TRENGGALEK | duta.co — Berikan bantuan kepada kaum duafa dan menyantuni anak yatim piatu merupakan salah satu program sosial yang rutin dilakukan Alumni SDN 3 Sumbergedong tahun 1985 yang kini berganti nama SDN 1 Sumbergedong Kecamatan/ Kabupaten Trenggalek.

Walaupun tidak banyak, namun tamatan SD yang tetap berdiri di Jalan RA Kartini tersebut berhasil menggalang dana dari anggotanya yang juga banyak bermukim di luar Trenggalek hingga mampu membagikan kebahagiaan kepada beberapa sahabat dan warga Trenggalek yang kurang beruntung.

Rahayu Kristin, Ketua Tim Bakti Sosial Alumni SDN 3 Sumbergedong Trenggalek mengatakan, pasca terbentuknya alumni dari sekolah yang telah membesarkannya itu, kini grup yang menggunakan fasilitas WhatsApp (WA) ini sudah kebanjiran usulan untuk berbicara masalah sosial.

“Awalnya tujuan dari grup hanya sebatas membangun silaturahmi saja, namun akhirnya kita ngobrol positif sampai mampu mengumpulkan uang, beras, minyak dan kebutuhan pokok keseharian,” ungkapnya, Sabtu, (15/12) di Trenggalek.

Perempuan yang kini membuka usaha jahitan pakaian itu melanjutkan, usai terkumpul, dana tersebut atas persetujuan anggota kemudian dibelanjakan barang yang sudah tersepakati melalui media grup WA.

“Kita langsung beraksi dengan membelanjakan kebutuhan yang akan disumbangkan kepada teman dan warga lain yang membutuhkan,” lanjutnya.

Hingga kini, bantuan yang diberikan kepada sesama alumni dan warga Trenggalek yang tergolong tidak mampu sudah berjumlah puluhan walau grup ini berdirinya masih berumur dua tahun.

“Alhamdulillah tebar kepedulian ini sudah puluhan sasaran yang telah dilaksanakan,” terangnya.

Dikatakannya, kali ini sasaran yang dilakukan di bakti sosial dengan mengunjungi teman satu SD yang kebetulan kehidupannya tengah membutuhkan uluran bantuan agar beban hidupnya sedikit terbantu.

“Mugiono atau biasa akrab dipanggil Gareng ini sewaktu sekolah di SD seorang yang periang dan aktif bermain bersama sehingga apa saja permainan yang baru zaman dahulu selalu up to date,” katanya.

Tetapi, pria yang kini hidup bersama ayah kandungnya, Warsi, (70) di rumah sangat sederhana, RT 12 RW 4 Kelurahan Sumbergedong Kecamatan/ Kabupaten Trenggalek hanya bekerja memungut barang bekas dari sampah rumah tangga yang dihampirinya setiap hari.

“Karena harus menafkahi bapaknya, Gareng harus memulung barang bekas setiap harinya keliling dari rumah ke rumah,” tuturnya.

Diceritakan, kini kondisi secara psikologis Gareng agak terganggu karena merasa rendah diri dan tersisihkan dari masyarakat sekitar.

“Sebenarnya teman kita Gareng masih terlihat seperti dulu, mungkin sekarang yang dia butuhkan support dari kawan–kawannya saja,” tandasnya.

Setelah mengunjungi Mugiono, tim bergerak menuju rumah perempuan sebatang kara bernama Trining (56), warga RT 26 RW 8 Kelurahan Surodakan Kecamatan/Kabupaten Trenggalek. Perempuan itu hidup dengan kondisi yang membuat orang lain tentu iba.

“Tidak hanya caranya hidup yang jauh dari faktor kesehatan, Trining hanya menempati kamar berukuran 3×3 tanpa listrik dan jamban,” tandasnya.

Untuk itu , bagi perempuan yang punya kelainan pada tangan kanannya itu Kristin mengusulkan dibuatkan jamban dan meter listrik sebagai penerangannya.

“Masih kita usulkan kepada anggota karena dari investigasi hal itu menurut tetangga sekitar pernah dibikinkan tapi oleh Trining justru tak difungsikan,” pungkasnya. (ham) 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry