُ وَالنَّفْلُ، فَيَصِحُّ كُلٌّ مِنْ هَذِهِ الثَّلَاثَةِ بِنِيَّةٍ مِنَ اللَّيْلِ وَهُوَ الأَفْضَلُ، فَتَصِحُّ النِّيَّةُ وَلَوْ نَهَارًا، إِلَى مَا قَبْلَ نِصْفِ النَّهَارِ عَلَى الأَصَحِّ، لِأَنَّ الشَّرْطَ وُجُودُ النِّيَّةِ فِي أَكْثَرِ النَّهَارِ

“Adapun bagian yang tidak disyaratkan untuk menentukan niat maupun melakukannya di malam hari adalah puasa Ramadhan,, puasa nazar, dan puasa sunah.. Ketiga jenis puasa ini sah dilakukan dengan niat sejak malam, dan itu lebih utama. Namun, tetap sah meskipun dilakukan pada siang hari hingga sebelum pertengahan siang menurut pendapat yang lebih shahih. Hal ini karena syaratnya adalah adanya niat dalam sebagian besar waktu siang sebagai bentuk kehati-hatian.”

Dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam hal berniat puasa Ramadhan, seseorang dapat memilih diantara 3 Imam Tersebut, yaitu Imam Syafi’i, Imam Malik, dan Imam Abu Hanifah. Namun pendapat yang paling kuat mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan pendapat Imam Syafi’i yaitu setiap malam atau maksimal sebelum subuh harus sudah berniat, apabila melebihi waktu subuh dan seseorang belum berniat maka puasanya dianggap tidak sah. Namun untuk menjaga Kehati-hatian maka bisa menggunakan pendapat Imam Malik yang memperbolehkan berniat untuk 1 bulan penuh pada malam pertama bulan Ramadhan atau bisa juga menggunakan pendapat Imam Abu Hanifah yang mana batas niat puasa Ramadhan sama seperti puasa sunnah yaitu sampai pertengahan siang atau sebelum dzuhur.(*)

*Achmad Markaz Ichsani adalah Mahasiswa Ma’had Ali KH Ali Ma’shum,Krapyak, Yogyakarta.
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry