
“Jika JATMAN mampu mengembangkan model verifikasi tarekat yang bisa direplikasi lintas negara, maka bukan tidak mungkin, peran JATMAN akan naik kelas, yakni dari penjaga tarekat nasional menjadi penjaga ruhaniyyah Islam Asia Tenggara.”
Oleh: Abdur Rahman El Syarif
DALAM lanskap umat Islam regional yang kian kompleks, kolaborasi antarnegara dalam urusan spiritualitas menjadi sinyal penting kebangkitan kembali jalinan ukhuwah lintas batas. Kabar bahwa Jabatan Kemajuan Islam Malaysia (JAKIM) menjalin sinergi dengan Jam’iyyah Ahlith Thariqah al-Mu’tabarah an-Nahdliyyah (JATMAN) Indonesia dalam penanganan tarekat, bukanlah berita biasa. Ini adalah tanda kepercayaan besar dan harapan tinggi para pemimpin Islam negara tetangga terhadap JATMAN sebagai garda depan penjaga kemurnian spiritualitas Islam di kawasan Asia Tenggara.
JATMAN, dengan basis sosial keulamaan dan akar sejarahnya yang dalam di tengah komunitas Nahdlatul Ulama, telah lama menjadi rumah besar bagi tarekat-tarekat muktabarah. Lebih dari sekadar organisasi, JATMAN adalah penjaga ruhaniyyah umat, tempat penyaringan antara tarekat sejati dan yang menyimpang. Maka ketika JAKIM, lembaga resmi negara Malaysia yang membawahi urusan keislaman nasional menggandeng JATMAN dalam kerja sama strategis ini, jelas terbaca bahwa posisi Indonesia sebagai kiblat Islam moderat dan tasawuf otentik kembali diperhitungkan secara regional.
Kerja sama ini bukan semata kolaborasi administratif antarlembaga. Ia adalah pengakuan tersirat dari negeri jiran atas kapasitas metodologis, intelektual, dan spiritual JATMAN dalam mengawal ajaran tasawuf agar tetap berada di jalur syar’i dan mencerahkan. Dalam banyak aspek, Malaysia menghadapi problematika serupa dengan Indonesia: menjamurnya kelompok-kelompok pseudo-spiritual, manipulasi simbol tarekat oleh aktor politik maupun ekonomi, serta berkembangnya ajaran mistik yang menyesatkan umat. Dalam situasi demikian, kehadiran JATMAN sebagai mitra strategis adalah oase yang menjanjikan kesejukan dan arah yang benar.
Lebih dari itu, kolaborasi ini membuka pintu lahirnya jaringan tarekat transnasional yang sehat dan akuntabel, berbasis sanad keilmuan yang jelas dan akhlak ruhaniah yang luhur. Jika JATMAN mampu mengembangkan model verifikasi tarekat yang bisa direplikasi lintas negara, maka bukan tidak mungkin, peran JATMAN akan naik kelas, yakni dari penjaga tarekat nasional menjadi penjaga ruhaniyyah Islam Asia Tenggara.
Dalam konteks ini, JATMAN tidak hanya diharapkan menjadi mitra, tapi juga mu’allim dan murabbi ruhaniyyah bagi masyarakat regional. Kepercayaan dari JAKIM dan tokoh-tokoh Islam Malaysia adalah amanah besar, sekaligus momentum yang tak boleh disia-siakan. Kedepan, tantangan globalisasi spiritual menuntut adanya patron keulamaan yang bisa membedakan antara “tasawuf populer” yang sekadar emosional, dengan “tasawuf ilmi” yang berdasar syariat dan hikmah. Dan di sinilah JATMAN memiliki modal kuat yang belum tentu dimiliki organisasi lain.
Dengan semangat ukhuwah Islamiyah dan kebersamaan Nusantara yang berakar dari masa kesultanan dan ulama silam, kerja sama JAKIM–JATMAN dapat menjadi titik tolak bagi konsolidasi ruhaniyyah Islam ASEAN. Di tengah gempuran sekularisme dan fundamentalisme, suara tarekat yang seimbang dan menyejukkan adalah suara yang paling dirindukan umat.
Dan JATMAN kini dipercaya menjadi juru bicara dari suara itu.(*)





































