SURABAYA | duta.co – Sebanyak 36 murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) Darussalam, Bubutan, Surabaya, Kamis (22/12/22) berkunjung ke Museum. Mereka ingin mengenali benda-benda peninggalan para kiai NU.

“Biar mereka tahu apa itu Aswaja? Apa itu NU? Apa itu Kiai? Bagaimana beliau belajar? Juga apa saja benda-benda peninggalan para masyayikh,” demikian saah seorang ustadzah yang terus mendampingi anak-anak, saat berada di lantai dasar Museum NU, Jl Gayungsari Timur 35 Surabaya.

Anak-anak masuk ditemani penjaga Museum NU, Lilik Sujiyansyah. Alumni UIN Sunan Ampel, Surabaya itu menjelaskan satu persatu sejumlah benda peninggalan para kiai. Dari foto ‘kamar belajar’ Mbah Hasyim (KH Hasyim Asy’ari red) di PP Siwalan Panji, Sidoarjo sampai foto-foto para muassis (pendiri) NU yang lain.

Di Lantai 1, ada foto KH Hasan Gipo, Ketua Umum Tanfidziyah PBNU (pertama) yang mendampingi Hadratussyekh KH Hasyim Asy’ari selaku Rais Akbar. “Ini tokoh penting NU, dan tidak banyak warga nahdliyin yang mengenalnya,” jelasnya.

Menurut Lilik, memperhatikan banyaknya murid SD/MI, SMP/Tsanawiyah dan SMA/Aliyah dari berbagai daerah yang berkunjung ke Museum NU, maka, perlu ada terobosan pembelajaran yang lebih menarik bagi anak-anak milenial tentang ke-NU-an.

“Selama ini kita hanya memiliki (satu edisi) sejarah NU berbentuk komik. Judulnya: NU You Know? Komik ini bercerita soal cikal bakal kelahiran NU. Ke depan perlu ada komik-komik baru yang bercerita tentang berbagai macam peran penting NU, baik dalam mempertahankan aqidah Islam Ahlusunnah wal jamaah an-nahdliyah, maupun konsistensinya menjaga kedaulatan NKRI,” tegasnya.

Masih menurut Lilik, buku-buku atau juga sejarah dalam bentuk visual lainnya, bisa kita sinergikan dengan sekolah. Sehingga anak-anak yang datang ke Museum NU, semakin cepat dan tepat merekamnya. “Ke depan perlu ada gagasan, bagaimana mensinergikan sekolah dengan Museum NU, sehingga anak-anak bisa mengenal NU lebih dini,” pungkasnya. (mky)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry