SURABAYA | duta.co – Sekolah Dasar (SD) Khadijah Pandegiling Surabaya menutup masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) dengan menghadirkan pertunjukan tradisional asli Jawa Timur, kesenian Reog Ponorogo. Atraksi Reog ini digelar di halaman sekolah, Jumat (26/7/2024).
Tidak hanya siswa-siswi kelas satu yang menyaksikan atraksi kesenian asal Ponorogo itu, kelas dua hingga enam juga ikut antusias menyaksikan atraksi dari Kelompok Singo Mangku Joyo Surabaya itu.
Sekolah berharap melalui sajian pentas kesenian tradisional asli Ponorogo ini siswa dapat mengenal keberagaman budaya di Indonesia yang sangat kaya. Khususnya kekayaan kesenian tradisional asli Jawa Timur.
Kepala Sekolah SD Khadijah Pandegiling, Syifa’ul Khoir mengungkapkan, tema yang disajikan dalam penutupan MPLS tahun ini tentang salah satu dimensi dalam Pancasila yaitu kebhinekaan.
“Mengenalkan anak-anak kami, Arek-arek Suroboyo tentang tradisi atau seni tradisional yang ada di Indonesia khususnya di Jawa TImur. Kami mengambil kesenian tradisional Reog Ponorogo, karena anak-anak kami masih jarang pengetahuannya secara langsung, mungkin hanya secara vitual dari video maupun youtube,” ujar Syifa’ul.
Syifa’ul menambahakan kesenian Reog secara langsung ini agar anak didiknya mengetahui secara langsung kekayaan kesenian tradisional bangsa Indonesia, terutama Jawa Timur. “Sekolah pernah mengenalkan kesenian tradisional dari Surabaya, seperti Tari Remo dan pernah juga menggelar pertunjukan Ludruk,” ungkapnya.
Selain itu kata Syifa’ul, dipilihnya Reog karena kesenian ini diakui oleh dunia, bahkan diakui oleh UNESCO. Sehingga anak-anak Indonesia perlu mengatahui hal itu. “Dunia sudah mengakui, kita harus mengetahui dan menjaganya,” ungkapnya.
Penutupan MPLS ini ditutup secara simbolis dengan atraksi Syifa’ul Khoir menaiki Dadak Merak dan diikuti perwakilan siswa-siswi lainnya secara bergantian. Suasana bertambah meriah karena diiringi alunan gamelan dan tepuk tangan siswa-siswi serta dewan guru. dho