TOKOH: Foto Tiga tokoh lirboyo menjadikan kebanggaan para santri dan alumni Pondok Lirboyo (duta.co/dok.Humas Lirboyo)

KEDIRI| duta.co – Menyebut nama Tiga Tokoh Lirboyo, tentunya memiliki peran yang sangat berarti bukan hanya di lingkungan pondok pesantren, namun sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia. Sosok pertama, KH. Abdul Karim berawal mendirikan mushala kecil yang hanya menampung tiga santri hingga kini tercatat ribuan santri.

Sosok kedua, KH. Mahrus Ali merupakan tokoh pejuang didukung ilmu kanuragannya, pasca bom Hirosima dan Nagasaki, mengusir tentara Jepang saat itu mendirikan markas di Brigif 16 Brawijaya. Sosok terakhir, KH. Marzuqi Dahlan, dikenal ahli tirakat, cerdas dalam ilmu dan kebiasaan beliau berziarah ke makam para ulama dan gurunya.

Dengan menyimpulkan keberadaan tiga tokoh di balik sejarah Pondok Lirboyo, ternyata memiliki peran berbeda, tentunya bisa menjadikan inspirasi bagi kita. Perjuangan dilakukan tidak mudah dan tentunya butuh pengorbanan yang cukup besar.

“Ketiga tokoh Lirboyo menjadikan inspirasi bagi kita, khususnya kaum nahdliyin, untuk selalu mencari ilmu, berjuang dan tidak melupakan atas sejarah,” jelas Ketua PCNU Kota Kediri, KH. Abu Bakar Abdul Djalil dikonfirmasi menjelang persiapan Haul 1000 wafatnya KH. Ahmad Idris Marzuqi, merupakan anak kedua KH. Marzuqi Dahlan dari delapan bersaudara, pernikahan dengan Nyai Maryam, Sabtu (11/3/2017).

Seperti disampaikan Gus Ab, sebutan akrab Ketua PCNU, juga dibenarkan Wakil Gubernur Jawa Timur, H. Syaifullah Yusuf, ditemui pada Kamis malam saat bersilahturahim di Pondok Lirboyo. “Banyak kisah tidak cukup disampaikan lewat kata – kata atas karier dan perjalanan hidup saya. Mereka adalah guru saya, banyak ilmu dan manfaat, ingin selalu saya kenang. Kehadiran saya kesini, karena pada saat Haul Mbah Kyai Idris, saya berhalangan hadir,” jelas Gus Ipul, sebutan akrab wakil gubernur.

Sesuai agenda, pada Sabtu malam (11/3/2017) akan digelar tahlil dan doa bersama atas 1000 hari meninggalnya KH. Ahmad Idris Marzuqi. Bukan hanya santri, para pejabat dan tokoh lintas agama merasa kehilangan, atas sosok dikenal rendah hati dan zuhud, tidak mementingkan urusan duniawi. “Pernah suatu ketika beliau ingin bepergian namun membutuhkan kendaraan. Pada tengah perjalanan, Mbah Kyai Idris tidak juga menyadari bila mobil tersebut sebenarnya milik beliau,” kenang Gus Ab, menganggap Mbah Kyai Idris mewarisi sosok Mbah Kyai Marzuqi. (nng)

 

 

Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry