Sa’bania Hari Raharjeng
Dosen S1 Gizi, Fakultas Kesehatan

Di tengah kemajuan industri pangan dan gempuran iklan yang menggoda, anak-anak kini kian akrab dengan makanan yang praktis namun minim nilai gizi seperti ultra-processed food (UPF).

Makanan jenis ini, meskipun lezat dan mudah disajikan, menyimpan berbagai risiko yang serius terhadap status gizi dan kesehatan anak dalam jangka pendek maupun panjang.

Istilah ultra-processed food merujuk pada makanan yang mengalami banyak tahap pemrosesan industri dan mengandung bahan-bahan yang jarang atau tidak pernah digunakan dalam dapur rumah tangga. Bahan-bahan ini mencakup pemanis buatan, pengawet kimia, pewarna dan perisa sintetis, serta aditif lain yang bertujuan memperpanjang masa simpan dan meningkatkan cita rasa.

Beberapa contoh UPF yang sering dikonsumsi anak-anak yang mungkin jarang disadari adalah seperti sereal sarapan dengan gula tinggi, minuman kemasan manis, biskuit dan kue kemasan, makanan cepat saji (fast food), sosis, nugget, dan makanan beku olahan lainnya.

Meskipun dikemas menarik dan sering kali diklaim “bergizi” atau “kaya vitamin,” nyatanya sebagian besar makanan ini mengandung rendah serat, protein, dan zat gizi mikro esensial.

Iklan yang menyasar anak-anak menggunakan tokoh kartun, hadiah mainan, atau slogan kreatif serta ada di mana-mana membuat mereka lebih mudah tergoda. Tak jarang juga orang tua pun tergiur pada kemudahan penyajian UPF, terutama dalam situasi serba cepat dan padat aktivitas padat bagi orang tua yang bekerja. Akibatnya, konsumsi UPF pada anak-anak meningkat signifikan, menggantikan makanan rumahan yang lebih sehat dan seimbang.

Kebiasaan konsumsi UPF tersebut ternyata dapat memberikan dampak negatif terhadap satatus gizi anak kedepannya. Tingginya konsumsi UPF pada anak berkaitan erat dengan berbagai masalah gizi seperti:

–         Obesitas: Kandungan gula dan lemak jenuh yang tinggi dalam UPF meningkatkan risiko kelebihan berat badan dan obesitas pada anak.

–         Malnutrisi tersembunyi (hidden hunger): Anak mungkin terlihat “gemuk” tetapi kekurangan zat gizi mikro penting seperti zat besi, vitamin A, dan zinc.

–         Gangguan pencernaan: Rendahnya kandungan serat dalam UPF dapat menyebabkan sembelit dan gangguan mikrobiota usus.

Lebih jauh, konsumsi UPF secara rutin sejak dini juga dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit kronis di masa dewasa seperti diabetes tipe 2, hipertensi, penyakit jantung, dan penyakit berkaitan dengan gangguan metabolic.

Orang tua perlu untuk mulai mencegah dominasi UPF dalam pola makan anak. Meskipun bukan sesuatu hal yang mudah namun, orang tua perlu mempertimbangkan dampak kedepannya jika tidak segera melakukan perubahan.

Mengedukasi anak sejak dini tentang pentingnya makanan alami dan bahaya makanan olahan bisa dilakukan untuk anak-anak. Selain itu penting sekali untuk memberi contoh langsung kepada anak, karena anak bisa belajar dari kebiasaan makan orang tua.

Selain peran aktif orang tua, peran guru, tenaga kesehatan, dan pembuat kebijakan sangat dibutuhkan untuk membangun lingkungan makan yang sehat dan aman. Karena sesungguhnya, apa yang kita beri makan hari ini akan menentukan kesehatan generasi esok. *

Bagaimana reaksi anda?
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry