SURABAYA | duta.co – KPU Surabaya gandeng Pewarta Foto Indonesia (PFI) Kota Surabaya menggelar Sosialisasi Tatap Muka Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya Tahun 2024 di SMA Wijaya Putra Surabaya, Senin (10/6/2024). Kegiatan yang diikuti siswa-siswi kelas 3 ini terbilang penuh keseruan ala Gen Z.
Narasumber yang dihadirkan pun dari kalangan muda seperti Kartunis Wahyu Kokkang, Pengembangan SDM PFI Surabaya, Ali Masduki dan Komisioner KPU Surabaya Divisi Sosialisasi, Pendidikan Pemilih, Partisipasi Masyarakat, dan SDM, Subairi.
Pelaksanaan Sosialisasi Tatap Muka Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Surabaya Tahun 2024 di SMA Wijaya Putra Surabaya berjalan cukup meriah dan atraktif.
Gaya Subairi dalam menyampaikan materi kepemiluan membuat seisi ruangan tampak cair. Bergam pertanyaan pun dilontarkan oleh peserta.
Kehadiran Wahyu Kokkang dengan cerita politik lewat kartun membuat siswa-siswi terbelalak. Setiap goresan memiliki maknanya. Foto-foto tentang pemilu yang disajikan oleh Ali Masduki juga membuat peserta tidak sabar menantikan momen serupa.
Pemilih pemula yang notabene gemar bersosial media dapat menghiasi laman akun mereka dengan foto dan video tentang asiknya pesta demokrasi.
Cara penyampaian Wahyu Kokkang cukup unik dan membuat suasana meriah. Kartunis ini membuat ilustrasi bagaimana pemilih menentukan pilihannya. Ia mengeluarkan 3 minuman kemasan dengan mereka berbeda. Teh Sosro, Milo dan Sari dele merek Korea.
Wahyu Kokkang bertanya kepada siswa. “Dari tiga minuman kemasan ini mana yang anda pilih,” tanya Wahyu. Sontak mayoritas peserta memilih milo. Alasannya sederhana. Milo sudah dikenal dan mengandung nutrisi. Sedangkan tes sosro terkenal tapi bosan. Sementara sari dele Korea gak ada yang kenal.
“Ini gambaran pemilu. Terkenal belum tentu menjadi pilihan,” kata dia. Namun yang terpenting menurut Wahyu Kokkang, dalam menentukan pilihan dalam pemilu, harus memahami siapa calonnya. Maka sudah sepatutnya sebelum memilih dianjurkan menggali informasi tentang sosok yang akan maju dalam pilkada.
“Untuk mencari informasi banyak jalan. Bisa lewat internet, sosial media dan lainnya,” ujarnya.
Dalam kesempatan ini Wahyu Kokkang juga menekankan agar pemilih pemula tidak tergiur tawaran atau iming-iming tertentu seperti uang sogokan dari timses kandidat.
“Suara anda menentukan masa depan kota dan daerah. Jika hanya gara-gara uang Rp100 ribu anda tergiur, maka celakalah demokrasi kita,” tuturnya.
Kegiatan semakin seru kala peserta berkompetisi membuat kata-kata lucu tentang pemilu. Diatas kertas putih, mereka menuliskan bahasa menggelitik ala Gen Z.
“Nahan Rindu Eiit, Nahan suap sulit, #menyala pilkadaku” tulis salah satu siswa.
“Nyebar undangan udah, bangun tenda udah, semua udah dipersiapkan, deg-degam banget. Kirain mau nikah, eh ternyata mau pilkada….menyala abangku. #ploter Surabaya barat horror” tulis siswa SMA Wijaya Putra Surabaya.
Subairi mengatakan, sosialisasi tersebut guna meningkatkan partisipasi pemilih dan mensukseskan pemilihan serentak 2024 di kalangan pemilih pemula.
Kata dia, siswa SMA yang saat ini duduk di kelas 3 sudah berusia 17 tahun. Sehingga pada gelaran Pemilihan Umum Wali Kota Surabaya 2024 (Pilkada Surabaya 2024) yang dilaksanakan pada 27 November 2024, mereka sudah bisa ikut memilih Wali Kota dan Wakil Wali Kota Surabaya periode 2024 – 2029.
“Sosialisasi tatap muka ini juga untuk memberikan pemahaman terkait pentingnya suara para pemilih pemula terhadap sistem pemerintahan lima tahun ke depan,” katanya.
Subairi juga berpesan kepada pemilih pemula agar tidak golput. Sebab, suara mereka dapat menentukan pemimpin kota Surabaya dengan baik 5 tahun ke depan sesuai kebijakan dan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
“Saya harap jangan sampai ada yang golput, karena pemilih segmen pemula biasanya masih belum tahu banyak tentang pemilu. Sehingga dikhawatirkan mereka enggan dan malas datang ataupun golput, padahal suara mereka sangat menentukan pemimpin negara ini,” tuturnya.
Saat menentukan pilihan, lanjut Subairi, para pemilih pemula ini diingatkan agar memilih sesuai hati nurani bukan karena iming-iming imbalan dari calon tertentu.
“Jadilah pemilih yang cerdas,” ucapnya.
Ketua Pewarta Foto Indonesia (PFI) Surabaya, Suryanto Putramuji mengapresiasi langkah KPU Surabaya.
Menurutnya, sosialisasi tatap muka di kalangan pelajar ini sangat penting. Selain membuka kesadaran tentang proses demokrasi, kegiatan ini dapat menambah wawasan politik.
Ia juga berharap, peserta didik SMA Wijaya Putra yang saat ini mengikuti sosialisasi nantinya bisa menjadi agen-agen pemilu damai.
“Pelajar ini adalah masa depan bangsa. Jika memiliki kesadaran politik dan tahu bahwa suara mereka dapat menentukan masa depan, InsyaAlloh suaranya tidak akan dijual,” pungkasnya. (*)