Keterangan foto nuvoices.or.id

“Kezaliman masif tiga dekade yang dialami, dijalani dengan lantunan doa dan istighosah para kyai untuk keberkahan negeri selama era bengis itu.”

Oleh : Jagarin Pane*

KAUM sarungan sedang dijunjung, jamiyah annahdliyah sedang digadang-gadang, organisasi bintang sembilan sedang dianakemaskan.

Inilah fakta dan realita yang terjadi selama tujuh tahun terakhir ini. Selama tujuh tahun ini aspirasi kita, harapan kita, doa-doa kita untuk menerbitkan matahari hijau perlahan membinar.

Penetapan hari santri nasional dan undang-undang pondok pesantren adalah salah satu sinar hangat yang menyegarkan.

Untuk itu marilah kita renungkan sesaat sejauh mana ongkos karpet merah ini bisa kita gegapgempitakan di semua strata ijo royo-royo tanpa harus merasa jumawa dan mentang-mentang.

Sepanjang sepak terjang rezim Orde Baru kekuatan lahir bathin Nadhlatul Ulama apakah berjenis struktural atau kultural dikerdilkan secara sistematis dan massif. Dibonsai dan dikandangkan.

Inilah sebuah era dimana kezaliman atas nama stabilitas dipergelarkan ke seluruh penjuru mata angin. Karena ambisi mempertahankan pamer dan pamor kekuasaan di sebuah republik kepulauan warisan ulama dan wali songo.

Betapa termarginalkannya kyai dan santri selama 30 tahun. Betapa terpinggirkannya sosok Gus Dur yang dijadikan obyek pelengkap penderita rezim paranoid.

Dan catatan tebalnya, apakah kaum sarungan melakukan perlawanan zahir, apakah kyai dan santri menjadi radikal dan berteriak takbir.

Jawabnya tidak. Karakter dan jati diri kyai dan santri annahdliyah adalah tampilan kebersahajaan dan tawadhu.

Kyai dan santri adalah simbol kesederhanaan yang sejatinya tahan derita, tahan fitnahan, tahan hasutan, tahan uji.

Kezaliman masif tiga dekade yang dialami, dijalani dengan lantunan doa dan istighosah para kyai untuk keberkahan negeri selama era bengis itu.

Dan saat ini tangisan ke langit sudah diijabah, diterangbenderangkan pemilik jagat raya khususon for jamaah dan jamiyah annahdliyah.

Selama tujuh tahun terakhir ini kita sudah dan sedang merasakan karunia akbar dari Yang Maha Besar untuk mengakbarkan dan mengibarkan marwah annahdliyah di negeri nusantara nan indah permai.

What next.

Tetaplah bersahaja, tetaplah bertawadhu. Sembari mempersiapkan reformasi besar yang sudah digaristebalkan pengurus anyar PBNU. Menuju kemandirian organisasi, mengembangkan sumber daya manusia dan mensinergikan networking khidmah mulai dari PBNU_PWNU_PCNU_MWCNU-RNU sebagai ” negara kesatuan republik nahdlatul ulama”.

Bukan sebagai “negara federal urus dewe-dewe”. Masing-masing sibuk dengan urusannya sendiri-sendiri di wilayah teritori masing-masing. Hanya tersambung menjelang Muktamar atau Konferwil Konfercab.

Jika kemandirian organisasi berbasis data sumber daya annadliyah yang didukung networking organisasi bisa dijahit dan direnda maka tugas besar membangun peradaban dunia berdasarkan ukhuwah basyariah bisa dipeluk hangat.

Kita sedang dianakemaskan maka bergegaslah, maka sambutlah anugerah ini dengan menunjukkan kinerja organisasi profesional.

Manajemen organisasi dikuatkan di semua strata dengan prioritas ranting dan mwc, dua pilar organisasi grass root kita yang menjadi wajah jamiyah sesungguhnya di masyarakat heterogen.

Kemandirian adalah marwah organisasi sekaligus harga diri. Ketika lingkungan eksternal kita yang bernama government sudah mempersilakan dan membentangkan karpet merah maka gunakan kesempatan ruang dan waktu untuk mengembangkuatkan basis-basis perekonomian berskala nasional, regional dan digital.

Termasuk membangun rumah sakit modern, membangun perguruan tinggi, membangun pondok pesantren berbasis jamiyah.

Mengembangkuatkan UMKM annahdliyah berbasis Muslimat dan Fatayat, menguatkan manajemen Masjid dengan amaliyah-amaliyah annahdliyah. Juga memberikan ruang kesempatan bagi personil Ansor Banser ikut Komponen Cadangan atau masuk TNI dari jalur santri.

Semuanya sudah terbuka lebar. Jangan sampai kemudian ruang anugerah ini justru membuat kita terlena dan tetap mengidolakan posisi status quo yang bernama proposal kegiatan. Alias minta bantuan terus.

Kemandirian bisa tercapai dari revolusi mental minta-minta menjadi mental enterpreneur, organisasi punya unit usaha, sdm organisasi punya kemampuan mengelolanya. Dan semua berawal dari titik ini. Termasuk kemampuan menata asset milik organisasi.

PBNU sebagaimana disampaikan Gus Yahya di Manggarai NTT tanggal 4 Februari 2022 barusan akan memberdayakan PWNU dan PCNU dalam program besar dan agenda nasional PBNU.

Kerjasama dengan kementerian KKP dan KLH akan dilimpahkan ke PWNU dan PCNU. Salah satu syaratnya adalah kesiapan sumber daya manusianya. Yuk bergegaslah menyambut program besar NU berbasis kemandirian.(*)

****
Semarang 8 Februari 2022

Jagarin Pane, Lakpesdam PWNU Jateng
Express Your Reaction
Like
Love
Haha
Wow
Sad
Angry