
SURABAYA | duta.co – Mukhlas Syarkun, tokoh muda NU menilai, bahwa, hasil Musyawarah Rais Aam PBNU dan dua Wakil Rais Aam yang memutuskan agar Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf (harus) mengundurkan diri dari jabatan Ketua Umum PBNU, sangatlah lemah.
“Tidak bisa ujug-ujug Rais Aam memecat Ketum PBNU. Rais Aam itu domainnya soal keagamaan. Kalau Ketum PBNU ada kesalahan serius, harus dengan Surat Peringatan (SP), itu pun berjenjang,” tegas Kang Mukhlas, panggilan akrabnya kepada duta.co, Jumat (21/11/25).
Ditanya soal background pemecatan tersebut, Kang Mukhlas melihat masih sangat lemah. Ia memang mendengar latarbelakang keputusan tersebut, tetapi, menurutnya hal itu butuh penjelasan rigit.
“Kalau soal kehadiran tokoh pro Israel Peter Berkowitz di Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU), rasanya kok tidak. Di samping Ketum PBNU sudah minta maaf, di sana juga ada sejumlah Rais yang hadir,” tegasnya.
Sumber duta.co juga menjelaskan, bahwa, hari-hari ini, di Surabaya tengah dilakukan rencana eksekusi hasil Musyawarah Rais Aam dan Wakilnya yang memecat Gus Yahya dari jabatan Ketum PBNU. “Kita belum tahu hasilnya, semoga NU selalu dijaga Allah SWT dari perpecahan internal,” tegasnya.
Jawaban Guas Yahya
Kabar dari website Republika.co.id, juga menyorot isu pemakzulan, Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf. Media ini menulis Gus Yahya sedang mendatangi lokasi Musyarawah Nasional (Munas) MUI XI di Mercure Convention Center Ancol, Jakarta Utara, Jumat (21/11/3025).
Dari pantauan wartawan Republika.co.id di lokasi, Gus Yahya tampak keluar dari lobby hotel pada 17.32 WIB bersama ajudannya dan beberapa kiai. Saat ditemui, Gus Yahya mengaku baru saja bertemu dengan kiai karismatik asal Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo sekaligus Wakil Rais Aam PBNU, KH Afifuddin Muhajir.
“Ketemu Kiai…Kiai Afif,” ujarnya saat ditanya terkait kedatangannya ke lokasi Munas MUI.
Saat ditanya isu pemakzulan yang santer beredar, Gus Yahya menegaskan bahwa dirinya tidak membahas soal itu dengan Kiai Afif. “Gak..ya apa namanya…gak ada (bahas pemakzulan),” ucap Gus Yahya dengan nada terbata-bata.
Seperti diberitakan duta.co, bahwa, Gus Yahya diminta segera mundur dari jabatan Ketum PBNU dalam waktu 3 (tiga) hari. Ini terhitung sejak diterimanya keputusan Rapat Harian Syuriyah PBNU.
Sementara, point b, lebih keras lagi. “Jika dalam waktu 3 (tiga) hari tidak mengundurkan diri, Rapat Harian Syuriyah PBNU memutuskan memberhentikan KH Yahya Cholil Staquf sebagai Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama,” demikian potongan surat keputusan tertanggal 20 November 2025 yang terbaca duta.co, Jumat (21/11/25).
Potongan surat keputusan itu, diteken Pimpinan Rapat, Rais Aam PBNU, KH Miftachul Akhyar. “Saya juga heran. Ada apa di PBNU? Bukankah Rais Aam dan Ketum PBNU itu sama-sama mandataris muktamar. Masak Rais Aam bisa membuat musyawarah sendiri memecat Ketua Umum PBNU?” demikian disampaikan Dr M Sholeh Basyari, Direktur Eksuktif CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) yang dikenal sebagai tokoh muda NU kepada duta.co.
Bila ada deadline 3 (tiga) hari, maka, tanggal Ahad 23 Nov 2025 besok, menjadi penentuan. “Kalau benar, ini memprihatinkan. Dan sejumlah sumber sudah membenarkan hal tersebut (keputusan masyarakah Rais Aam dan dua wakilnya red.),” tambah Dr Sholeh.
Apakah ini terkait kehadiran tokoh pro Israel Peter Berkowitz ke acara Akademi Kepemimpinan Nasional Nahdlatul Ulama (AKN NU) konon atas undangan Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf alias Gus Yahya? “Kalau soal ini, Ketum PBNU sudah minta maaf,” jelas Dr Sholeh.
Menurut sumber duta.co di lingkungan NU, posisi Gus Yahya sebagai Ketum PBNU kini memang ada yang tengah mengincarnya. “Ada juga yan berpikir tunggu muktamar saja, toh waktunya tidak lama. Memang yang saya dengar Ketum PBNU kita itu sedikit sembrono, ini membuat marah orangtua,” tegasnya. (mky)





































