Prof Sunaryo, S.Si., M.Si, saat mempresentasikan temuan ilmiahnya kepada wartawan secara daring.

MALANG | duta.co — Universitas Brawijaya mengukuhkan Dr. Sunaryo, S.Si., M.Si. dari Fakultas Matematika dan IPA (FMIPA). Dia merupakan profesor yang ke-25 di FMIPA dan ke-197 profesor aktif serta ke-284 dari seluruh profesor di UB.

Di hadapan senat, Prof. Sunaryo memberikan pemaparan tentang Peranan Ilmu Geofisika Dalam Mitigasi Bencana Alam.

Dia mengatakan Ilmu Geofisika merupakan alat untuk mengetahui informasi bawah permukaan bumi sehingga memegang peranan penting dalam pemecahan masalah kebencanaan, lingkungan dan eksplorasi.

Ilmu Geofisika ini layaknya ultra sono grafi (USG) bagi profesi seorang dokter karena sejatinya ilmu ini mengetahui kondisi bawah permukaan dengan bumi melalui pengukuran di permukaan bumi dengan menerapkan kaidah-kaidah ilmu Fisika.

Penggunaan ilmu geofisika pada kebencanaan bisa dilakukan mulai upaya mitigasi pra bencana.

Sayangnya saat ini di negeri kita penanganan bencana masih banyak dilakukan pada tahapan tanggap darurat dan rehabilitasi (paska bencana).

Upaya optimalisasi teknologi menggali infomasi bawah permukaan bumi untuk mengetahui penyebab bencana geologi perlu dilakukan.

Sehingga bisa dilakukan rekayasa sebagai upaya mitigasinya. “Di sinilah peluang pengambangan ilmu geofisika,” ungkapnya.

Pemetaan atau zonasi wilayah dari informasi permukaan bawah bumi bisa digunakan sebagai alat mitigasi untuk mereduksi dampak atau bahkan mencegah terjadinya bencana alam tersebut.

Bencana alam yang terkait dengan kebumian dikatakan Prof Sunaryo yakni longsor, gempa bumi dan kekeringan.

Dia menyampaikan pula tiga studi kasus penggunaan ilmu geofisika di tiga kasus bencana tersebut.

Salah satu contohnya yakni penggunaan ilmu geofisika pada kasus longsor di dusun Brau desa Gunungsari kecamatan Bumiaji, Batu.

Akuisisi data dilakukan pada sejumlah 60 titik data yang tersebar di area dusun Brau seluas sekitar 39 Ha.

Setelah dilakukan pengolahan dan interpretasi diperoleh rekomendasi sebagai upaya mitigasi bencana yakni pada bidang longsor stabil digunakan sebagai penampungan penduduk.

Sedangkan di bidang relokasi tidak stabil dapat dilakukan rekayasa yakni, mengurangi kelebihan ketebalan beban batuan, membuat bangunan sipil berbentuk tembok penahan dan melakukan eco-engineering melalui penanaman vegetasi yang berakar. (dah)

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry