Suasana shalawatan dan pengajian Cak Nun yang dihadiri Felix Siauw di Krapyak Wedomartani Ngemplak Sleman, Yogyakarta. (FT/CAKNUN.COM)

JAKARTA | duta.co – “Saya nggak pernah ketemu sama Cak Nun, hanya saja suka dengan kebanyakan pandangan beliau tentang Islam dan konteksnya di Nusantara, jika ada jodoh mudah-mudahan Allah mempertemukan saya dengan beliau untuk meminta nasihat,” demikian ‘curhat’Felix Siauw seraya mengunggah kembali tulisan Cak Nun bertajuk ‘Saya Anti Demokrasi’ yang dirasa sangat mewakili isi hati Felix dan mungkin sebagian besar umat Muslim di Indonesia. “Silakan dinikmati,” sarannya sebagaimana terpampang di laman facebooknya sampai Selasa (8/8/2017).

Felix kemudian kepincut acara Cak Nun. Minggu malam (06/08/2017), wartawan dutaislam.com menyertai ust Felix Siaw menghadiri Ma’iyah Cak Nun dan Kiai Kanjeng di Krapyak Wedomartani Ngemplak, Sleman, Yogyakarta. Mereka datang kurang lebih bersepuluh orang. Laporannya ditulis langsung Doni Riw,

“Ust Felix Siaw sengaja meluangkan waktu untuk menghadiri ma’iyah Cak Nun tersebut. Bagi saya pribadi, menghadiri ma’iyah Cak Nun bukan hal baru. Sejak awal tahun 2000an saya sering menghadiri ma’iyah bulanan beliau di TK Alhamdulillah Kasihan Bantul Yogyakarta,” demikian yang tertulis dalam artikel berjudul ‘Tobat Makar, Ustadz Felix Ikut Shalawatan Maiyah Cak Nun’.

Kita tahu, beberapa kajian ust Felix di Semarang dan Solo sempat ‘ditolak’ oleh Banser hingga urung dilaksanakan. Kemudian di masjid Al Firdaus Yogyakarta berhasil dilaksanakan dengan support dari saudara-saudara Kokam, FJI, MM, dan laskar-laskar lain, termasuk kesepakatan dengan Banser.

“Malam itu, mobil kami memasuki area ma’iyah Cak Nun yang dikawal ratusan saudara Banser dan dihadiri ribuan saudara nahdiyyin. Kami tak bisa mendekati panggung karena begitu padatnya jamaah Cak Nun. Kemudian kami duduk di suatu sudut menyimak episode demi episode ma’iyah Cak Nun,” jelasnya.

Sekitar pukul 01.00 (7/8/17) jamaah putri di depan mulai memudar satu persatu hingga rombongan bisa maju sedikit demi sedikit mendekati panggung. Menjelang penghujung acara, melalui pesan singkat via ponsel, Cak Nun yang mengetahui bahwa ust Felix berada di tengah-tengah jamaahnya, beliau menawarkan pada ust Felix untuk naik ke panggung. Namun ust Felix menyatakan terima kasih atas kesempatan yang diberikan dengan alasan bahwa ia datang untuk menyimak dan belajar, sehingga tidak selayaknya naik ke panggung.

Di penghujung acara, pasca shalawat dan doa, Cak Nun di depan publik memaparkan yang intinya kurang lebih demikian; “Saya ini ingin menjadi perekat bagi semua pihak. Bertabayun, berdiskusi, tukar pikiran, dan malam ini, kita kedatangan tamu jauh dari Jakarta, ust Felix Siaw, yang saat ini ada di tengah-tengah kita entah di sebelah mana.”

Sontak semua jamaah kaget tak menyangka. Cak Nun melanjutkan; “Saya banyak tidak sependapat dengan pemikiran dia (ust Felix Siaw) dan dia juga banyak tidak sependapat dengan saya. Setiap orang memang tidak harus sependapat tetapi kebersamaan dan diskusi perlu terus dibangun.”

Kemudian Cak Nun dan seluruh tokoh yang di panggung bersiap untuk bersalaman dengan jamaah. Di antara yang berada di panggung adalah Cak Nun dan Kapolda DIY. Puluhan Banser berbaris menjadi pagar betis pengaman. Jamaah berbaris santri untuk bersalaman dengan Cak Nun. Ust Felix Siaw dan rombongan termasuk dalam antrian jamaah itu. Setelah bersalaman ust Felix berbaur kembali dengan jamaah. (dutaislam.com,ab)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry