SURABAYA | duta.co – Rapat terbatas Komite Khitthah NU 1926 (KKNU26), berkenaan dengan peringatan 40 hari al-maghfurlah KH Salahuddin Wahid (Gus Solah) Kamis, 12 Maret 2020, di Aula Museum NU Jalan Gayungsari Timur 35 Surabaya, ditandai dengan pelucuran buku “KESIMPULAN TEBUIRENG”.

“Buku ini merupakan wasiat terakhir Gus Solah yang harus disampaikan kepada nahdliyin-warga NU,”kata KH Suyuthi Toha dalam rapat yang dipimpin Prof Dr Ahmad Zahro, dihadiri beberapa kiai dari Madura, Jawa Timur, KH Moh Ghozi Wahab dari Jogya serta para kiai dan habaib dari Pekalongan.

Pertemuan para kiai di Museum NU. Doa untuk almaghfurlah Gus Solah dan keselamatan NU. (FT/MKY)

Buku KESIMPULAN TEBUIRENG ini ditulis dari hasil musyawarah KKNU26 selama dua hari (7-8 Agustus 2019) di Pesantren Tebuireng, Jombang, yang melibatkan 70 kiai utusan KKNU26 dari Jakarta, Jabar, Jateng, Jatim, Kalimantan dan NTB.

Ditunggui Gus Solah

Beberapa masalah penting berhasil dirumuskan setelah 12 kali melakukan halaqah selama dua tahun terakhir, yang dipimpin dan ditungguhi langsung oleh Gus Solah sebelum beliau berpulang ke Rahmatullah.

Bagi pengurus KKNU26 yang aktif mengikuti halaqah bergilir dua tahun terakhir, mulai dari Jatim, Jateng, Jogya, Jabar dan DKI Jakarta, tentu bersaksi betapa keras upaya Gus Solah untuk menyampaikan pesan kepada khalayak — terutama warga NU — akan perlunya “menyelamatkan” NU dari ancaman oknum-oknum PBNU yang sengaja mengkapitalisasi NU untuk kepentingan diri dan kelompoknya.

Pertemuan dilanjutkan di lantai bawah. (FT/MKY)

Puncak keprihatinan Gus Soleh terjadi pada rapat terakhir KKNU26, Senin 23 Desember 2019, di nDalem Kasepuhan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Beliau meminta agar buku “KESIMPULAN TEBUIRENG” segera diterbitkan untuk diketahui dan dibaca pengurus NU serta warga nahdliyin, bahwa selama dekade terakhir PBNU salah kelola jam’iyah. Pemilihan ketua pengurus NU telah dirasuki politik uang, politik transaksional. Terjadi pula pembelokan aqidah Aswaja, pembiaran Syi’ah dan menumbuh-suburkan Islam Liberal. Gaung Aswaja menjadi redup digantikan Islam Nusantara yang kontroversial.

“Semua kekeliruan itu harus bisa diakhiri dalam Muktamar NU ke 34 yang akan datang. Sehingga, NU bisa kembali tegak di atas khitthah aslinya, sebagaimana dawuh hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari,” ujar Kiai Abdullah Muchith, Rais Dewan Syuro KKNU26, yang selama ini memimpin gerakan dzikir bersama untuk “keselamatan” NU dan bangsa Indonesia.

Dan itulah, antara lain, wasiat terakhir Gus Solah yang wajib dilaksanakan oleh seluruh pengurus KKNU26. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry